Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Pendidikan, Psikologi Dan Kesehatan (J-P3K)

Dampak Toxic Parents dalam Kesehatan Mental Anak Oktariani Oktariani
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 2, No 3 (2021): J-P3K DESEMBER
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v2i3.107

Abstract

Dalam pola toxic parenting, orang tua memperlakukan anaknya dengan tidak hormat sebagai individu, contoh tidak memuji pekerjaan anak atau ,meremehkan hal-hal yang sudah anak lakukan dalam hidup kesehariannya. Atau orang tua yang suka membanding – bandingkan anak dengan anak lainnya atau membandingkan dengan saudara kandungnya sendiri sehingga mengakibatkan turunnya rasa percaya diri pada anak. Orang tua yang melakukan pola asuh ini atau toxic parents memiliki perilaku yang buruk,seperti melakukan kekerasan fisik dan juga kekerasan verbal, sehingga pada akhirnya ini menjadi racun dalam pribadi anak dan hal ini jarang di sadari oleh orang tua. Toxic parents memberikan efek negatif yang sangat besar untuk anak-anak. Anak-anak dapat menderita secara mental. Anak tipe penurut akan berusaha sekeras mungkin untuk membahagiakan orangtuanya dengan cara menekan segala hal yang mereka inginkan. Sementara untuk yang anak tipe pemberontak akan menjadi pembangkang untuk orang tuanya. Jika toxic parents ini berlangsung sepanjang kehidupan anak maka kesehatan mental anak akan mengalami gangguan. Jika kesehatan mental anak terganggu, maka akan mempengaruhi kepada perilaku anak didalam kehidupan kesehariannya.
Peran Literasi dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Oktariani Oktariani; Evri Ekadiansyah
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 1, No 1 (2020): J-P3K APRIL
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (820.264 KB) | DOI: 10.51849/j-p3k.v1i1.11

Abstract

Literasi merupakan kemampuan seseorang menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Melalui kemampuan literasi, seseorang tidak saja memperoleh ilmu pengetahuan tetapi juga bisa menggunakan ilmu pengetahuaan dan pengalamannya untuk dijadikan rujukan di masa yang akan datang. Berpikir kritis merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai kualitas membuat keputusan ketika menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen, jernih, dan rasional. Dengan kemampuan literasi yang baik, maka diharapkan kemampuan berpikir kritispun akan meningkat. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir yang dapat diterima akal reflektif yang diarahkan untuk memutuskan apa yang dikerjakan atau diyakini, dalam hal ini tidak sembarangan, tidak membawa ke sembarang kesimpulan tetapi kepada ke kekesimpulan yang terbaik. . Dan hal ini berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam literasi, dengan literasi yang dilakukan individu seperti dengan membaca atau menyimak informasi atau cerita, maka individu dapat menemukan cara dalam menyelesaikan masalah, sehingga individu akan melakukan analisis dari permasalahannya tersebut, sehingga pada akhirnya akan membentuk karakter atau pribadi yang kritis.
Peranan Longlife Learning dengan Kemampuan Literasi Pada Pendidikan Kejuruan/Vokasi Ditinjau dari Filosofi Pragmatism Rekonstruksionis Oktariani Oktariani; Evri Ekadiansyah
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 2, No 2 (2021): J-P3K AGUSTUS
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v2i2.102

Abstract

Indonesia berdasarkan tujuan pendidikan kejuruan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 lebih mengarah kepada filosofi esensialisme oleh mahzab Prosser, sedangkan dalam PP 19 Tahun 2005 yang menjelaskan tentang pendidikan kejuruan lebih mengarah kepada filosofinya pragmatisme oleh mahzab Dewey. Konsep Longlife learning (belajar sepanjang hayat) mengenai belajar secara terus menerus dan berkesinambungan (continuing-learning) yang sesuai fase dari perkembangan pada manusia. Sebagai generasi penerus, sangat dibutuhkan proses belajar seumur hidup (longlife learning) ini untuk memenuhi “self interest” yang saat ini menjadi tuntutan hidup mereka, seperti kebutuhan membaca serta latihan keterampilan bagi para pekerja, hal ini sangat membantu untuk menghadapi permasalahan – permasalahan merupakan kunci keberhasilan. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualititaif, dengan metode yang digunakan untuk pengkajian ini adalah studi literatur. Pengumpulan data atau sumber literature dengan menggunakan metode library research dengan berbagai sumber ilmiah dalam bentuk buku, artikel ilmiah serta literature yang sesuai dengan topik yang diambil. Kemudian data atau informasi yang diperoleh dikumpulkan, dianalisis, dan disimpulkan sehingga mendapatkan kesimpulan mengenai studi literatur. Dengan keterampilan literasi ini diharapkan akan membantu mahasiswa untuk bias mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis.
Mindful Parenting dalam Menciptakan Kepribadian yang Tangguh pada Remaja Oktariani Oktariani
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 3, No 1 (2022): J-P3K APRIL
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v3i1.144

