Sebuah kata dalam bahasa Indonesia secara morfologi dibentuk dengan penambahan afiksasi sehingga kata tersebut mengalami perubahan bentuk dan makna yang dikenal dengan derivasi. Bahasa Lamaholot Dialek Baipito (BLDB) pun mengalaminya. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif dengan teknik agih. Teori yang digunakan adalah teori Morfologi Generatif yang dikemukakan oleh Aronnoff (2011) dan Booij (2005) mengenai pembentukan kata. Adapun tujuan untuk mengetahui: 1) kelas kata apa saja dalam BLDB yang mengalami proses derivasi; 2) bagaimana proses derivasi pada setiap kelas kata dalam BLDB; 3) bagaimana kaidah derivasi dalam BLDB; 4) apa makna yang timbul dari proses derivasi BLDB. Hasil penelitian ini adalah kelas kata yang mengalami derivasi yakni verba, adjektiva, dan nomina. Derivasi verba yaitu perubahan kelas kata dari kelas kata dasar verba menjadi nomina (nomina deverbal) dan perubahan kelas kata verba menjadi adjektiva (adjektiva deverbal). Derivasi adjektiva yaitu perubahan kelas kata dari kata dasar adjektiva menjadi nomina (nomina deadjektival) dan perubahan dari kelas kata adjektiva menjadi kelas kata verba (verba deadjektival). Derivasi nomina, yaitu perubahan kelas kata dari kelas kata nomina sebagai kata dasar menjadi kelas kata verba (verba denominal). Temuan lain dalam penelitian ini adalah derivasi bentuk lain dan derivasi zero. Proses yang menyebabkan terjadinya derivasi dalam BLDB ini karena adanya penambahan leksem lain berupa afiks-afiks, yaitu prefiks be-, ke-, pe(N)-; infiks -en-, -em-, -el-; sufiks -n; dan konfiks be--n. Perubahan bunyi ini, tidak banyak perubahan dan mengganggu pengucapan atau tuturan karena bunyi-bunyi fonem yang berubah terletak pada daerah artikulasi yang sama. Proses derivasi yang terjadi ini, secara umum dapat dikaidah. Makna yang ditimbulkan akibat derivasi BLDB juga berubah sesuai dengan yang dinyatakan oleh kata dasar. Kata Kunci: Afiksasi, Derivasi, Verba, Nomina, Adjektiva, Bahasa Lamaholot dialek Baipito