Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

DAYA ADAPTASI TIGA SPESIES IKAN PATIN PADA LINGKUNGAN YANG BERBEDA Evi Tahapari; Jadmiko Darmawan; Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.511 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.3.2017.253-261

Abstract

 Penampilan fenotipe suatu organisme ditentukan oleh faktor genotipe dan faktor lingkungan tempat organisme tersebut hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari daya adaptasi tiga spesies ikan patin yang dipelihara di lokasi berbeda. Ikan patin siam, patin jambal, dan patin pasupati dengan rataan bobot 20 g dipelihara di tiga lokasi yang berbeda, yaitu: kolam air tenang, tambak, dan keramba jaring apung. Pemeliharaan ikan dilakukan selama empat bulan. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan berupa pelet komersial dengan kadar protein 30%–32%. Jumlah pakan yang diberikan pada bulan kesatu sampai keempat secara berturut-turut adalah sebanyak 5%, 4%, dan 3% dari biomassa ikan per hari. Pakan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan adanya interaksi yang signifikan antara genotipe ikan patin dengan lingkungan ekosistem yang berbeda dan daya adaptasi yang spesifik dari ketiga spesies ikan patin. Ketiga spesies ikan patin memiliki pertumbuhan sama bila dipelihara di kolam air tenang. Ikan patin jambal tumbuh dengan baik (P<0,05) jika dipelihara di keramba jaring apung (KJA) dan tambak, masing-masing dengan laju pertumbuhan spesifik (LPS) 2,51±0,15%/hari, dan LPS 2,39±0,04%/hari. Pertumbuhan ikan patin siam dan pasupati adalah sama pada ketiga lokasi penelitian (P>0,05). Ketiga spesies ikan patin mempunyai daya adaptasi lingkungan yang sempit sehingga budidayanya akan optimal jika dilakukan di lokasi tertentu saja.The phenotypic appearance of an organism is determined by genotypes and environmental factors in which the organism lives. This study aims to study the adaptability of three species of pangasiids reared in three different environments. Three species of catfish (Siamese pangasiid, jambal pangasiid, and pasupati) with an average weight of 20 gwere kept in stagnant water pond, brackishwater pond, and floating net cage). Fishes were reared for four months. During the rearing, fish were fed by commercial pellets with 30%-32% protein content. The amount of feed given in the first month to the fourth month was 5%, 4%, and 3% of the biomass per day. Feed was given three times a day. The results showed the significant interaction between pangasiid genotype and environment, and specific adaptability on three species of pangasiid. Jambal pangasiid grew better in floating net cage (SGR 2.51±0.15%/day). Pasupati pangasiid grew better in stagnant water pond (SGR 2.05±0.03%/day). Siamese pangasiid grew better in stagnant water pond (SGR 2.02±0.05%/day) and brackishwater pond (SGR 2.31±0.09%/day). The three species of catfish have a narrow environmental adaptability so that the cultured will be optimal if done in a particular location. 
PEMANFAATAN PROBIOTIK KOMERSIAL PADA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias gariepinus) Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Evi Tahapari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 3 (2017): (September 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (67.821 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.3.2017.275-281

