Joseph Bambang Soemantri
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh kedalaman dan lama menyelam terhadap ambang-dengar penyelam tradisional dengan barotrauma telinga Arief Tjatur Prasetyo; Joseph Bambang Soemantri; Lukmantya Lukmantya
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 42, No 2 (2012): Volume 42, No. 2 July - December 2012
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.957 KB) | DOI: 10.32637/orli.v42i2.21

Abstract

Background: Ear barotrauma is ear tissue damage resulted by the inability to equalize pressure in the middle ear space with the ambient pressure. The greatest relative change in pressure during diving,is near the surface. Ear barotrauma can occur when diving done without equalizing middle ear pressurewith proper procedures. Recurrent ear barotrauma in a long time period can use damage of elastic fibersrecoiling capacity of the tympanic membrane to be irreversible, so it can cause hearing loss. Suddenpressure changes in middle ear space, can be forwarded to the inner ear so it can cause inner eardamage, even deafness. Purpose: This study aims to determine the effect of depth and diving durationto hearing threshold in the traditional divers (divers with diving air compressor tools), who experienced ear barotrauma, and to know the incidence of ear barotrauma. Method: This was an observational analytic study with cross sectional data collection. Data analysis used the cross table, ChiSquare(X2), Spearman correlation and logistic regression test. Result: On October 8 - December 18, 2011 has been conducted a study in traditional divers. 24 samples from 74 population were found. 50 persons with noear barotrauma founds no significant statistic differences with characteristic samples. The results ofChi - Square and Spearman correlationthe showed p=0.350, p=0.382 and p=0.372, p=0.281, which are>a(0.05). The result of logistic regression test showed significancy values were 0.771 and 0.610, whichwere >a(0.05). Ear barotrauma incidence is 32.4%. Conclusion: There is no significant effect of depthand duration of diving to hearing threshold in the traditional divers who experienced ear barotrauma.Ear barotrauma incidence is 32.4%. Keywords:  ear barotrauma, diving depth, diving duration, hearing threshold. Abstrak :  Latar belakang: Barotrauma telinga adalah kerusakan jaringan telinga akibat ketidak-mampuanmenyamakan tekanan ruang telinga tengah dengan lingkungan. Perubahan tekanan relatif terbesar selamamenyelam terdapat di dekat permukaan. Barotrauma telinga dapat terjadi apabila penyelaman tanpamelaksanakan ekualisasi tekanan telinga tengah dengan cara yang benar. Barotrauma telinga berulangdalam periode lama dapat menyebabkan gangguan kapasitas recoiling serabut elastis membran timpanimenjadi irreversible, sehingga dapat menyebabkan gangguan pendengaran. Perubahan tekanan mendadakdi ruang telinga tengah dapat diteruskan ke telinga dalam sehingga dapat menyebabkan kerusakan telingadalam, bahkan ketulian. Tujuan: Mengetahui pengaruh kedalaman dan lama menyelam terhadap perubahanpendengaran pada penyelam tradisional (penyelam dengan alat bantu selam kompresor udara) yangmengalami barotrauma telinga, serta angka kejadian barotrauma telinga. Metode: Merupakan penelitianobservasional analitik, dengan pengambilan data secara cross sectional. Analisis data menggunakan tabelsilang, uji Chi-Square (X), korelasi Spearman dan regresi logistik. Hasil: Pada Oktober - Desember 2011telah dilakukan penelitian pada penyelam tradisional. Didapatkan 24 sampel dari 74 populasi. Terdapat50 orang tidak mengalami barotrauma telinga, yang tidak terdapat perbedaan statistik signifikan dengankarakteristik sampel. Hasil uji Chi-Square dan korelasi Spearman menunjukkan nilai p=0,350, p=0,382, danp=0,372, p=0,281, yang >a(0,05). Uji regresi logistik menunjukan nilai signifikansi 0,771 dan 0,610, yang>a(0,05). Angka kejadian barotrauma telinga sebesar 32,4%. Kesimpulan: Tidak terdapat pengaruh yangsignifikan kedalaman dan lama menyelam terhadap perubahan pendengaran pada penyelam tradisionalyang mengalami barotrauma telinga. Angka kejadian barotrauma telinga sebesar 32,4%.2 Kata kunci: barotrauma telinga, kedalaman menyelam, lama menyelam, ambang dengar
Hubungan otitis media supuratif kronis disertai kolesteatom dengan gangguan pengecapan Lusiana Herawati Yammin; Joseph Bambang Soemantri; Lukmantya -
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 43, No 1 (2013): Volume 43, No. 1 January - June 2013
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (116.757 KB) | DOI: 10.32637/orli.v43i1.11