Abstract

Untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang sukses, remaja harus belajar menjadi lebih tangguh dalam menghadapi tantangan. Menjadi tangguh adalah memiliki keuletan dalam pencapaian tujuan yang diinginkan, meskipun harus menghadapi kemunduran, kegagalan, atau keterbatasan sumber daya. Banyak tujuan yang penting dalam hidup membutuhkan kegigihan. Pribadi tangguh adalah pribadi yang tidak mudah menyerah atau lemah terhadap sesuatu yang terjadi pada diri pribadi remaja tersebut. Penumbuhan karakter tangguh ini adalah merupakan awal dari sifat optimisme yang terbentuk dari pola pikir individu tersebut. Untuk menciptakan pribadi yang tangguh, maka orang tua perlu mengembangkan konsep pengasuhan yang bersifat mindful parenting. Mindful parenting dapat dimaknai dengan mengasuh berkesadaran. Orangtua diharapkan melakukan pola asuh yang postitif dalam setiap membimbing anak-anaknya. Orang tua yang mengembangkan konsep mindful parenting dapat menghindari orang tua menjadi toxic parents. Dimana toxic parents mempunyai arti adalah orangtua yang tidak menghormati dan memperlakukan anaknya dengan tidak baik sebagai individu. Orang tua yang menerapkan mindful parenting ini maka, diharapkan menciptakan hubungan yang harmonis dengan anak, sehingga ketika anak beranjak remaja ia akan menjadi pribadi yang tangguh atau kuat dalam menghadapi permasalahan yang terjadi dan tidak terjebak pada kondisi yang merugikan remaja itu sendiri.
Gadget dan Speech Delay pada Anak Usia Dini Pasca Pandemi Covid 19 Oktariani Oktariani
JURNAL PENELITIAN PENDIDIKAN, PSIKOLOGI DAN KESEHATAN (J-P3K) Vol 3, No 3 (2022): J-P3K DESEMBER
Publisher : Mata Pena Madani

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51849/j-p3k.v3i3.173

Abstract

Peningkatan kasus anak telambat bicara meningkat secara signifikan pada saat pandemi Covid 19, hal ini disebabkan pada masa pandemi Covid 19 anak terpaksa harus selalu berada di dalam rumah. Anak–anak yang terbiasa main di luar akan merasa bosan saat diharuskan untuk main di rumah saja. Maka untuk mengatasi kebosanan itu maka anak akan menggunakan televisi dan gadget sebagai pengganti teman bermain mereka. Alhasil, dengan hanya berfokus pada layar membuat interaksi anak dengan lingkungannya menjadi berkurang, dengan berkurangnya berinteraksi dengan lingkungan luar membuat anak usia dini yang sedang dalam tahap belajar berbicara akan mengalami kekurangan stimulasi untuk berbicara. Pola konsumsi gadget yang berlebihan hingga kurangnya interaksi dan aktivitas sosial juga memiliki dampak besar. Hal yang mendasar yang membuat anak menggunakan gadget dengan intensitas tinggi adalah pola asuh yang salah dari orang tua, karena tanpa pengawasan yang ketat dari orang tua, maka anak akan menggunakan waktunya lebih banyak dengan gadget dibandingkan dengan berinteraksi dengan orang lain. Hal ini yang dapat menjadi salah satu penyebab anak kemudian mengalami terlambat bicara atau speech delay.