This Author published in this journals
All Journal Kandai SALINGKA
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

OKA RUSMINI MENGKRITIK TRADISI BALI DALAM NOVEL: TARIAN BUMI, KENANGA, DAN TEMPURUNG Sastri Sunarti
Kandai Vol 12, No 1 (2016): Kandai
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1088.112 KB) | DOI: 10.26499/jk.v12i1.74

Abstract

Novel Oka Rusmini yang berjudul Tarian Bumi (2000), Kenanga (2003), dan Tempurung (2010) adalah tiga karya yang memiliki tema sentral penggugatan terhadap budaya Bali tradisional, khususnya dominasi patriarki dalam keluarga Bali. Ketiga novel ini menampilkan tokoh utama perempuan sebagai subordinat dalam budaya Bali tradisional. Penggugatan tersebut disampaikan dalam bentuk naratif dan dialogis dengan membicarakan identitas, realitas, dan  posisi perempuan dalam struktur masyarakat Bali. Ketiga novel ini akan dibahas dengan wacana feminisme kultural yang fokus pada isu-isu kesetaraan hak antara lelaki dan perempuan dalam bingkai budaya dan analisis wacana. Berdasarkan hasil pembacaan kritis dengan pendekatan feminisme cultural tersebut diperoleh kesimpulan bahwa perempuan Bali melalui tokoh utama dalam ketiga novel tersebut berupaya melakukan resistensi terhadap dominasi patriarki yang berlaku terhadap diri mereka.
PRIBUMI, TIONGHOA, INDO, DAN TOTOK: REPRESENTASI MULTIKULTURALISME DAN PENOKOHAN DALAM KATROLOGI PRAMOEDYA ANANTA TOER Sastri Sunarti
Salingka Vol 11, No 01 (2014): SALINGKA, EDISI JUNI 2014
Publisher : Balai Bahasa Sumatra Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.241 KB) | DOI: 10.26499/salingka.v11i01.1

Abstract

Pembahasan terhadap empat novel monumental Pramoedya Ananta Toer: Bumi Manusia (1980), Anak Semua Bangsa (1980), Jejak Langkah (1986), dan Rumah Kaca (1986) selanjutnya disebut katrologi seperti tidak habis-habisnya untuk diteliti dan dikupas lebih dalam. Selalu ada ruang terbuka baru yang bisa diperdebatkan berkaitan dengan katrologi Pramoedya tersebut. Pada kesempatan ini, ruang terbuka baru yang akan dibicarakan dalam katrologi Pramoedya tersebut berkenaan dengan semangat multikulturalisme dan penokohan. Penokohan dan latar budaya masing-masing tokoh dalam katrologi Pramoedya ini merepresentasikan sebuah masyarakat multikultur. Dari Bumi Manusia sampai Rumah Kaca, Perancis, Inggris, Jerman, Afrika, Jepang, Cina, Pribumi, Menado, Jawa, Sunda, Madura, Sumatera, Indo, dan Totok memperlihatkan semangat multikultur. Demikian juga latar tempat yang digambarkan mendukung dan mewakili tempat-tempat yang menjadi melting pot di Hindia Belanda seperti tiga kota pelabuhan, Surabaya, Semarang, dan Batavia, juga pelabuhan lainnya di seluruh dunia. Semangat multikultur yang diwakili oleh tokoh-tokoh yang berasal dari berbagai ras dan suku bangsa dalam katrologi Pramoedya ini disampaikan dan digambarkan melalui bahasa yang mereka gunakan, perilaku, nilai-nilai, dan pandangan dunianya.