Abstract

Background: Chorda tympanic nerve runs through the middle ear between the long crus of the incus andmanubrium of the mallei. Chorda tympanic nerve supplies the front two-thirds of the tongue taste. Many studieshad reported about gustatory alteration caused by ear surgery, but there were only small numbers of study aboutthis alteration in chronic otitis media (COM) patients prior to surgical treatment. Purpose: To find out whether theCOM patient with cholesteatoma have taste alteration or not, to investigate the relationship between COM withcholesteatoma (cholesteatoma level) to gustatory disorder (gustatory level) and the taste alteration in COMpatients with cholesteatoma before and after mastoidectomy surgery. Method: This was an analytic observationalstudy with cross sectional design. Sampling method was accidental sampling that involved 18 patients. Gustatoryfunction before and after surgery was examined using a taste strip test. Statistical analysis used in this study wasSpearman correlation test and Repeated ANOVA test. Results: Subjectively there was no taste disorder complaintamong these patients, although objectively there were patients that had taste disorder. The highest taste disordersfound in this study was hipogeusia (55,56%) followed by ageusia (22,22%) and normal taste (22,22%). Spearmancorrelation test between COM with cholesteatoma (cholesteatoma level) to gustatory disorder (gustatory level) wasp<0,05 and r=-0,543. Repeated ANOVA test taste alteration in COM patients with cholesteatoma before and aftermastoidectomy surgery was p >0,05. Conclusion: Most of COM patients with cholesteatoma had alteration of tasteprior to surgery. There was significant correlation between cholesteatoma level to gustatory disorder and thehigher cholesteatoma level,the lower the gustatory level. Statistically there was no significant differences gustatoryfunction in COM patients with cholesteatoma before and after surgery.Keywords: COM patient with cholesteatoma, gustatory, surgery. ABSTRAKLatar belakang: Nervus korda timpani berjalan melalui telinga tengah di antara prosesus longus inkus danmanubrium malei. Nervus korda timpani mempersarafi pengecapan dua pertiga depan lidah. Banyak penelitian tentangperubahan pengecapan akibat operasi telinga tengah, tetapi sedikit penelitian tentang perubahan pengecapan padapenderita otitis media supuratif kronis (OMSK) sebelum operasi. Tujuan: Mengetahui ada tidaknya penderita OMSKdengan kolesteatom yang mengalami gangguan pengecapan, adanya hubungan antara OMSK dengan kolesteatom(tingkat kolesteatom), gangguan pengecapan (tingkat pengecapan) dan ada tidaknya perubahan pengecapan padapenderita OMSK dengan kolesteatom sebelum dan setelah operasi mastoidektomi. Metode: Penelitian merupakanpenelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknikaccidental sampling melibatkan 18 penderita OMSK dengan kolesteatom. Pemeriksaan fungsi pengecapan dilakukansebelum dan setelah operasi menggunakan tes strip pengecapan. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearmandan uji Repeated ANOVA. Hasil: Penderita OMSK dengan kolesteatom secara subjektif tidak mempunyai keluhanperubahan pengecapan, meskipun secara objektif penderita ada yang mengalami gangguan pengecapan. Hipogeusiamenempati proporsi terbanyak (55,56%) diikuti oleh ageusia (22,22%) dan pengecapan normal (22,22%). Hasil ujikorelasi Spearman antara OMSK dengan kolesteatom (tingkat kolesteatom) terhadap gangguan pengecapan (tingkatpengecapan) yaitu p < 0,05 dan r = -0,543. Hasil uji Repeated ANOVA pengecapan penderita OMSK dengankolesteatom sebelum dan setelah operasi mastoidektomi yaitu p>0,05. Kesimpulan: Sebagian besar penderita OMSKdengan kolesteatom telah mengalami penurunan pengecapan. Didapatkan hubungan bermakna antara tingkatkolesteatom dan tingkat (gangguan) pengecapan. Semakin tinggi tingkat kolesteatom pada penderita OMSK semakinmenurun tingkat pengecapan. Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna perubahan pengecapan penderita sebelumdan setelah operasi.Kata kunci: OMSK dengan kolesteatom, pengecapan, operasi.