Nizar Nizar
Universitas Sulawesi Barat

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HUBUNGAN ETIKA DAN AGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL Nizar Nizar
Jurnal Arajang Vol 1 No 1 (2018): Jurnal Arajang
Publisher : Universitas Sulawesi Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (271.404 KB) | DOI: 10.31605/arajang.v1i1.44

Abstract

Para pemikir Islam maupun pemikir Barat kontemporer sama-sama menyadari bahwa manusia saat ini berada pada puncak krisis yang akut, dimana kehadiran sains dan teknologi modern telah mereduksi eksistensi kemanusiaan sebagai potensi ideal dan kekuatan dalam mendesain peradaban modern. Dalam menyikapi keadaan tersebut, dibutuhkan sikap yang lebih apresiatif dan aktif dalam memfungsikan nilai-nilai etika dan agama dalam kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Berbicara masalah etika dan agama tidak terlepas dari masalah kehidupan manusia itu sendiri. Dengan demikian hubungan antara etika dengan agama sangat erat kaitannya, yakni adanya saling isi mengisi dan tunjang menunjang antara satu dengan yang lainnya. Keduanya terdapat persamaan dasar, yakni sama-sama menyelidiki dan menentukan ukuran baik dan buruk dengan melihat pada amal perbuatan manusia. Olehnya itu, etika dan agama menjadi suatu kebutuhan hidup yang memiliki fungsi dan tetap berlaku dan dibutuhkan dalam kehidupan sosial, misalnya dalam hal perpolitikan, hukum, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya. Etika mendukung keberadaan agama, dimana etika sanggup membantumanusia dalam menggunakan akal pikiran untuk memecahkan masalah. Etika mendasarkan diri pada argumentasi rasional sedangkan agama mendasarkan pada wahyu Tuhan yang kebenarannya absolut (mutlak).
PEMIKIRAN ETIKA IBNU MISKAWAIH Nizar Nizar
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 1, No 1 (2016)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.426 KB) | DOI: 10.30984/ajip.v1i1.498

Abstract

Pada dasarnya etika memiliki pandangan universal dan dapat diterapkan oleh semua orang pada berbagai tempat dan waktu. Akan tetapi, etika sulit disadari karena pertimbangan tentang baik dan buruk sangatlah relatif. Hal ini bertolak belakang dengan ajaran Islam dan etika Islam sebagai mana tertera jelas dalam di dalam Al-Quran dan hadis. Oleh karena itu, etika, moral dan perilaku sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam sejarah filsafat Islam, berbagai pemikir Islam telah berusaha menyusun konsep etika. Salah seorang di antaranya adalah IbnuMiskawayh yang merupakan tokoh filosofi Muslim yang berhasil menyusun dasar-dasar etika sebagai mana termuat dalam bukunya yang berjudul Al-Akhlaqwa Tauheed Thahir al-Araq (pendidikan perilaku dan moral mulia). Diantara daftar etika tersebut adalah nafs (jiwa), al-iffah (menjaga kesucian diri), assyajaah (keberanian), al-wisdom (kebijaksanaan), al-adalah (keadilan), dan lain-lain. Berdasarkan deskripsi tersebut, penulis tertarik meninjau kembali pemikiran etika Ibn Miskawayh.Basically, ethics has a vision of universal and applicable to all men in every place and time. However, there is difficulty to realize because of the size of the good and bad supposed to be extremely relative.In contrast, to the teachings of Islam and Islamic ethics that the criteria have been specified explicitly in the Qur'an and Hadith.Therefore, ethics, morals and behaviorare very important in human life. In the history of Islamic philosophy, various thinkers have attempted to formulate the concept of ethics,like, one of the characters of the famous Muslim philosopher, Ibn Miskawayh is dubbed as the father of Islamic ethics. In the thought of his ethics, he has succeeded in formulating the foundations of ethics as listed in his book al-Akhlaq wa Tahdheeb Thathir al A'raq (Education ofbehavior and good Morals). For example,an nafs (soul), al iffah (maintaining of self sanctity), assyaja'ah (courage), al wisdom (wisdom), al is the (justice) and so on. Based on these descriptions, writeris interested in reviewing the ethical thought of Ibn Miskawayh.Key Words: Ethics, Morals, Behaviors.
POLITIK SEBAGAI JALAN PRAKTIK TASAWUF: TELAAH TERHADAP KONSEP ASFAR AL-ARBA’AH MULLA SHADRA Andi Muhammad Ikbal Salam; Nizar Nizar
Aqlam: Journal of Islam and Plurality Vol 9, No 1 (2024)
Publisher : IAIN Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30984/ajip.v9i1.2702

Abstract

Abstract: This research aims to find out politics as a way of practicing Sufism based on the concept of asfar al-arba'ah Mulla Shadra. The research method used is qualitative research with a literature study approach, namely by examining or interpreting written material about the concept of asfar al-arba'ah. The results showed that the concept of four journeys (asfar al-arba'ah) Mulla Shadra consists of: the journey from being to God; second, the journey in the [names of] God with God; third, the journey from God to being with God; fourth, the journey in being with God. Mulla Shadra places the fourth spiritual journey as a political journey. The substance of politics is understood as a conscious effort to uncover the realities and regulations that dominate conscious activity and lead human collective life to the desired destiny. This view necessitates the necessity of regulation for society to sustain a harmonious life through submission to God. Submission to God means submission to the rules and traditions of the sunnah, including prophetic inevitability. Therefore, Mulla Shadra understands that the purpose of the mission of the prophets is the improvement of religion and the human world through philosophical and political management.Keywords: Mulla Shadra, Sufism, Politics, Asfar al-Arba'ahAbstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui politik sebagai jalan praktik tasawuf berdasarkan konsep asfar al-arba’ah Mulla Shadra. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatis dengan pendekatan studi pustaka yakni dengan mengkaji atau menginterpretasi bahan tertulis tentang konsep asfar al-arba’ah. Hasil penelitian menujukkan bahwa konsep empat perjalanan (asfar al-arba’ah) Mulla Shadra terdiri atas: perjalanan dari makhluk menuju Tuhan ; kedua, perjalanan di dalam [asma-asma] Tuhan bersama Tuhan; ketiga, perjalanan dari Tuhan menuju makhluk bersama Tuhan; keempat, perjalanan di dalam makhluk bersama Tuhan. Mulla Shadra menempatkan perjalanan ruhani keempat sebagai perjalanan politik. Substansi politik dimaknai sebagai upaya sadar menyingkap realitas dan regulasi yang mendominasi aktivitas sadar dan menggiring kehidupan kolektif manusia kepada takdir yang diinginkan. Pandangan ini meniscayakan kemestian regulasi bagi masyarakat untuk melangsungkan kehidupan yang harmoni melalui ketundukan pada Tuhan. Tunduk pada Tuhan berarti tunduk pada aturan dan tradisi sunnah, termasuk keniscayaan kenabian. Karenanya Mulla Shadra memahami bahwa tujuan misi dari para nabi adalah sebagai perbaikan agama dan dunia manusia melalui manajemen filosofis dan politik.Kata Kunci: Mulla Shadra, Tasawuf, Politik, Asfar al-Arba’ah