Yusy Widarahesty
Universitas Al Azhar Indonesia

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

REPRODUKSI KULTURAL MITOS “PEREMPUAN IDEAL” JEPANG MELALUI SERIAL TV OSHIN KARYA SUGAKO HASHIDA TAHUN 1983 Yusnida Eka Puteri; Yusy Widarahesty
Jurnal Kajian Wilayah Vol 8, No 1 (2017): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.734 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v8i1.771

Abstract

Japan was a fairly equitable matriarchal society until Confucian ideas immigrated from China. These ideas defined Japanese society up until the end of World War II. The integration of Confucian hierarchical structures where male domination shifted gender roles into a patriarchal system. Gender roles are defined by culture rather than physical differences between men and women. Japan traditional values that form the idealism of Japanese women continued until the early modern period. Those values known as “ryousai kenbo” (good wife and wise mother). This gender issues also widely seen in popular culture of the Japanese manga, anime to drama, one of the legendary popular drama is Oshin. Oshin is the name of the heroine of television drama that went out twice a day in Waku-waku Channel for a year . Oshin is much more than the epitome of the good wife and wise mother, she is courageous, hard working and preservering. This research is specifically conducted by looking at the dynamic of Japan gender issues through the serial movie of drama Oshin using cultural reproduction by Pierre Bourdieu.Key Words: Cultural Reproduction, Ideal Women,Oshin, Japan AbstrakJepang merupakan masyarakat matriarkal yang cukup sejajar hingga datangnya pemikiran Konfusian dari China. Pemikiran ini mendefinisikan masyarakat  Jepang sampai akhir Perang Dunia II. Integrasi struktur hierarkis Konfusian dengan dominasi peran gender laki-laki mengalihkan ke dalam sistem patriarki. Peran gender ditentukan oleh budaya dan bukan perbedaan fisik antara pria dan wanita. Nilai tradisional  Jepang yang membentuk idealisme wanita Jepang berlanjut hingga masa modern awal. Nilai itu dikenal sebagai “ryousai kenbo” (istri yang baik dan ibu yang bijak). Isu gender ini juga banyak terlihat dalam budaya populer manga Jepang, anime hingga drama, dengan salah satu drama populer dan legendaris adalah Oshin. Oshin adalah nama pahlawan drama televisi yang keluar dua kali sehari di Waku-waku Channel selama setahun. Oshin lebih dari sekadar lambang istri yang baik dan ibu yang bijak, dia pemberani, pekerja keras dan penjaga. Penelitian ini secara khusus dilakukan dengan melihat dinamika isu gender Jepang melalui serial drama drama Oshin dengan menggunakan reproduksi budaya oleh Pierre Bourdieu.Kata Kunci: Reproduksi Budaya, Wanita Ideal, Oshin, Jepang
“FATHERING JAPAN” :DISKURSUS ALTERNATIF DALAM HEGEMONI KETIDAKSETARAAN GENDER DI JEPANG Yusy Widarahesty
Jurnal Kajian Wilayah Vol 9, No 1 (2018): Jurnal Kajian Wilayah
Publisher : Research Center for Regional Resources-Indonesian Institute of Sciences (P2SDR-LIPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.785 KB) | DOI: 10.14203/jkw.v9i1.786

Abstract

The phenomenon of gender gap in Japan has brought many impacts of change in Japan from the declining birth rate and including the emergence of non-profit organizations (NPO) action groups namely "Fathering Japan"(Ikumen) founded by Tatsuya Ando in 2006, which tried to present as a form of resistance ideology from the myth of "Gender Stereotypes" hegemony in Japan.Ando established the NPOto encourage present and future fathers to play a more active role in child-rearing.“The priority of traditional Japanese fathers is work ... they don't know what to do even when they come home early," said Tetsuya Ando. Thus, it is important to study this social and cultural phenomenon to understand the whole structure of Japanese non-traditional security problem that can be seen through the “Fathering Japan” as a new discourse. By using the discourse alternative approach to analyze the role of the social movement of "Fathering Japan" (Ikumen) as the resistance ideology from Japan cultural mythology, the study was conducted by using qualitative methods through the Discourse Analysis by Ernesto and Chantal Mouffe.Keywords: Fathering Japan, discourse, Non Profit Organization, gender gap, JapanAbstrakFenomena kesenjangan gender di Jepang telah membawa banyak dampak perubahan di Jepang dari tingkat kelahiran yang menurun dan termasuk munculnya  Organisasi Non Profit  (NPO) yaitu "Fathering Japan" (Ikumen) yang didirikan oleh Tatsuya Ando pada 2006, yang mencoba menyajikan bentuk ideologi perlawanan dari mitos hegemoni "Gender Stereotypes" di Jepang. Ando mendirikan NPO untuk mendorong ayah hadir di masa depan untuk memainkan peran yang lebih aktif dalam membesarkan anak. "Prioritas ayah tradisional Jepang adalah pekerjaan ... mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan bahkan ketika mereka pulang lebih awal," kata Tetsuya Ando.Dengan demikian, penting untuk mempelajari fenomena sosial dan budaya ini untuk memahami keseluruhan struktur masalah keamanan non-tradisional Jepang yang dapat dilihat melalui "Fathering Japan" sebagai diskursus baru. Dengan menggunakan pendekatan diskursus alternatif  untuk menganalisis peran gerakan sosial "Fathering Japan" (Ikumen) sebagai ideologi perlawanan dari mitologi budaya Jepang, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui Analisis Wacana oleh Ernesto dan Chantal Mouffe .Kata kunci: fathering Jepang, diskursus, NPO, ketimpangan gender, Jepang
Kritik Terhadap Nilai Tradisional Masyarakat Jepang dalam Novel Hanaoka Seishu No Tsuma Nina Alia Ariefa; Yusy Widarahesty
JURNAL Al-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA Vol 5, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Al Azhar Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (464.989 KB) | DOI: 10.36722/sh.v5i2.349

Abstract

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk menemukan perwujudan nilai tradisional masyarakat Jepang dan kritik terhadapnya melalui penggambaran tokoh dalam novel Hanaoka Seishu no Tsuma. Pendekatan semiotika aspek semantika digunakan dalam analisis penelitian ini melalui pengamatan terhadap tokoh perempuan dan laki-laki dalam novel ini. Kesimpulan dari penelitian ini adalah perwujudan nilai tradisional masyarakat Jepang melalui penggambaran tokoh dalam novel Hanaoka Seishu no Tsuma yang meliputi nilai tradisional masyarakat Jepang mengenai standar kualifikasi perempuan, yang mencakup fisik/tampilan, sifat dan perilaku, usia, produktifitas perempuan.Abstract  – This study aims to find the embodiment of the traditional value of Japanese society and criticism of it through the depiction of characters in the novel Hanaoka Seishu no Tsuma. Semantics aspect semiotics approach is used in the analysis of this research through observations of female and male characters in this novel. The results show that there are traditional values of Japanese society regarding women's qualification standards, which includes physical / appearance, nature and behavior, age, women's productivity.Keywords - Hanaoka Seishu no Tsuma, Novel, Semantics, Semiotics