The story of Job describes the suffering experienced by believers. The interesting thing in this story is that when Job's three friends intend to comfort Job, but instead of comforting Job, they make things worse by accusing Job of committing sins. The theological attitudes of the three friends of Job are based on the orthodox wisdom tradition which is commonly referred to as retribution theology, namely that all actions that humans take will be rewarded by God. This understanding is contrary to the wisdom tradition which emphasizes the power and creative works of God so that the theology of retribution makes God passive and uncreative of His works. By using a literature research method that is equipped with a narrative approach, this article intends to criticize the theological view of retribution with the understanding that God is dynamic, active, and not limited by human will and actions. The results of the research show that God must be understood as an initiator and free to do whatever He wants. Through His creative power, God can be known by humans through each of His infinite works. Abstrak Kisah Ayub menggambarkan penderitaan yang dialami oleh orang percaya. Hal yang menarik dalam kisah ini adalah ketika ketiga sahabat Ayub berniat menghibur Ayub, tetapi alih-alih menghibur Ayub, mereka malah memerkeruh suasana dengan menuduh Ayub telah melakukan dosa. Sikap teologis ketiga sahabat Ayub dilandaskan pada tradisi hikmat orthodoks yang umumnya disebut dengan teologi retribusi, yaitu bahwa segala tindakan yang dilakukan manusia pasti akan diberikan ganjaran oleh Tuhan. Paham ini berlawanan dengan tradisi hikmat yang menekankan kuasa dan karya-karya kreatif Allah sehingga teologi retribusi membuat Allah menjadi pasif dan tidak kreatif akan karya-karya-Nya. Dengan menggunakan metode literature research yang dilengkapi dengan pendekatan naratif, artikel ini hendak mengritisi pandangan teologi retribusi dengan pemahaman bahwa sejatinya Allah itu dinamis, aktif, dan tidak dibatasi oleh kehendak dan tindakan manusia. Hasil penelitian memerlihatkan bahwa Allah harus dipahami sebagai inisiator dan bebas melakukan apa saja yang diinginkan oleh-Nya. Melalui kuasa-Nya yang kreatif, Allah dapat dikenal oleh manusia melalui setiap karya-Nya yang tak terbatas.