Widayat Alviandi
Universitas Indonesia

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Validitas, reliabilitas dan adaptasi transkultural Dizziness Handicap Inventory dalam Bahasa Indonesia Jenny Bashiruddin; Widayat Alviandi; Brastho Bramantyo; D. Daneswarry
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 49 (2019): Volume 49, No. 2 July - December 2019
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (140.411 KB) | DOI: 10.32637/orli.v49i20.318

Abstract

  Latar belakang: Keluhan gangguan keseimbangan berupa dizziness sulit untuk diukur, sementara itu individu dengan keluhan dizziness sering mengalami kesulitan untuk beraktivitas dan terganggu kualitas hidupnya. Salah satu perangkat yang paling sering digunakan untuk menilai kecacatan (handicap) pasien gangguan keseimbangan adalah kuesioner Dizziness Handicap Inventory (DHI). Sampai sekarang, kuesioner ini belum pernah diadaptasi ke bahasa Indonesia. DHI versi adaptasi yang valid dan handal (reliable) dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup, dan sebagai modalitas untuk menilai efektivitas terapi pasien gangguan keseimbangan. Tujuan: Mendapatkan instrumen DHI adaptasi bahasa Indonesia dengan validitas dan reabilitas yang teruji. Metode: Desain potong lintang digunakan pada studi yang dilaksanakan di poliklinik THT Divisi Neurotologi Departemen THT RS Dr. Cipto Mangunkusumo sejak Agustus 2012 sampai Februari 2013, pada pasien gangguan keseimbangan usia dewasa. Kuesioner DHI yang terdiri dari 25 pertanyaan diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kemudian dilakukan terjemahan balik dengan proses validasi dan juga adaptasi kultural. Hasil: Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi Spearman dan mendapatkan korelasi yang bermakna pada seluruh butir pertanyaan pada tingkat signifikansi p < 0,1 dengan nilai r sebesar 0,409- 0,783. Uji reliabilitas mendapatkan hasil nilai Cronbach-α total 0,9265 yang sangat baik untuk semua skala. Kesimpulan: Instrumen DHI adaptasi bahasa Indonesia valid dan handal berdasarkan kaidah validasi transkultural WHO sehingga dapat digunakan sebagai instrumen psikometrik untuk menilai kualitas hidup pasien gangguan keseimbangan.Kata kunci: Dizziness Handicap Inventory, gangguan keseimbangan, kecacatanABSTRACT Background: Balance disorder symptoms, such as dizziness is difficult to be assessed, it could caused difficulties in doing daily activities, and declining the quality of life. The most frequent tools used to measure handicap in patients with balance disorder is Dizziness Handicap Inventory (DHI). This questionnaire has never been adapted to Indonesian language. A valid and reliable version of the DHI adaptation can be used to measure the quality of life and also as a modality for assessing the effectiveness of therapeutic outcomes in balance disorders patients. Purpose: To obtain an Indonesian adaptation of DHI instrument which is valid and reliable. Methods: A cross-sectional research design in Outpatient Clinic of Neurotology Division, Department of Otorhinolaryngology, Cipto Mangunkusumo General Hospital, from August 2012 to February 2013. Respondents were all adult patients with balance disorders. DHI questionnaire contained 25 questions was translated into Indonesian language and re-translated with validation process and cultural adaptation. Results: The validity test was carried out with Spearman correlation test and obtained a significant correlation on all questions at a significance level of p<0.1 with r value of 0.409-0.783. The reliability test obtained a Cronbach-α value of 0.9265 which was very good for all scales. Conclusion: The Indonesian adaptation of DHI instrument was valid and reliable based on WHO transcultural validation rules, therefore it can be used as a psychometric instrument to assess the quality of life of patients with balance disorders.
Peran Tes Dynamic Visual Acuity dan Tes Kalori dalam Menilai Gangguan Keseimbangan pada Pasien Tuberkulosis yang Mendapat Terapi Streptomisin Widayat Alviandi; Brashto Bramantyo; Jenny Bashiruddin; Novra Widayanti
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 48, No 2 (2018): Volume 48, No. 2 July - December 2018
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v48i2.249