Abstract

Ikan lele Afrika (Clarias gariepinus) merupakan spesies asli Afrika yang telah diintroduksikan dan dibudidayakan secara komersial di Indonesia. Upaya peningkatan efisiensi produksi ikan lele terus ditingkatkan guna meningkatkan keuntungan. Salah satu upaya untuk meningkatkan efektivitas budidaya ikan lele adalah melalui penggunaan probiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pemanfaatan probiotik pada pembesaran ikan lele. Perlakuan yang diberikan berupa pemberian pakan hasil fermentasi probiotik dan pakan tanpa fermentasi (kontrol) dengan tiga ulangan. Pengujian dilakukan pada kolam terpal berukuran 3 m3 dengan padat tebar yang digunakan yaitu 500 ekor/wadah dan dipelihara selama 35 hari. Berdasarkan hasil pengujian, pemberian probiotik pada pakan dengan cara fermentasi mampu meningkatkan bobot dan biomassa panen secara signifikan (P<0,1). Bobot akhir ikan lele yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik mencapai 76,9 ± 0,2 g; sedangkan kontrol 74,2 ± 0,2 g. Biomassa akhir ikan lele yang diberi pakan hasil fermentasi probiotik mencapai 37,91 ± 0,29 kg; sedangkan kontrol 34,65 ± 1,70 kg. Pemberian pakan yang difermentasi probiotik mampu meningkatkan retensi protein sebesar 1,02%; retensi karbohidrat sebesar 10,26%; dan retensi lemak sebesar 7,22%. Selain itu, penggunaan probiotik mampu menekan biaya produksi sebesar Rp 561,00/kg dan meningkatkan keuntungan sebesar 5%.African catfish (Clarias gariepinus) is a native African species that has been introduced and cultivated commercially in Indonesia. Efforts to increase the efficiency of catfish production were conducted in order to increase profit. One effort to increase the effectiveness of catfish farming is through the use of probiotics. This study was aimed to evaluate the use of probiotics in catfish farming. The treatments were fermented feed by probiotic and non fermented feed (control) and repeated three times. The experiment was conducted on a 3 m3 tarpaulin pond, with a density 500 fishes/pond, and reared for 35 days. Based on the results, the fermented feed by probiotic could increase the weight and biomass of harvested fish significantly. The weight of catfish fed with fermented feed reached 76.9 ± 0.2 g while the control was 74.2 ± 0.2 g. The final biomass of catfish fed with fermented feed reached 37.91 ± 0.29 kg while the control was 34.65 ± 1.70 kg. Feeding fermented feed by probiotic Gut Bio Aero increased the protein retention by 1.02%, carbohydrate retention by 10.26%, and lipid retention by 7.22%. The application of probiotic could reduce production cost by 561 IDR/kg and increased profit by 5%.
PENAMBAHAN VITAMIN E DALAM PAKAN TERHADAP KUALITAS REPRODUKSI INDUK IKAN NILA (Oreochromis niloticus) Evi Tahapari; Jadmiko Darmawan; Adam Robisalmi; Priadi Setyawan
Jurnal Riset Akuakultur Vol 14, No 4 (2019): (Desember, 2019)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.614 KB) | DOI: 10.15578/jra.14.4.2019.243-252

Abstract

Penambahan vitamin E sintetis pada pakan induk sangat penting, karena vitamin E tidak dapat disintesis oleh ikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penambahan vitamin E dalam pakan terhadap kualitas reproduksi induk ikan nila. Penelitian dilakukan di Balai Riset Pemuliaan Ikan (BRPI) Sukamandi selama tiga bulan. Pakan uji adalah pakan formulasi berkadar protein kasar 35,83%-36,13%; lemak kasar 8,17%-9,79%; BETN 43,10%-45,72%; dan serat kasar 1,98%-2,58% dengan penambahan vitamin E berbeda, yaitu: A) 0 (kontrol), B) 150, C) 225, dan D) 300 mg/kg pakan. Ikan uji berumur 6,5 bulan sebanyak 80 ekor betina dan 40 ekor jantan, dan setiap induk ikan betina diberi tanda (tagging). Wadah ikan uji adalah jaring hapa berukuran 3 m x 2 m x 1,25 m sebanyak empat buah yang ditempatkan di kolam tanah seluas 6.000 m2 dengan ketinggian air ± 1 m. Setiap jaring diisi 20 ekor induk betina dan 10 ekor induk jantan. Parameter yang diamati adalah: gonad somatik indeks, frekuensi pemijahan, fekunditas, diameter telur, derajat tetas telur, produksi larva, abnormalitas larva, dan gonad pada akhir percobaan. Sampling dilakukan setiap satu minggu sekali selama tiga bulan pemeliharaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan vitamin E 225 mg/kg pakan memberikan hasil terbaik, dapat meningkatkan produksi larva sebesar 78,55% dibanding dengan tanpa penambahan vitamin E (kontrol). Jumlah induk memijah sebesar 85% dengan jumlah frekuensi pemijahan terbanyak yaitu 28 kali dan total produksi larva tertinggi yaitu 37.927 ekor (produktivitas induk 2.231 larva/ekor) dan rataan fekunditas individu sebesar 1.886 ± 513 butir.The addition of synthetic vitamin E in broodstock feed is a necessity due to fish inability to synthesized vitamin E. Currently, there is limited information on vitamin E requirement to boost the reproductive performance of tilapia. The purpose of this study was to determine the effects of vitamin E in feed on the reproductive performance of tilapia broodstock. The study was conducted for three months at the Sukamandi Fish Breeding Research Center. The test feeds were formulated feeds with crude protein content of 35.83%-36.13%, crude fat 8.17%-9.79%, NFE 43.10%-45.72%, and crude fiber of 1.98%-2.58% with the addition of different vitamin E, namely: A) 0 (control), B) 150, C) 225, and D) 300 mg/kg of feed. The test fish were aged 6.5 months consisted of 80 females and 40 males, where each female was given a unique tagging code. The fish were reared in four hapa nets sized 3 m x 2 m x 1.25 m which were constructed in a pond of 6,000 m2 with a water level of ± 1 m. Each hapa net contained 20 female and ten male broodstocks. The parameters observed were: gonadal somatic index, spawning frequency, fecundity, egg diameter, hatching rate, larval production, larval abnormalities, and gonadal development at the end of the experiment. Sampling was done once a week during the three months of the experiment. The results showed that the addition of vitamin E 225 mg/kg of feed gave the best results. Larval production increased by 78.55% compared to without the addition of vitamin E (control). The percentage of spawning broodstock was 85% with the highest number of spawning frequencies of 28 times, the highest total larvae production of 37,927 larvae (broodstock productivity 2,231 larvae/fish), and the average individual fecundity of 1,886 ± 513 eggs.
PERFORMA PERTUMBUHAN, KOEFISIEN VARIASI, DAN HETEROSIS HASIL PERSILANGAN IKAN PATIN (Pangasius sp.) PADA TAHAP PENDEDERAN II Jadmiko Darmawan; Evi Tahapari
Jurnal Riset Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Maret 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.836 KB) | DOI: 10.15578/jra.12.1.2017.21-28

