Heksa Biopsi Puji Hastuti
Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MOTIF GENDER DALAM TIGA CERITA RAKYAT TOLAKI (Gender Motif in Three Tolakinese Folktales) Zakiyah Mustafa Husba; Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Rahmawati; NFN Uniawati
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2104

Abstract

Cerita yang melibatkan tokoh perempuan ini memuat motif gender baik sebagai motif utama maupun motif bawahan. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini ialah bagaimana motif gender yang terkandung dalam tiga cerita rakyat Tolaki dan bertujuan mengungkap motif gender yang terdapat di dalam cerita “Wekoila”, “Haluoleo”, dan “Pasaeno”. Data berupa cerita rakyat Tolaki diperoleh melalui teknik wawancara dan penelusuran pustaka. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis struktural Levi-Straus dengan mengurai mitem-mitem cerita. Selanjutnya, analisis motif dilakukan dengan fokus motif gender. Dari hasil analisis diketahui bahwa cerita “Wekoila” menunjukkan bahwa tokoh perempuan diposisikan superior. Cerita “Haluoleo” memuat bahwa tidak ada konsep baku bagi pemosisian perempuan. Sementara itu, cerita “Pasaeno” menunjukkan tokoh perempuan yang ditempatkan sebagai pihak yang diabaikan hak-haknya. Dengan demikian, motif gender dalam ketiga cerita rakyat Tolaki ini disimpulkan tidak memiliki keseragaman.Stories that involve female characters contain both genders as the primary motive and subordinate motives. The problem raised in this study was how the gender motives were contained in the three Tolaki folktales and aimed to uncover the gender motives contained in the "Wekoila", "Haluoleo", and "Pasaeno" stories. Tolaki folklore was obtained through interview techniques and library research. Data were analyzed qualitatively by using  Levi-Strauss structural analysis approach by breaking down myths. Then motive analysis was carried out with a focus on gender motives. The results of the analysis were known that the Wekoila story showed the gender motive in which female character was placed in the superior position. Haluoleo's story contained the gender motive in which there were no fixed concepts for women positioning. Meanwhile, Pasaeno's story showed the gender motive in which female characters were placed as whose rights were ignored. Thus it was concluded that the gender motives in the three Tolakinese folktales were lack of uniformity.
AKTIVITAS SASTRA DI UNIVERSITAS HALU OLEO (Literature Activity in Halu Oleo University) NFN Rahmawati; Heksa Biopsi Puji Hastuti; NFN Syaifuddin; NFN Mulyadi
Kandai Vol 17, No 2 (2021): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v17i2.2978

Abstract

This study aimed to describe the literary activities carried out at Halu Oleo University (UHO) Kendari in the perspective of the sociology of literature by Pierre Bourdieu. This research is a qualitative descriptive study. Research data were information about literary activities at UHO obtained through questionnaires, interviews, note-taking, and literature studies. The informants' answers from the interviews in the research instrument were recorded. Literature study was used to obtain as much data as possible from relevant books or writings. Data from interviews, recordings, and literature studies were described and then classified according to the research problem. The results showed that literary activities that are often held at UHO include various literary activities that were packaged in an activity. In it, various literary activities were carried out, such as the Gerbang Lastra (Lastra Gate), Pentas Arena (Arena Performances), Pekan Sastra (Literature Week), Hibah Sastra (Literature Grants), Lomba Seni dan Pameran Karya (Lensa) (Art Competitions and Work Exhibitions), and so on. Student organizations that often hold literary activities included the Studio Drama, FKIP UHO, Bengkel Sastra Indonesia (BSI, Indonesian Literature Workshop), Pekerja Puisi Sulawesi Tenggara (Eksis) (Southeast Sulawesi Poetry Worker), Laskar Sastra (Lastra), UK-Seni, Sanggar Katalis, Fista, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia HMJJPBI (Indonesian Language Education Department Student Association), and Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia (HMSSI) (Indonesian Literature Student Association). Literary activities that were built were born from the correlation between habitus, arena, capital capital, social capital, cultural capital, and symbolic capital. In carrying out literary activities, event organizers are still often constrained by funding, training venues, and secretariat rooms. Funding constraints are overcome by using membership fees, charging competition participants, sponsors, or holding fundraising activities through bazaar activities.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan aktivitas sastra yang dilaksanakan di Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari dalam perspektif sosiologi sastra Pierre Bourdieu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitian merupakan informasi mengenai aktivitas sastra di UHO yang diperoleh melalui teknik kuisioner, wawancara, pencatatan, dan studi pustaka. Jawaban informan dari hasil wawancara dalam instrumen penelitian dicatat. Studi pustaka digunakan untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya dari buku-buku atau tulisan yang relevan. Data hasil wawancara, pencatatan, dan studi pustaka dideskripsikan kemudian diklasifikasi sesuai dengan permasalahan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sastra yang sering diadakan di UHO meliputi berbagai kegiatan sastra yang dikemas dalam suatu kegiatan. Di dalamnya dilaksanakan berbagai aktivitas sastra, seperti Gerbang Lastra, Pentas Arena, Pekan Sastra, Hibah Sastra, Lomba Seni dan Pameran Karya (Lensa), dan sebagainya. Organisasi kemahasiswaan yang kerap menggelar kegiatan sastra antara lain Studio Drama FKIP UHO, Bengkel Sastra Indonesia (BSI), Pekerja Puisi Sulawesi Tenggara (Eksis), Laskar Sastra (Lastra), UK-Seni, Sanggar Katalis, Fista, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia HMJJPBI), dan Himpunan Mahasiswa Sastra Indonesia (HMSSI). Aktivitas sastra yang dibangun lahir dari adanya korelasi antara habitus, arena, modal kapital, modal sosial, modal budaya, dan modal simbolik. Dalam menjalankan aktivitas sastra, penyelenggara kegiatan masih sering terkendala dengan pendanaan, tempat latihan, dan ruang sekertariat. Kendala dana diatasi dengan menggunakan iuran anggota, mengenakan biaya pada peserta lomba, sponsor, atau mengadakan kegiatan pencarian dana melalui kegiatan bazar.
MITOS OHEO DAN ASAS HUBUNGAN DALAM KONSEP O RAPU Menguak Posisi Perempuan dalam Keluarga Suku Tolaki Heksa Biopsi Puji Hastuti
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 6, No 1 (2014): PATANJALA VOL. 6 NO. 1 MARCH 2014
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (123.856 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v6i1.181

