Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

MEDICAL STUDENT’S ACADEMIC ACHIEVEMENT BETWEEN FIRST AND SECOND YEAR: A SINGLE-INSTITUTION CASE REPORT Agus Cahyono; Sasa Sajuni
Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia: The Indonesian Journal of Medical Education Vol 11, No 1 (2022): Maret
Publisher : Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jpki.64777

Abstract

Background: Difficulties in achieving good academic achievement of medical student in early year is a concerning issue. Medical students may experience failure due to many factors. These factors may came from the students (internal) or from environment (external). Self motivation, time to have social media, and watching televition are example of internal factors. Meanwhile method of teaching learning, study environment, and family condition are example of external factors. Aims: To identify factors that influence academic achievement of medical students of Universitas Surabaya (Ubaya).  Case discussion: This study used questionnaires to identify factors that influence academic achievement. The study conducted in 90 students. Academic achievement between first and second year was compared. Data was analized using t test comparative mean for significancies with α 0,05. The factors studied were sex, father’s education, mother’s education, duration for study, duration of having social media, duration for team work, duration for hobbies, special relationship with friend, routine supply of living cost, sufficiency of living cost, personal interest to medical faculty, and chose medical faculty as parents’s advice. Among the factors that influence academic achievement of medical students, being a woman and having personal interest to medical faculty were significantly influence academic achievement of medical students of Ubaya. Conclusion: Being a woman and having personal interest to medical faculty were significantly influence academic achievement of medical students of Ubaya.
Duktus Arteriosus pada Bayi Prematur Agus Cahyono
KELUWIH: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran Vol. 1 No. 2 (2020): Keluwih: Jurnal Kesehatan dan Kedokteran (June)
Publisher : Direktorat Penerbitan dan Publikasi Ilmiah, Universitas Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1252.752 KB) | DOI: 10.24123/kesdok.V1i2.2703

Abstract

Abstract—Ductus arteriosus (DA) is a connecting vessel between proximal descending aorta and pulmonary artery. This important structure normally close after birth. The opened ductus causes increasing of pulmonary blood flow and decreasing of certain organ blood flow (intestine, skin, muscle, and renal) causing complications such as heart failure, metabolic acidosis, necrotizing enterocolitis, and pulmonary edema/bleeding. Prevalence of DA is 0,2/1000 live birth. In under 1500 g babies the proportion of DA is 25%. Surgery and medicine are the treatment modalities of DA closure. Modalities of medicine are indometacine, ibuprofen, and paracetamol. These three modalities work by inhibiting cyclooxygenase enzime causing blockade of prostaglandin synthesis. Drug adverse event can be minimized by carefull in making treatment choice. Keywords: ductus arteriosus, complication, treatment Abstrak—Duktus arteriosus (DA) merupakan pembuluh darah yang menghubungkan aorta desendens proksimal dan arteri pulmonalis. Struktur yang penting pada janin tersebut secara normal menutup setelah lahir. Duktus yang masih terbuka tersebut mengakibatkan peningkatan aliran darah paru dan penurunan aliran darah ke organ usus, kulit, otot, dan ginjal sehingga menyebabkan komplikasi seperti gagal jantung, asidosis metabolik, necrotizing enterocolitis (NEC), serta edema paru/perdarahan. Prevalensi DA yang masih terbuka adalah 0,2 per 1000 kelahiran hidup. Proporsi bayi yang bergejala dengan DA yang masih terbuka kurang lebih 25% bayi dengan berat badan lahir di bawah 1500g. Pilihan terapi penutupan DA adalah cara bedah dan medis. Cara medis memiliki beberapa pilihan yaitu indometasin, ibuprofen, dan parasetamol. Ketiga modalitas terapi tersebut bekerja melalui penghambatan enzim siklooksigenase sehingga sintesis prostaglandin terhambat. Beberapa hal perlu diperhatikan dalam membuat pilihan terapi sehingga komplikasi yang berhubungan dengan efek samping obat dapat dihindari.. Kata kunci: ductus arteriosus, komplikasi, terapi
Progress Test pada Pendidikan Dokter: Sebuah Refleksi Kemampulaksanaan dan Manfaat bagi Mahasiswa Kedokteran Agus Cahyono; Astrid P. Susilo; Aking S. Pribadi; Dwi M.N Aditya
eJournal Kedokteran Indonesia Vol 10, No. 1 - April 2022
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (283.922 KB) | DOI: 10.23886/ejki.10.103.46-50

Abstract

Progress test (PT) tidak diterapkan seluruh fakultas kedokteran di Indonesia walaupun berbagai studi di banyak negara melaporkan manfaatnya. Beberapa institusi menganggap persiapan dan administrasi PT membebanidibandingkan dengan manfaatnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemungkinan PT dapat dilakukan danmanfaatnya di Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (FK Ubaya). Penelitian dilakukan pada April 2021 dandiikuti oleh seluruh mahasiswa FK Ubaya yang mengikuti PT secara daring. Durasi PT selama 150 menit dan terdiriatas 150 soal dengan cetak biru yang sesuai dengan Ujian Kompetensi Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter.Mahasiswa menerima umpan balik individu atas performa mereka dan mengisi kuesioner yang tervalidasi untukmenggali pandangan tentang PT. Kuesioner menggunakan skala Likert (1= sangat setuju hingga 5= sangat tidaksetuju). Sebanyak 225 mahasiswa menyelesaikan PT dengan rerata nilai 29,4 (Standar Deviasi 6,89), 41,27 (SD8,37), 48,46 (SD 11,69), 50,03 (SD 8,97), dan 51,51 (SD 8,53) secara berurutan dari mahasiswa tahun pertama hinggakelima. Analisis butir menunjukkan 89 soal dapat membedakan antara mahasiswa pintar dan kurang. Sebanyak191 mahasiswa (85%) mengisi kuesioner. Persepsi mahasiswa terhadap kemampuan PT menilai pembelajaranakademik dengan rerata 3,17 (SD 0,35), mendukung pembelajaran klinis 2,18 (SD 0,44), dan dampak PT terhadappersiapan ujian 3,33 (SD 0,38). PT mungkin dilakukan dan bermanfaat sebagai indikator kualitas pendidikanmeskipun pelaksanaannya memerlukan persiapan khusus. Perbaikan nilai konsisten dengan tahun mahasiswa.Kuesioner menunjukkan tanggapan positif mahasiswa terhadap pelaksanaan PT.