Muhammad Muchlish Huda
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

POLA ANALISIS WACANA STRUKTURALISME STANTON DAN HERMENEUTIKA; KE ARAH TAFSIR AL-QUR’AN HUMANIS-HARMONIS Muhammad Muchlish Huda
El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2983.214 KB)

Abstract

Kertas kerja ini dilatarbelakangi oleh suatu pra-kondisi bahwa al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang sohihun likulli zamanin wa makanin. Ia adalah pedoman hidup bagi umat Islam. Seiring dengan terjadinya dinamisasi masa, untuk menjaga semangat al-Qur’an agar senantiasa relevan dengan problematika kekinian, penafsiran al-Qur’an harus dilakukan dengan full integrated disertai proses kontekstualisasi minus ideologisasi. Mengupayakan pemahaman terhadap al-Qur’an yang full integrated dengan mempertimbangkan unsur ekstrinsik dan intrinsik, medan, komponen dan horizon yang melingkupi teks agaknya akan menimbulkan horizon pemahaman yang lebih luas sehingga barangkali dapat menjadi salah satu acuan tindakan solutif dalam mengatasi problematika sosial-keagamaan yang marak terjadi dalam masyarakat. Wacana berupa teks seperti al-Qur’an bersifat sangat fleksibel. Di tangan interpreter yang tendensius makna teks pun akan menjadi ideologis. Di tangan interpreter yang radikal-ekstremis, makna teks pun akan menjadi rigid dan kaku. Sebaliknya di tangan interpreter yang objektif dengan pemahaman yang tidak tertutupi kerak-kerak ideologis, makna teks pun akan menjadi dinamis, humanis, kontekstual dan terbuka dalam menggumuli kekinian. Dalam konteks tafsir sebagai sebuah ilmu, beberapa teori analisis dan penafsiran karya sastra maupun teks suci keagamaan telah banyak dirumuskan oleh para pakar linguistik, seperti analisis semiotik, hermeneutik dan struktural. Pola analisis dan tafsir ketiganya sangat berbeda. Semiotik menitikberatkan pada tanda-tanda, adapun hermeneutik memotret wacana dan konteks secara integral sementara structural mengkaji adanya keterkaitan struktur intrinsik yang terkandung dalam sebuah karya sastra atau wacana. Kertas kerja ini secara tegas akan mencoba membandingkan visibilitas pola tafsir structural Stanton dan hermeneutik dalam al-Qur’an. Kata Kunci:   Analisis Wacana, Struktural Stanton, Hermeneutik, Tafsir Humanis-harmonis
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN BAHASA ARAB DI PTAI Muhammad Muchlish Huda
El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama Vol. 3 No. 2 (2015)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2709.697 KB)

Abstract

Kemampuan berkomunikasi interpersonal, baik secara aktif maupun pasif bisa diibaratkan as the core of the bahasa Arab, dan begitu juga bahasa-bahasa lain. Namun, fakta berbicara, kurikulum-kurikulum bahasa Arab Madrasah atau pondok pesantren di Indonesia, ternyata sebagian besar masih berorientasi pada pembelajaran bahasa Arab preskriptif bukan deskriptif dan kurang concern terhadap fenomena bahasa Arab yang dewasa ini berkembang pesat dengan segala bentuk transformasi kosakata, maupun pemakaiannya. Bahasa Arab di Indonesia, dalam konteks pembelajaran, sepertinya masih baru diposisikan pada tataran preskriptif saja. Pembelajaran bahasa Arab terutama di pesantren-pesantren tradisional masih saja merangkak dan belum beranjak dewasa. Kurikulum dilihat dari aspek teori hubungannya dengan komponen-komponen penunjangnya, memiliki empat elemen penting, di mana keempat element tersebut dapat dijadikan sebagai “lahan basah” dalam kegiatan pengembangan kurkulum yang berkelanjutan demi terciptanya sebuah formulasi kurikulum yang sesuai dengan landasan filosofis serta selaras dengan tujuan institusional lembaga penyelenggara pendidikan. Keempat elemen tersebut adalah purpose (Goals and Objectives), content or subject matter, methods or learning experiences, evaluation. Kata Kunci: Kurikulum, Pendidikan Bahasa Arab, PTAI
FISIBILITAS HERMENEUTIKA DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN Muhammad Muchlish Huda
Dialogia Vol 12, No 1 (2014): DIALOGIA JURNAL STUDI ISLAM DAN SOSIAL
Publisher : IAIN Ponorogo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21154/dialogia.v12i1.302

Abstract

AbstractThis paper is motivated by the fact that the Quran is the holy book of Islam that is relevant beyond time and space. It is a source of way of life for Muslims. Along with the course of time, to keep the spirit of the Qur'an relevant to the problems of the present, the interpretation of the Quran must be done, accompanied by the process of its contextualization instead of its being ideology. In fact, some people interpret the Qur'an with biases rooted in their ideological backgrounds. The meaning of the Qur'an is often contaminated by ideological interests of its interpreters. As a result, Muslims accused each other of infidelity and heresy. Hermeneutics as a science which deals with the activities of interpretation is supposed to be able to glue the wide spectrum of the activities. This paper focuses the discussion on the feasibility  of hermeneutics in the interpretation of the Quran. It argues that some of the positive principles of interpretation in hermeneutics are feasible for the interpretation of the Quran. The purpose of the hermeneutical interpretation of the Qur'an is to purify the Qur'an from the ideological interests of its interpreters. Tulisan ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang cocok untuk segala ruang dan waktu. Ia adalah pedoman hidup bagi umat Islam dalam menjalankan kehidupan. Seiring dengan terjadinya dinamisasi masa, untuk menjaga semangat al-Qur’an agar senantiasa relevan dengan problematika zaman, penafsiran atasnya harus dilakukan dengan disertai proses kontekstualisasi tanpa disertai ideologisasi. Faktanya, beberapa pihak menafsirkan al-Qur’an dengan kecondongan tertentu sebagai akibat pengaruh latar belakang ideologi yang dianut. Maksud dan makna al-Qur’an yang suci dikotori oleh kepentingan ideologi penafsirnya. Akibatnya, saling menghukumi dan mengkafirkan antaraliran sering terjadi di kalangan umat Islam. Hermeneutika sebagai ilmu yang membahas kegiatan interpretasi dipandang mampu merekatkan kembali aliran-aliran tersebut. Dari latar belakang tersebut, tulisan ini membahas fisibilitas hermeneutika dalam penafsiran al-Qur’an. Penulis melihat bahwa beberapa prinsip interpretasi dalam hermeneutika dapat digunakan dalam penafsiran al-Qur’an. Salah satu tujuan hermeneutika dalam penafsiran al-Qur’an adalah menghindarkan al-Qur’an dari pengaruh destruktif ideologi penafsirnya.