Abstract

Latar belakang: Gangguan keseimbangan merupakan efek samping pemberian streptomisin yang dapat menurunkan kualitas hidup. Saat ini belum didapatkan penelitian gangguan keseimbangan pada pasien tuberkulosis yang mendapat terapi streptomisin diperiksa menggunakan tes dynamic visual acuity (DVA) dan tes kalori. Tujuan:  Penelitian ini bertujuan untuk melihat akurasi pemeriksaan keseimbangan dengan DVA pada pasien TB yang mendapatkan streptomisin dibandingkan dengan elektronistagmografi (ENG). Metode: Penelitian ini merupakan penelitian pra-eksperimental untuk mengetahui perubahan hasil pemeriksaan fungsi keseimbangan vestibuler pada suatu kelompok pasien TB sebelum dan setelah 56 kali pemberian streptomisin, atau bila timbul keluhan gangguan keseimbangan dengan tes DVA dan tes kalori selama April-Oktober 2014. Digunakan rancangan uji diagnostik untuk membandingkan kedua cara pengukuran setelah pengobatan. Hasil: Setelah pemberian terapi didapatkan 31 (77,5%) dari 40 subjek dengan pemeriksaan kalori dan 30 (75%) dengan pemeriksaan DVA. Rerata nilai kalori sebelum terapi sebesar 93,5±32,07°/detik dan setelah terapi sebesar 82,30±38,43°/detik, terjadi perubahan sebesar -11,25±50,55°/detik. Median nilai kenaikan DVA sebelum terapi adalah 0 (minimal 0-maksimal 2) baris dan setelah terapi adalah 3 (minimal 0-maksimal 6) baris, terjadi perubahan sebesar 3 (minimal 0-maksimal 5) baris. Sensitivitas pemeriksaan DVA 83%, spesifisitas 27%, nilai duga positif 17%, nilai duga negatif 90%, rasio kemungkinan positif 1,13, dan rasio kemungkinan negatif 0,63 dengan pemeriksaan kalori sebagai baku emas. Kesimpulan: Pemeriksaan DVA dapat digunakan sebagai skrining pemeriksaan kelemahan vestibuler perifer bilateral pada pasien tuberkulosis yang mendapat terapi streptomisin.Background: Impaired balance is the side effect of Streptomycin administration which can decrease the quality of life Up till now, there  is no research yet on dynamic visual acuity (DVA) and caloric test in tuberculosis (TB) patients receiving streptomycin therapy. Objective: This study aims to look at the accuracy of the examination using DVA in TB patients receiving Streptomycin, compared to using electronistagmography (ENG). Methods:  A pre-experimental study was used to determine changes in the vestibular function test results in a group of TB patients before and after56times administrationof Streptomycin, or when subjects complained of balance disorders, with DVA test and caloric test during April-October 2014. Designed diagnostic test was used after treatment to compare the two methods of measurement. Result: After therapy there was 31 (77.5%) out of 40 subjects with caloric examination and in 30 (75%) with DVA examination. The mean value of caloric examination before therapy was 93.5±32.07°/sec and after therapy was 82.30±38.43°/sec, the change was -11.25±50.55°/sec. The median value of increased DVA  line before therapy was 0 line and after therapy was 3 line, there was a change of 3 (minimum 0-maximum 5) line. DVA examination has a sensitivity of 83%, a specificity of 27%, positive predictive value 17%, negative predictive value 90%, a positive likelihood ratio 1.13 and a negative likelihood ratio 0.63 with caloric examination as the gold standard. Conclusion: DVA examination can be used as a screening tool in bilateral peripheral vestibular weakness in TB patients who received Streptomycin therapy.
Words in noise audiometry in adult subjects with normal hearing Widayat Alviandi; Jenny Bashiruddin; Brastho Bramantyo; Farisa Rizky
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol 50, No 1 (2020): Volume 50, No. 1 January - June 2020
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (293.117 KB) | DOI: 10.32637/orli.v50i1.332

