Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

SELF EFFICACY DAN PEMANFAATAN BISKUIT LABU KUNING SEBAGAI MAKANAN TAMBAHAN TERHADAP PENCEGAHAN STUNTING PADA GOLD PERIOD DI SIOSAR [SELF EFFICACY AND THE USAGE OF PUMPKIN BISCUIT AS FOOD SUPPLEMENTS FOR STUNTING PREVENTION ON GOLD PERIOD IN SIOSAR] Lidya Natalia Br Sinuhaji; Juliana Munthe; Astaria Ginting; Mutiara Asia; Nikmatul Isnaniyah
Jurnal Sinergitas PKM & CSR Vol 5, No 3 (2021): December
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/jspc.v5i3.4752

Abstract

Background. Globally, there are around 101 million children under 5 years who are under the ideal body weight and 165 million children are stunted. Based on the Basic Health Research (Riskesdas), there are 37.2% of children under 5 years in Indonesia experiencing stunting. Stunting describes the incidence of malnutrition in toddlers that lasts for a long time and its impact is not only physically but also on cognitive function. The PURPOSE of this community service is to empower the community to arise their self-efficacy by utilizing pumpkin biscuits to prevent stunting. The METHOD is carried out in 4 stages, namely reviewing participatory rural conditions, group development, planning and implementing activities as well as participatory monitoring and evaluation. RESULTS in the Siosar area, pumpkin is very easy to obtain because 90% of the local people are vegetable farmers, one of which is pumpkin. Therefore, this activity can solve the problems that exist in Siosar by utilizing agricultural products, namely pumpkin, to be processed in a modern form into biscuits so that babies and pregnant women can consume them easily and it is useful to prevent stunting.BAHASA INDONESIA ABSTRACT: Latar Belakang. Secara global terdapat sekitar 101 juta anak dibawah usia 5 tahun yang termasuk dibawah berat badan ideal dan 165 juta anak mengalami stunting. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat 37,2 % anak balita di Indonesia mengalami stunting dan tahun 2018 sekitar 37 % (90 juta) anak mengalami stunting di Indonesia. Stunting menggambarkan kejadian kurang gizi pada balita yang berlangsung dalam waktu yang lama dan dampaknya bukan hanya secara fisik tetapi justru pada fungsi kognitif. TUJUAN pengabdian kepada masyarakat ini untuk memberdayakan masyarakat agar muncul self efficacy dan masyarakat mampu memanfaatan biskuit labu kuning untuk pencegahan stunting. METODE yang dilakukan dengan 4 tahap yaitu mengkaji keadaan pedesaan partisipatif, pengembangan kelompok, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan serta monitoring dan evaluasi partisipatif. HASIL di wilayah Siosar labu kuning sangat mudah diperoleh karena 90% masyarakat setempat adalah petani sayur, salah satu tanaman yaitu labu kuning. Oleh karena itu kegiatan ini dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di Siosar dengan memanfaatkan hasil pertanian dan hasil labu kuning  yang didapat diolah dengan bentuk yang modern menjadi biskuit sehingga bayi dan ibu hamil dapat mengosumsi dengan mudah sehingga bermanfaat untuk mencegah terjadinya stunting.