Ahmad Tamrin Sikumbang
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Indonesia

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

The Political Communications of Khofifah Indar Parawansa to Obtain Support of the Golkar Party, the Democrat Party, and Nahdlatul Ulama Figures in the 2018 East Java Governor Election Ahmad Tamrin Sikumbang; Syukur Kholil; Ramdeswati Pohan
Randwick International of Social Science Journal Vol. 2 No. 4 (2021): RISS Journal, October
Publisher : RIRAI Publisher

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47175/rissj.v2i4.290

Abstract

Identity politics is often seen as preventing a woman from becoming a leader. In fact, the potential for leadership is a gift from God that must be managed wisely, responsibly, and full of trust. In the Qur'an sura Al Baqarah verse 228 Allah SWT gives His signal that women have equal rights with men in all matters including leadership. Twice failed in the East Java Governor Election did not stop Khofifah Indar Parawansa's determination to return to participate in the for the third time. This study has the aim of knowing the political communication efforts carried out by Khofifah Indar Parawansa in gaining the support of the Golkar Political Party and the Democratic Party as well as NU figures so that they win the 2018 East Java Governor election. The research method used in this study is to use qualitative analysis with a phenomenological approach that uses a phenomenological approach. Relies on data collection, including interviewing key informants and several other key informants, as well as conducting in-depth analysis of a series of studies. The results of this study conclude that the political communication process of Khofifah Indar Parawansa before becoming the Governor of East Java for the 2018-2023 period, the main thing is to build intensive political communication to the Kiai Nahdlatul Ulama (NU) as informal figures who are influential in East Java. Through the role of the NU (Nahdliyin) East Java clerics, strategies and patterns of political communication were developed with local political figures from major political parties to win the 2018 East Java Governor election contestation.
Strategi Komunikasi Taruna Siaga Bencana Dalam Mensosialisasikan Urgensi Mitigasi Bencana di Kota Medan Rachma Sari Tanjung; Ahmad Tamrin Sikumbang; Winda Kustiawan
JURNAL SIMBOLIKA Research and Learning in Communication Study Vol. 8 No. 2 (2022): JURNAL SIMBOLIKA Oktober
Publisher : Universitas Medan Area

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31289/simbolika.v8i2.7163

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui strategi komunikasi Tagana, efektivitasnya, dan kendala yang dihadapi dalam penanggulangan bencana di Kota Medan. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan pengolahan dan analisis data diawali dengan reduksi data yang terkumpul dilapangan, kemudian menyajikan data dan menarik kesimpulan. Informan dalam penelitian ini yaitu Kepala Dinas Sosial Kota Medan, Sekretaris Dinas Sosial Kota Medan, Koordinator Jabatan Fungsional Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, Koordinator Jabatan Fungsional Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial,  dan Koordinator Tagana Kota Medan, Strategi komunikasi Tagana Pertama, serta perencanaan yang dilakukan meliputi persiapan, penilaian kerentanan bencana, membangun komunikasi dengan instansi terkait, dan menyiapkan bantuan yang mampu dalam hal penanggulangan bencana. Temuan penelitian meliputi strategi komunikasi. melakukan geladi bersih, simulasi bencana, dan pelatihan. Kedua, efisiensi strategi komunikasi Tagana yang mendorong masyarakat untuk selalu siap menghadapi bencana dan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya penanaman pohon dan kebersihan lingkungan. Selain itu, Tagana telah mengajarkan masyarakat setempat untuk mengadakan diskusi kota siaga bencana di setiap sub-wilayah, mengajar siswa melalui program Tagana go to school, siap untuk merencanakan kerjasama dalam pemerintahan dan para stakeholder. Ketiga, mereka menghadapi perbedaan teknis, semantik, manusia dan individu sebagai hambatan komunikasi