Abstract

Background: Patients with hearing disturbance will generally undergo pure tone audiometry andspeech audiometry in a quiet room, but those examinations cannot evaluate the ability to understand speech in daily environment with a noisy background. Words in noise test will provide valuable informationregarding patient’s hearing problem in noise. Purpose: To evaluate the hearing threshold using wordsin noise test in adults with normal hearing. Method: This cross-sectional study was conducted in CiptoMangunkusumo Hospital from January to April 2017. All subjects who fulfilled the inclusion and exclusioncriteria underwent pure tone audiometry, speech audiometry, and words in noise test. Results: A total of71 individuals with normal hearing were recruited for this study. Words in noise test showed the medianvalue of 67 dB and 100 dB for Speech Recognition Threshold (SRT) 50% and Speech DiscriminationScore (SDS) 100%, respectively. The SRT 50% and SDS 100% were significantly higher in the age group40–60 years compared to the age group 18–39 years. There was also a statistically significant differencebetween males and females at SRT 50% assessed by words in noise audiometry. Conclusion: Wordsin noise test showed a statistically significant difference in SRT 50% and SDS 100% between two agegroups, but no difference was found between genders. The result of this study can be used as a referencefor SRT and SDS values of speech audiometry test in noise.Keywords: words in noise, speech audiometry, speech recognition threshold, speech discrimination score ABSTRAKLatar belakang: Pasien dengan gangguan pendengaran umumnya menjalani pemeriksaanaudiometri nada murni dan audiometri tutur di ruangan yang sunyi, tetapi pemeriksaan ini tidakdapat menggambarkan kemampuan pemahaman wicara di lingkungan sehari-hari yang ramai. Testutur dalam bising dapat mengevaluasi masalah pendengaran pasien dalam keadaan bising. Tujuan:Untuk mengevaluasi ambang pendengaran menggunakan tes tutur dalam bising pada orang dewasadengan pendengaran normal. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit CiptoMangunkusumo dari Januari hingga April 2017. Semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi daneksklusi menjalani pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur, dan tes tutur dalam bising.Hasil: Sebanyak 71 orang dengan pendengaran normal diikutsertakan dalam penelitian ini. Tes tuturdalam bising menunjukkan nilai median masing-masing 67 dB dan 100 dB pada Speech RecognitionThreshold (SRT) 50% dan Speech Discrimination Score (SDS) 100%. SRT 50% dan SDS 100% secarasignifikan lebih tinggi pada kelompok usia 40–60 tahun dibandingkan dengan kelompok usia 18–39 tahun. Hasil pemeriksaan tes tutur dalam bising menunjukkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan wanita pada nilai SRT 50%. Kesimpulan: Tes tutur dalam bising menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik pada SRT 50% dan SDS 100% antara dua kelompok umur, tetapi tidak ada perbedaan signifikan diantara jenis kelamin. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk nilai SRT dan SDS pada pemeriksaan audiometri tutur dalam bising.
Validitas, reliabilitas dan adaptasi transkultural Dizziness Handicap Inventory dalam Bahasa Indonesia Jenny Bashiruddin; Widayat Alviandi; Brastho Bramantyo; D. Daneswarry
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol. 49 (2019): Volume 49, No. 2 July - December 2019
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v49i20.318

Abstract

  Latar belakang: Keluhan gangguan keseimbangan berupa dizziness sulit untuk diukur, sementara itu individu dengan keluhan dizziness sering mengalami kesulitan untuk beraktivitas dan terganggu kualitas hidupnya. Salah satu perangkat yang paling sering digunakan untuk menilai kecacatan (handicap) pasien gangguan keseimbangan adalah kuesioner Dizziness Handicap Inventory (DHI). Sampai sekarang, kuesioner ini belum pernah diadaptasi ke bahasa Indonesia. DHI versi adaptasi yang valid dan handal (reliable) dapat digunakan untuk mengukur kualitas hidup, dan sebagai modalitas untuk menilai efektivitas terapi pasien gangguan keseimbangan. Tujuan: Mendapatkan instrumen DHI adaptasi bahasa Indonesia dengan validitas dan reabilitas yang teruji. Metode: Desain potong lintang digunakan pada studi yang dilaksanakan di poliklinik THT Divisi Neurotologi Departemen THT RS Dr. Cipto Mangunkusumo sejak Agustus 2012 sampai Februari 2013, pada pasien gangguan keseimbangan usia dewasa. Kuesioner DHI yang terdiri dari 25 pertanyaan diterjemahkan ke bahasa Indonesia, kemudian dilakukan terjemahan balik dengan proses validasi dan juga adaptasi kultural. Hasil: Uji validitas dilakukan dengan uji korelasi Spearman dan mendapatkan korelasi yang bermakna pada seluruh butir pertanyaan pada tingkat signifikansi p < 0,1 dengan nilai r sebesar 0,409- 0,783. Uji reliabilitas mendapatkan hasil nilai Cronbach-α total 0,9265 yang sangat baik untuk semua skala. Kesimpulan: Instrumen DHI adaptasi bahasa Indonesia valid dan handal berdasarkan kaidah validasi transkultural WHO sehingga dapat digunakan sebagai instrumen psikometrik untuk menilai kualitas hidup pasien gangguan keseimbangan.Kata kunci: Dizziness Handicap Inventory, gangguan keseimbangan, kecacatanABSTRACT Background: Balance disorder symptoms, such as dizziness is difficult to be assessed, it could caused difficulties in doing daily activities, and declining the quality of life. The most frequent tools used to measure handicap in patients with balance disorder is Dizziness Handicap Inventory (DHI). This questionnaire has never been adapted to Indonesian language. A valid and reliable version of the DHI adaptation can be used to measure the quality of life and also as a modality for assessing the effectiveness of therapeutic outcomes in balance disorders patients. Purpose: To obtain an Indonesian adaptation of DHI instrument which is valid and reliable. Methods: A cross-sectional research design in Outpatient Clinic of Neurotology Division, Department of Otorhinolaryngology, Cipto Mangunkusumo General Hospital, from August 2012 to February 2013. Respondents were all adult patients with balance disorders. DHI questionnaire contained 25 questions was translated into Indonesian language and re-translated with validation process and cultural adaptation. Results: The validity test was carried out with Spearman correlation test and obtained a significant correlation on all questions at a significance level of p<0.1 with r value of 0.409-0.783. The reliability test obtained a Cronbach-α value of 0.9265 which was very good for all scales. Conclusion: The Indonesian adaptation of DHI instrument was valid and reliable based on WHO transcultural validation rules, therefore it can be used as a psychometric instrument to assess the quality of life of patients with balance disorders.
Words in noise audiometry in adult subjects with normal hearing Widayat Alviandi; Jenny Bashiruddin; Brastho Bramantyo; Farisa Rizky
Oto Rhino Laryngologica Indonesiana Vol. 50 No. 1 (2020): Volume 50, No. 1 January - June 2020
Publisher : PERHATI-KL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32637/orli.v50i1.332

