Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Tradisi Batuyang Maulid Masyarakat Samba Bakumpai Theresia Dessy Wardani; Satriya Nugraha
Anterior Jurnal Vol 20 No 1 (2020): Anterior Jurnal
Publisher : ​Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/anterior.v20i1.1553

Abstract

Perayaan Kelahiran Nabi Muhammad S.A.W. telah menjadi tradisi yang melekat bagi masyarakat di Indonesia, tidak terkecuali masyarakat Desa Samba Bakumpai Kecamatan Katingan Tengah Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah yang dikenal dengan Batuyang Maulid. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan kajian historis, makna serta relevasi perayaan Batuyang Maulid pada masyarakat Desa Samba Bakumpai. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif yang terdiri dari prosedur, teknik pengumpulan serta analisis data yang memuat setiap unsur sumber data penelitian yang menghasilkan gambaran mengenai keberadaan tradisi Batuyang Maulid dalam masyarakat Desa Samba Bakumpai. Tradisi Batuyang Maulid adalah tradisi yang telah mengakar di adat islam masyarakat Desa Samba Bakumpai yang berasal dari perpaduan budaya islam dan hindu. Pelaksanaan perayaan Batuyang Maulid dilakukan dengan mengayun anak-anak dalam sebuah ayunan yang telah dihiasi dengan bermacam bunga, janur daun kelapa serta pinduduk. Setiap barang yang digunakan memiliki makna dan harapan untuk anak yang diayun, seperti Janur yang berbentuk ular lidi memiliki makna kebersihan, anak yang diayun diharapkan nantinya menyukai kebersihan, baik kebersihan diri mapun hatinya. Janur yang berbentuk bunga dan burung memiliki makna kebesaran, anak yang diayun diharapkan menjadi orang besar di kemudian hari nanti. Kemudian Bunga, buah, serta uang yang dijadikan hiasan juga memiliki makna, yaitu kejayaan. Tradisi Batuyang Maulid juga menggambarkan makna kehidupan masyarakat Desa Samba Bakumpai yang selalu mencerminkan sikap gotong royong, kekeluargaan, saling menghormati dan menjaga toleransi sesama warga Desa Samba Bakumpai.
Penerapan Pali Dalam Ritual Tiwah Dayak Ngaju Satriya Nugraha; Theresia Dessy Wardani
Anterior Jurnal Vol 20 No 2 (2021): Anterior Jurnal
Publisher : ​Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/anterior.v20i2.2175

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ragam pali dan denda pali dalam ritual Dayak Ngaju Tiwah. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan model pendekatan budaya dengan mengumpulkan data berupa kata, gambar, dan bukan angka dari studi pustaka, wawancara, catatan lapangan, foto, dan video dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa reduksi data, penyajian data. dan menyimpulkan. Hasil yang diperoleh adalah bahwa dalam ritual tiwah terdapat pembatas adat yang disebut Hinting Pali, yang tidak dapat dilanggar oleh beberapa jenis pali atau pantangan seperti pali sayur, pali hewan, pali ikan, dan sikap / perilaku pali. Jika ada pelanggaran pali dalam ritual tiwah, denda yang diberikan adalah mengganti dua kali lipat biaya tiwah yang telah dikeluarkan oleh anggota ritual tiwah. Penelitian ini hanya membahas pali dalam ritual tiwah masyarakat adat Dayak Ngaju. Kedepannya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar penelitian tentang pali dalam ritual dan upacara lainnya dalam budaya masyarakat adat Dayak Ngaju Kalimantan Tengah.
NILAI PERSONAL DALAM CERITA PALAYA SUBETNIK KATINGAN Theresia Dessy Wardani
JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA Vol 8, No 2 (2018): JURNAL BAHASA, SASTRA DAN PEMBELAJARANNYA (JBSP)
Publisher : Universitas Lambung Mangkurat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (370.809 KB) | DOI: 10.20527/jbsp.v8i2.5503

Abstract

AbstractPersonal Values in Story of Palaya from Katingan Subethnic. Palaya is a community folklore of Katingan sub-ethnic whish is one of the literary works owned by the community of Katingan Tengah sub-ethnic. This study focuses on personal values which include: (1) emotional value, (2) moral value, and (3) Social value. There were 20 personal values found in the story of Palaya, the Katingan sub-ethnic which consist of expression of joy, sadness, fear, shympaty and emphaty, hatred and revenge. There were 16 moral values found in the story of Palaya, the Katingan sub-ethnic, they were respectful, devoted, patient, brave, honest, and wise. There were 10 social values found in the story of Palaya, the Katingan sub-ethnic, they were cooperative attitude, mutual help, doing cooperative activities, helping to overcome difficulties others.Key words: emotional value, moral value, social value, Palaya, story sub-ethnic KatinganAbstrakNilai Personal dalam Cerita Palaya Subetnik Katingan. Palaya adalah dongeng masyarakat subetnik Katingan yang merupakan salah satu bentuk sastra yang dimiliki oleh masyarakat subetnik Katingan Tengah. Penelitian ini difokuskan pada nilai personal yang meliputi: (1) nilai emosional, (2) nilai moral, dan (3) nilai sosial. Nilai personal yang terdapat pada cerita palaya subetnika Katingan berjumlah dua puluh yang terdiri dari ekspresi gembira, sedih, takut, simpati dan empati, benci dan dendam. Nilai moral yang terdapat pada cerita palaya subetnika Katingan berjumlah enam belas yang terdiri dari rasa hormat, berbakti, sabar, berani, jujur, dan bijaksana. Nilai sosial yang terdapat pada cerita palaya subetnika Katingan berjumlah dua puluh yang terdiri dari sikap bekerja sama, saling membantu, melakukan aktivitas bersama, membantu mengatasi kesulitan orang lain.Kata-kata kunci: nilai emosional, nilai moral, nilai sosial, cerita palaya subetnika Katingan