Muna Azizah
STIQ Rakha Amuntai

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Konsep Pengembangan Self-Esteem Pada Anak Untuk Membangun Kepercayaan Diri Sejak Dini Ilham Kamaruddin; Imam Tabroni; Muna Azizah
Al-Madrasah: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Al-Madrasah Vol. 6, No. 3 (Juli 2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (SIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35931/am.v6i3.1015

Abstract

Konsep diri bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir. Bahkan ketika lahir, kita tidak memiliki konsep diri, tidak memiliki pengetahuan tentang diri, dan tidak memiliki penghargaan tertentu terhadap diri kita. Konsep diri akan terbentuk sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, anak-anak membutuhkan konsep diri untuk dapat masuk dan diterima lingkungan sosialnya, dan salah satu pembentuk konsep diri itu yakni dengan adanya self-esteem (harga diri). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi literatur. Kegiatan penelitian dengan studi literatur dilakukan peneliti dengan cara mencari data dari berbagai sumber tertulis, baik berupa buku, artikel, dan jurnal yang relevan dengan obyek penelitian, sehingga masalah dapat dipecahkan dengan menelaah sumber-sumber data yang sudah terkumpul sebelumnya dan tidak perlu lagi riset secara langsung di lapangan. Kepercayaan diri seorang anak tentu tidak timbul dengan sendirinya. Orang tua mempunyai peran terbesar dalam menumbuhkan self-esteem anak agar menjadi individu yang percaya diri. Self-esteem adalah cara seorang anak berpikir dan merasakan segala sesuatu tentang dirinya. Apakah ia merasa dicintai, disayangi, dihargai, atau justru merasa diabaikan dan ditolak, perasaan inilah yang kemudian akan menentukan baik/buruk perilakunya. Orang tua yang mampu menunjukkan rasa cinta, kasih sayang, dan penghargaan, bahkan ketika anak berbuat salah sekalipun, akan membuat self-esteem anak menjadi positif. Anak akan tumbuh menjadi sosok yang bersyukur dan percaya diri. Sebaliknya, orang tua yang lebih sering menunjukkan rasa marah, kecewa, atau frustrasi ketika melihat perilaku anak akan menciptakan self-esteem yang negatif dalam diri anak.