Abstract

AbstrakMitos Oheo adalah kisah tentang salah satu versi asal-usul suku Tolaki. Sumber mitologi yang diperoleh dari orang-orang tua suku Tolaki ini memuat kisah Oheo dan Anawaingguluri yang dalam salah satu buku sumber dikatakan sama dengan Putri Wekoila, seorang perempuan yang menjadi cikal bakal suku Tolaki. Meskipun mitos Oheo sudah tidak sekuat dulu diyakini oleh suku Tolaki, mitos ini memuat hal-hal yang pada akhirnya menjadi acuan aturan adat yang sudah ditetapkan. Penelitian difokuskan pada salah satu aspek aturan adat suku Tolaki, yaitu konsep o rapu. Penelitian ini bertujuan mengungkap asas hubungan dalam konsep o rapu yang terepresentasi dalam mitos Oheo. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan kajian budaya, khususnya teori intertekstual. Hasil analisis menunjukkan bahwa di dalam mitos Oheo terdapat representasi asas hubungan meowali, meo’ana meo’ana, meo’ina meo’ana, dan mbeo’ana. Pembahasan hasil analisis diarahkan pada hubungan representasi konsep o rapu di dalam mitos dengan posisi perempuan di dalam keluarga suku Tolaki. Dari hasil dan pembahasan diketahui bahwa perempuan dalam keluarga suku Tolaki berada pada posisi terhormat dikaitkan dengan proses perawatan anak sebagai regenerasi keluarga, tidak tabu berada pada wilayah kerja nondomestik, dan posisi yang berhak mendapat perlindungan dari anggota keluarga laki-laki. AbstractOheo myth is one of the stories versions of Tolaki tribe.  The ancient mythology of ancient Tolaki’s tribe tell about the story of Oheo’s and Anawaingguluri and it is same with the Princess of Wekoila, the pioneer woman of Tolaki’s tribe. Eventhough the myth is not strong as before, the myth contains the rule of thier custom.  This research focused on one of the rule aspect of Tolaki’s tribe, which is o rapu concept.  The purpose of this research is to reveal the relations of o rapu representations concept in Oheo myth.  Qualitative method is used in this research and cultural studies as an approach, especially intertextual theory.  The result of the research describes that in Oheo myth contained of principal representations of meowali, meo’ana meo’ana, meo’ina meo’ana, and mbeo’ana. The discussion of the research is directed to the relations concept of o rapu representation in myth and with women positions in the Tolaki’s tribe.  From the finding and the discussion, it was found that women position in Tolaki tribe family is in the honorable position, it can be seen in the nursing/care process, domestics area is not taboo, and has the right in patronage from male family members.