Abstract

Background: Patients with hearing disturbance will generally undergo pure tone audiometry andspeech audiometry in a quiet room, but those examinations cannot evaluate the ability to understand speech in daily environment with a noisy background. Words in noise test will provide valuable informationregarding patient’s hearing problem in noise. Purpose: To evaluate the hearing threshold using wordsin noise test in adults with normal hearing. Method: This cross-sectional study was conducted in CiptoMangunkusumo Hospital from January to April 2017. All subjects who fulfilled the inclusion and exclusioncriteria underwent pure tone audiometry, speech audiometry, and words in noise test. Results: A total of71 individuals with normal hearing were recruited for this study. Words in noise test showed the medianvalue of 67 dB and 100 dB for Speech Recognition Threshold (SRT) 50% and Speech DiscriminationScore (SDS) 100%, respectively. The SRT 50% and SDS 100% were significantly higher in the age group40–60 years compared to the age group 18–39 years. There was also a statistically significant differencebetween males and females at SRT 50% assessed by words in noise audiometry. Conclusion: Wordsin noise test showed a statistically significant difference in SRT 50% and SDS 100% between two agegroups, but no difference was found between genders. The result of this study can be used as a referencefor SRT and SDS values of speech audiometry test in noise.Keywords: words in noise, speech audiometry, speech recognition threshold, speech discrimination score ABSTRAKLatar belakang: Pasien dengan gangguan pendengaran umumnya menjalani pemeriksaanaudiometri nada murni dan audiometri tutur di ruangan yang sunyi, tetapi pemeriksaan ini tidakdapat menggambarkan kemampuan pemahaman wicara di lingkungan sehari-hari yang ramai. Testutur dalam bising dapat mengevaluasi masalah pendengaran pasien dalam keadaan bising. Tujuan:Untuk mengevaluasi ambang pendengaran menggunakan tes tutur dalam bising pada orang dewasadengan pendengaran normal. Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di Rumah Sakit CiptoMangunkusumo dari Januari hingga April 2017. Semua subjek yang memenuhi kriteria inklusi daneksklusi menjalani pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur, dan tes tutur dalam bising.Hasil: Sebanyak 71 orang dengan pendengaran normal diikutsertakan dalam penelitian ini. Tes tuturdalam bising menunjukkan nilai median masing-masing 67 dB dan 100 dB pada Speech RecognitionThreshold (SRT) 50% dan Speech Discrimination Score (SDS) 100%. SRT 50% dan SDS 100% secarasignifikan lebih tinggi pada kelompok usia 40–60 tahun dibandingkan dengan kelompok usia 18–39 tahun. Hasil pemeriksaan tes tutur dalam bising menunjukkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan wanita pada nilai SRT 50%. Kesimpulan: Tes tutur dalam bising menunjukkan perbedaan yang bermakna secara statistik pada SRT 50% dan SDS 100% antara dua kelompok umur, tetapi tidak ada perbedaan signifikan diantara jenis kelamin. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk nilai SRT dan SDS pada pemeriksaan audiometri tutur dalam bising.