Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM INTEGRALISTIK: Studi Pemikiran Buya HAMKA dan Mohammad Natsir Agung Wahyu Utomo; Dartim Dartim
Iseedu: Journal of Islamic Educational Thoughts and Practices Vol 4, No 2 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/iseedu.v4i2.14342

Abstract

This study aims to determine the thoughts of  Buya Hamka and Mohammad Natsir regarding integralistic Islamic education and to identify the similarities and differences in the thoughts of the two figures regarding integralistic Islamic education. This research is motivated by the development of Islamic education in Indonesia as well as the covid-19 pandemic. Therefore, the concept of integralistic Islamic education which combines worldly and ukhrawi elements becomes one of the solutions in the midst of educational change. Buya Hamka and Mohammad Natsir are national Islamic figures who lived at the same time but have different educational backgrounds.This type of research is a type of library research (library research). The research approach in this study uses historical and philosophical approaches and data analysis uses history and comparative analysis. The results of this study conclude that the concept of integralistic Islamic education thought according to Buya Hamka and Mohammad Natsir is guidance that combines ukhrawi elements (morals, spiritual, emotional) and worldly elements (intellect, body, skills) based on tawhid to complement human nature and lead humans to their original nature. Then the similarity of the two concepts is in the meaning, educational goals, students, and material that must cover the science of religion and the world. While the differences appear in the curriculum, educators, educational environment, and learning methods.
PELATIHAN MUADZIN GUNA MENGURANGI KESALAHAN DALAM PENGUMANDANGAN ADZAN DI MASJID MUTTAQIN JOYOSURAN SURAKARTA Mahasri Shobahiya; Agung Wahyu Utomo; Muhammad Sulaiman
Abdi Psikonomi Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23917/psikonomi.v3i1.380

Abstract

Adzan menjadi penanda masuknya waktu shalat fardhu di seluruh masjid di dunia. Sebagian muadzin masih terdapat kesalahan pelafadzan saat mengumandangkan adzan. Padahal lafadz adzan bukan merupakan lafadz yang sulit untuk dihafal dan dilafalkan dengan benar. Hal ini biladibiarkanakanmenjadimasalah yang berlarut-larut dan sesuatu yang salah biladiulang-ulangterusmenerus akandianggapbenar oleh umatbilatidakdibenarkan dengan segera. Hal itu terjadi juga di Masjid Muttaqin, Joyosuran, Surakarta. Beberapa muadzin sering melakukan kesalahan, terutama pada pelafadzan bacaan adzan, baik berkaitan makharijul huruf maupun tajwid-nya. Berdasarkan fenomena di atas, diperlukan adanya sebuah aktivitas pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan muadzin. Adapun tujuan diadakannya pelatihan ini adalah untuk mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang sering terjadi dalam mengumandangkan adzan dan melatih mengumandangkan adzan yang baik dan benar. Pelaksanaan pengabdian masyarakat dilakukan di Masjid Muttaqin, Joyosuran, Surakarta. Adapun peserta adalah muadzin jamaah Masjid Muttaqin, khususnya untuk kalangan remaja. Strategi pengabdianmasyarakatdilakukan melalui ceramah, tanya jawab, diskusi danlatihan atau praktek. Sebelum dan setelah pelatihan dilakukan pre-test dan post-test yang hasilnya menunjukkan terdapat peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta setelah mengikuti sajian materi tentang adzan. Oleh karena itu, dapat diungkapkan bahwa pelaksanaan pelatihan dapat memberi pengaruh dan dampak yang positif terhadap peserta. Dengan demikian, para peserta yang terdiri dari remaja masjid diharapkan mampu melanjutkan dan menjadi generasi para muadzin yang telah lanjut usia, sehingga pelatihan memberi dampak positif terhadap masyarakat yang ada di daerah tersebut, khususnya sekitar masjid Muttaqin, Joyosuran, Surakarta. Kata Kunci: muadzin, kesalahan lafadz, adzan