Edward KSL
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN MASA SIMPAN PACKED RED CELL DENGAN KEJADIAN FEBRILE NON HAEMOLYTIC TRANSFUSION REACTION (FNHTRs) Alamsyah Alamsyah; Dian Widyaningrum; Edward KSL
Media Medika Muda Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.678 KB)

Abstract

Latar belakang: Salah satu komponen sel darah yang sering digunakan untuk transfusi adalah Packed Red Cell (PRC). Pemberian transfusi komponen darah dapat disertai dengan reaksi transfusi baik reaksi transfusi cepat atau lambat. Reaksi transfusi sebagian besar (55%) berupa demam atau reaksi panas non hemolitik atau febrile non haemolytic transfusion reaction (FNHTRs). Penyebab dari kejadian tersebut dikaitkan dengan adanya allogenic leucocytes dan pelepasan sitokin proinflamasi seperti IL-1, IL-6, IL-8, TNFα, Cell-free DNA (cfDNA), histone serta dipengaruhi oleh lama masa simpan darah.Metode: Studi cross-sectional, pasien yang mendapat transfusi PRC di Bank Darah Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang, selama 1 januari 2015 hingga 30 Agustus 2017. Analisis hubungan menggunakan uji Chi-quare.Hasil: Sejumlah 90 pasien yang mendapat transfusi PRC diikutkan dalam penelitian. Reaksi transfusi terjadi pada usia ≥ 45 tahun sebanyak 30 pasien (51,7%), jenis kelamin perempuan 37 pasien (63,8%), durasi transfusi 60-120 menit 41 pasien (70,7%) dan volume transfusi >50 cc47 pasien (81%). Analisa hubungan menunjukkan hubungan yang signifikan antara masa simpan PRC > 14 hari dengan kejadian reaksi transfusi (p=< 0,001) dan dengan kejadian demam (p=<0,001). Reaksi lainnya masa simpan > 14 hari 11 pasien (34,4%) dan masa simpan < 14 hari 21 pasien (65,6%).Simpulan: Terdapat hubungan yang positif antara masa simpan darah lebih dari 14 hari dengan kejadian reaksi transfusi febril non hemolitik.
HUBUNGAN KADAR HbA1c DENGAN PERSENTASE MONOSIT PADA OBESITAS Edward KSL; Purwanto AP; Imam BW
Media Medika Muda Vol 3, No 2 (2018)
Publisher : Faculty of Medicine Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: HbA1c merupakan salah satu parameter yang dapat berguna dalam diagnosis diabetes melitus yang dapat terjadi pada keadaan obesitas. Monosit sebagai sel radang banyak diteliti dalam kaitannya dengan diabetes melitus dan obesitas. Perlu diketahui hubungan antara HbA1c dengan persentase monosit pada obesitas. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan kadar HbA1c dengan persentase monosit pada obesitas.Metode: Penelitian belah lintang pada 30 mahasiswa kedokteran di laboratorium swasta kota Semarang pada bulan Maret–April 2017. Persentase monosit termasuk di dalam darah lengkap diperiksa dengan alat analiser hematologi Sysmex XS–800i, sedangkan HbA1c diperiksa menggunakan Hemocue HbA1c 501 System. Analisis data dilakukan menggunakan uji Spearman dengan signifikansi p<0,05.Hasil: Median kadar HbA1c sebesar 5,8 ± 0,23%. Hasil pemeriksaan leukosit responden yaitu jumlah leukosit yaitu 8,600 ± 339,77/µl, persentase limfosit 33 ± 1,19%, persentase neutrofil 56 ± 1,35%, dan persentase monosit sebesar 9,0 ± 0,26%. Hasil uji Spearman didapatkan nilai korelasi (r) sebesar 0,131 dengan p=0,489.Simpulan: Tidak terdapat hubungan antara HBA1c dengan persentase monosit pada obesitas. Jumlah monosit meningkat dapat digunakan sebagai parameter monitoring dan evaluasi pada obesitas yang dapat berkembang ke arah diabetes melitus. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan pada populasi obesitas dengan usia yang lebih tua maupun parameter lainnya berkaitan dengan obesitas dan diabetes melitus.