Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Epistemologi Pendidikan Islam (Sistem, Kurikulum, dan Pembaharuan Epistemologi Pendidikan Islam) Nanang Budianto; Amak Fadholi
FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman Vol 12 No 02 (2021): September
Publisher : STAIFAS-Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/falasifa.v12i02.556

Abstract

Epistemology of Islamic Education is an effort, method, or steps to gain educational knowledge based on the Qur'an and As-Sunnah. The influence of Western education on Islamic education is that it is only physically advanced, but spiritually dry. The measure of educational outcomes is only seen from how much knowledge is absorbed by students, but not on the self-awareness of students to act in accordance with the knowledge they have. The Islamic education system must place the Qur'an and As-Sunnah as a guide in which direction the educational process is moved. The renewal of the epistemology of Islamic education should be developed to improve the quality of human resources. Islamic education must be able to produce scientists who think creatively, authentically and originally, not by remembering or repeating but by thinking. In an effort to build the epistemology of Islamic education, experts and policy makers in Islamic education should carry out a comprehensive renewal of the methods or approaches used to build Islamic education Epistemologi Pendidikan Islam adalah upaya, cara, atau langkahlangkah untuk mendapatkan pengetahuan pendidikan yang berdasarkan Alquran dan As-Sunah. Pengaruh pendidikan Barat terhadap pendidikan Islam yaitu hanya maju secara lahiriyah, tapi kering secara rohaniyah. Ukuran hasil pendidikan hanya dilihat dari seberapa banyak pengetahuan yang diserap peserta didik, tetapi tidak pada kesadaran diri peserta didik untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Sistem pendidikan Islam harus menempatkan Alquran maupun As-Sunah sebagi pemberi petunjuk ke arah mana proses pendidikan digerakkan. Pembaharuan epistemologi pendidikan Islam seharusnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan Islam harus mampu melahirkan ilmuwan yang berfikir kreatif, otentik dan orisinal, tidak dengan cara mengingat atau mengulang tetapi dengan cara berfikir. Dalam upaya membangun epistemologi pendidikan Islam seharusnya para pakar dan pemegang kebijakan dalam pendidikan Islam mengadakan pembaharuan secara komprehensif terhadap metode atau pendekatan yang dipakai membangun pendidikan Islam.
Memahami Konsep Hermeneutik Dalam Pendidikan Amak Fadholi; Nanang Budianto
Auladuna : Jurnal Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Vol 2 No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Program Studi PGMI, IAI Al-Falah As-Sunniyyah Kencong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36835/au.v2i2.415

Abstract

On a broader scale, to emphasize that education cannot be separated from hermeneutics, we can ask why in the history of the development of Islamic education in Indonesia there is a heterogeneity of educational institutions, there are pesantren, schools, madrasas, and other non-formal institutions. This is nothing but the result of interpretation. This interpretation continues to develop into fundamental matters influenced by ideological, economic, and political factors, thus giving birth to visions, missions, objectives, and curricula that are relatively different even though the institutions are the same. Nowadays we encounter many schools with different visions, missions, and goals from one school to another. Likewise with pesantren, madrasah, and universities. Dalam skala yang lebih luas, untuk menegaskan bahwa pendidikan itu tidak bisa dilepaskan dari hermeneutika, kita bisa menanyakan mengapa dalam sejarah perkembangan pendidikan Islam di Indonesia terjadi heterogenitas lembaga pendidikan, ada pesantren, sekolah, madrasah, dan lembaga-lembaga non formal lainnya. Ini tidak lain adalah hasil interpretasi. Interpretasi ini terus berkembang sampai pada hal-hal yang fundamental yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ideologis, ekonomis, maupun politis, sehingga melahirkan visi, misi, tujuan, dan kurikuluin yang relatif berbeda walau pun lembaganya sama. Sekarang ini banyak kita jumpai sekolah-sekolah yang berbeda visi, misi, dan tujuannya antara sekolah yang satu dengan yang lainnya. Demikian juga dengan pesantren, madrasah, dan perguruan tinggi.