Ririn Tri Puspita Ningrum
Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) Madiun

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

REFLEKSI PRINSIP-PRINSIP KEUANGAN PUBLIK ISLAM SEBAGAI KERANGKA PERUMUSAN KEBIJAKAN FISKAL NEGARA Ririn Tri Puspita Ningrum
El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama Vol. 2 No. 1 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1686.561 KB)

Abstract

Keuangan publik Islam merupakan keuangan yang dikelola untuk kepentingan masyarakat yang tujuan dasarnya adalah untuk merealisasikan adanya falah. Nilai-nilai Qur’ani seperti persaudaraan, persamaan, kebebasan, dan keadilan semestinya juga menjadi dasar dari perumusan sistem keuangan dan kebijakan fiskal negara baik dalam upaya stabilisasi di bidang sosial, politik, ekonomi, budaya serta pertahanan keamanan. Dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman, maka sistem keuangan Islam mengalami pembaharuan. Walaupun demikian, mekanisme teknis pengelolaan keuangan publik (khususnya pada kebijakan fiskal) yang dibangun harus menanamkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan tujuan-tujuan Islam baik dari segi penerimaan maupun pengeluarannya, antara lain: pertama, mengenai prinsip-prinsip yang diterapkan dalam penerimaan publik Islam yaitu: sistem pungutan wajib (dharibah) harus menjamin bahwa hanya golongan kaya dan memiliki kelebihanlah yang memikul beban utama dharibah; tidak dipungut atas dasar besarnya input sumberdaya yang digunakan, melainkan atas hasil usaha ataupun tabungan yang terkumpul; Islam tidak mengarahkan pemerintah mengambil sebagian harta milik masyarakat secara paksa meskipun kepada orang kaya; Islam memperlakukan kaum Muslimin dan Non Muslimin secara adil dan pungutan dikenakan proporsional terhadap manfaat yang diterima pembayar. Kedua, secara garis besar prinsip yang harus diterapkan dalam pengeluaran dalam keuangan publik Islam antara lain: penerimaan negara dialokasikan untuk mewujudkan semaksimal mungkin maslahah, menghindari masyaqqoh (kesulitan) dan madharat harus didahulukan daripada melakukan perbaikan, madharat individu dapat dijadikan alasan demi menghindari madharat dalam skala yang lebih luas, pengorbanan individu dapat dilakukan dan kepentingan individu dapat dikorbankan demi menghindari kerugian dan pengorbanan dalam skala umum, manfaat publik yang didistribusikan adalah seimbang dengan penderitaan atau kerugian yang ditanggung, pengeluaran harus diwujudkan jika merupakan syarat untuk ditegakkannya syari’at.. Kata Kunci: Islam, Keuangan Publik, Kebijakan Fiskal, Pajak, Zakat.
PEMIKIRAN ASY-SYATIBI TENTANG MAQASHID SYARI’AH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TEORI PERILAKU EKONOMI MODERN Ririn Tri Puspita Ningrum
El-Wasathiya: Jurnal Studi Agama Vol. 2 No. 2 (2014)
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Madiun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1731.998 KB)

Abstract

Tulisan ini hendak mengkaji pemikiran Asy-Syatibi yang berkaitan dengan teori ekonomi baik pada aspek produk, konsumsi dan distribusi. Argumen dasar yang dikembangkan dalam tulisan ini adalah bahwa konsep maqashid syari’ah yang dikemukakan oleh Asy-Syatibi patutnya menjadi acuan dalam setiap proses analisis terkait perilaku ekonomi (produksi, konsumsi dan distribusi), sehingga sistem dan ilmu yang kini tengah diformulasiakan dapat memberi kemaslahatan dan mampu menjadi solusi terhadap komplek ekonomi kekinian yang kian akut. Maqashid Syari’ah dalam dataran idealnya juga harus berimplikasi pada perilaku ekonomi individu muslim, baik dalam posisinya sebagai konsumen maupun produsen. Kesemua aktivitas ekonomi tersebut harus menuju kepada kemaslahatan sehingga dapat memelihara maqashid syari’ah. Kebutuhan dasar (al-kuliyyah al-khamsah) pada dasarnya masih dapat diekstensifikasikan dengan mengusulkan nilai-nilai yang dapat dimasukkan dalam maqashid syari’ah, seperti egalitarianism, toleransi, hak asasi manusia, perdamaian, keadilan dan sebagainya. Selanjutnya juga harus diklasifikasikan tingkatan masing-masing nilai tersebut, apakah dalam kategori dharuriyah, hajjiyah ataukah tahsiniyah. Nilai-nilai yang terkandung dalam maqashid syari’ah mungkin semuanya adalah dharuriyah, namun operasionalisasi perilaku ekonomi (baik pada apek produksi, konsumsi dan distribusi), nilai-nilai tersebut perlu diberikan skala prioritas sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Kata Kunci: Asy-Syatibi, Maqashid Sayri’ah, Perilaku Ekonomi Modern.