Abstract

Hibridisasi merupakan salah satu teknik pemuliaan ikan dalam rangka mendapatkan varietas unggul sehingga mampu meningkatkan nilai produksi suatu komoditas ikan yang dibudidayakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi performa pertumbuhan, koefisien variasi, dan nilai heterosis dari hasil persilangan tiga spesies ikan patin sebagai tetua, yaitu patin siam (Pangasianodon hypophthalmus), patin jambal (Pangasius djambal), dan patin nasutus (Pangasius nasutus) pada tahap pendederan II. Induk ikan patin siam dan patin jambal yang digunakan merupakan ikan yang sudah dirilis sebagai ikan budidaya, sedangkan induk ikan patin nasutus berasal dari perairan umum dan sedang dalam proses domestikasi sebagai ikan budidaya. Persilangan yang dibuat adalah: A) f  patin jambal >< m  patin jambal (JJ); B) f  patin siam >< m  patin jambal (SJ); C) f  patin siam >< m   patin siam (SS); D) f  patin siam >< m  patin nasutus (SN); dan E) f   patin nasutus >< m  patin nasutus (NN). Penelitian dilakukan secara indoor hatchery selama 30 hari pemeliharaan. Nilai heterosis dihitung berdasarkan laju pertumbuhan spesifik (LPS) bobot, LPS panjang total, dan sintasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa pertumbuhan, sintasan, dan konversi pakan ikan hasil persilangan tidak berbeda nyata (P>0,05). Ikan patin SN memiliki performa yang lebih baik dari tetuanya dengan nilai heterosis bobot akhir, LPS bobot, panjang total, LPS panjang total, dan sintasan berturut-turut sebesar 110,87%; 19,78%; 36,14%, 36,09%; dan 15,04%; serta nilai koefisien variasi berkisar antara 0,00-11,08. Bobot akhir, panjang total dan sintasan ikan patin SJ juga lebih baik dari tetuanya dengan nilai heterosis berturut-turut sebesar 46,00%; 11,27%; dan 2,27%; namun untuk heterosis LPS bobot dan LPS panjang total bernilai negatif (-6,65% dan -1,01%), serta nilai koefisien variasi berkisar antara 0,00-12,75. Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ikan patin hibrida SN berpotensi sebagai ikan budidaya dalam rangka peningkatan produksi ikan patin daging putih selain dari ikan patin hibrida  SJ (pasupati) yang telah dirilis ke masyarakat.Hybridization is a fish breeding technique in order to obtain high yielding varieties as to increase the production value of a farmed fish. The purpose of this study was to evaluate the growth performance, the coefficient of variation and heterosis value of the result of crossing three species of catfish as a parent, which was striped catfish (Pangasianodon hypophthalmus), jambal catfish (Pangasius djambal) and nasutus catfish (Pangasius nasutus). Crosses made were A) f jambal catfish >< m  jambal catfish (JJ); B) f striped catfish >< m  jambal catfish (SJ); C) f striped catfish >< m  striped catfish (SS); D) f striped catfish >< m  nasutus catfish (SN); and E) f nasutus catfish >< m   nasutus catfish (NN). The study was performed at the indoor hatchery for 30 days. Heterosis values were calculated based on the specific growth rate (SGR) final weight, SGR total length, and survival rate. The results showed that growth performance, survival rate, and feed conversion were not significantly different (P>0.05). Catfish SN has a better performance than the parent with the value of heterosis at final weight, SGR weight, total length, SGR total length, and survival rate of 110.87%, 19.78%, 36.14%, 36.09%, and 15.04%, respectively. The coefficient of variation ranged from 0.00 to 11.08. Final weight, total length, and survival of catfish SJ were also better than the parent with the heterosis value of 46.00%, 11.27%, and 2.27% respectively, but for heterosis SGR of the weight and the total length were negative (-6.65% and -1.01%) and the coefficient of variation ranged from 0.00 to 12.75. These results indicated that the hybrid catfish SN has a great potential as fish farming in the hope of increasing the production of white meat catfish hybrid apart from SJ (Pasupati) that have been released to the public.
PERFORMA IKAN LELE AFRIKA (Clarias gariepinus) HASIL SELEKSI TERHADAP PERTUMBUHAN, SINTASAN, KONVERSI PAKAN, RASIO RNA/DNA, DAN NILAI BIOEKONOMI Raden Roro Sri Pudji Sinarni Dewi; Evi Tahapari
Media Akuakultur Vol 12, No 1 (2017): (Juni, 2017)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1424.632 KB) | DOI: 10.15578/ma.12.1.2017.11-17

Abstract

Peningkatan produksi ikan lele perlu didukung oleh ketersediaan benih berkualitas baik. Pada penelitian ini dilakukan pengujian penggunaan benih unggul ikan lele hasil seleksi (strain Mutiara) dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai performa hasil seleksi terhadap pertumbuhan, sintasan, konversi pakan, rasio RNA/DNA, dan nilai bioekonominya. Pengujian dilakukan di sentra budidaya ikan lele di Kabupaten Sleman. Hasil pengujian pertumbuhan pada kolam tembok berukuran 12,5 m2 menunjukkan bahwa strain Mutiara menunjukkan bobot akhir, sintasan, dan biomassa panen yang lebih tinggi (P<0,1) dibandingkan strain lokal. Strain Mutiara lebih efisien dalam memanfaatkan pakan dibandingkan strain lokal yang ditunjukkan dengan nilai FCR yang lebih rendah. Pertumbuhan strain Mutiara yang lebih cepat didukung oleh peningkatan rasio RNA/DNA yang lebih tinggi dibandingkan strain lokal. Berdasarkan analisis nilai bioekonomi, biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan 1 kg ikan lele strain Mutiara lebih murah (Rp 12.576,-) dibandingkan strain lokal (Rp 15.105,-). Nilai BCR pada budidaya ikan lele strain Mutiara (1,3) lebih tinggi dibandingkan strain lokal (1,1), yang menunjukkan bahwa budidaya ikan lele strain Mutiara lebih menguntungkan dibandingkan strain lokal. Keuntungan yang diperoleh pada budidaya ikan lele strain Mutiara (31,2) mencapai tiga kali lebih tinggi dibandingkan strain lokal (9,9), berdasarkan nilai pengembalian modal (ROI). Masa pengembalian modal (PP) pada budidaya ikan lele strain Mutiara (3,2 siklus) adalah 3 kali lebih singkat daripada strain lokal (9,9 siklus).The effort to increase African catfish production should be supported by the availability of good quality seed. In this study, we evaluated the performance of superior African catfish seed (Mutiara strain) that was resulted through selection program on growth, survival rate, feed conversion ratio, RNA/DNA ratio, and bioeconomic paramaters. The experiment was conducted at the center of catfish farming in Sleman District. Fish were cultivated in 12.5 m2 concrete pond. The result showed that the use of Mutiara strain could significantly increase growth, survival rate, and biomass harvest (P<0.1)). Mutiara strain were more efficient at utilizing feed than that of local strains which was indicated by low FCR value. The fast growth of Mutiara strain correlated with the increase of RNA/DNA ratio. Based on the analysis of bioeconomic value, the cost for producing 1 kg of Mutiara strain (IDR 12,576) was lower than that of local strain (IDR 15,105). The BCR value for Mutiara strain farming (1.3) was higher than that of local strain (1.1), indicated that Mutiara strain farming was more beneficial than that of local strain. The value of return of investment (ROI) for Mutiara strain (31.2) was three times higher than that of local strain (9.9). The payback period (PP) on the Mutiara strain farming (3.2 cycles) was shorter than that of local strain (9.9 cycles).