Usman Usman
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PERFORMA PERTUMBUHAN KRABLET KEPITING BAKAU (Scylla olivacea) DENGAN FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN BERBEDA PADA STADIA PENDEDERAN Kamaruddin Kamaruddin; Usman Usman; Asda Laining
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (400.235 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.2.2016.163-170

Abstract

Salah satu upaya untuk menekan tingkat kanibalisme dan memicu pertumbuhan krablet kepiting bakau adalah dengan pemberian pakan yang cukup, baik jumlah maupun mutu. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan dan sintasan krablet kepiting bakau dengan frekuensi pemberian pakan berbeda pada stadia pendederan. Hewan uji berupa krablet kepiting bakau dengan bobot awal 0,037 ± 0,005 g dan lebar karapas awal 3,43 ± 0,42 mm; menggunakan sembilan unit fiber gelas dengan ukuran masing-masing 1 m x 1 m x 0,5 m. Hewan uji ditebar dengan kepadatan 50 ekor/m2. Perlakuan yang diujicobakan adalah frekuensi pemberian pakan per hari, yaitu: (A) dua kali (pukul 08.00 dan 18.00), (B) tiga kali (pukul 08.00, 13.00, dan 18.00), dan (C) empat kali (pukul 08.00, 13.00, 18.00, dan 23.00). Pakan yang digunakan berupa pelet dengan kandungan protein kasar 46,5%; lemak 8,8%; dan energi total 18,8 MJ/kg. Dosis pakan harian sebanyak 30%-15% bobot badan secara menurun hingga akhir penelitian. Setelah lima minggu pemeliharaan didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa pertumbuhan, sintasan, konsumsi pakan harian, rasio konversi pakan, dan rasio efisiensi protein tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) di antara perlakuan. Namun demikian, pemberian pakan empat kali sehari cenderung menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat dan dengan ukuran krablet yang lebih seragam.One of technique to reduce cannibalism and to stimulate the growth of mud crab is by providing an adequate feed that meet the requirement level of the crablet. The objecive of this study was to evaluate the growth and survival of crablet fed artificial diet with different feeding frequencies during nursery stage. The treatments were different feeding frequencies namely (A) 2 times (08:00 and 18:00), (B) 3 times (08:00, 13:00, and 18:00 ) and (C) 4 times (08:00, 13:00, 18:00 and 23:00). Feeding rate was from 30 to 15 % of biomass/day. Feed used in the feeding trial was a dry pellet (1.2 mm size) containing 46.5 % crude protein, 8.8 % lipid and gross energy 18.8MJ / kg. Mud crab crablet with initial body weight of 0.037 ± 0.005 g with carapace width of 3.43 ± 0.042 mm were stocked into nine fiber tanks (1 m x 1 m x 0.5 m) with density of 50 crablets / tank. After 5 weeks of feeding trial, results of the experiment showed that growth rate, survival, feed intake, feed conversion ratio and protein efficiency ratio were not significantly difference (P> 0.05) among the treatments. However, growth performance of crablet fed 4 times/day increased and resulted uniformsize of crablet.
PENGARUH KADAR TRIPTOPAN PAKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN SINTASAN KRABLET KEPITING BAKAU, Scylla serrata SELAMA MASA PENDEDERAN Usman Usman; Kamaruddin Kamaruddin; Asda Laining
Jurnal Riset Akuakultur Vol 11, No 3 (2016): (September 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.582 KB) | DOI: 10.15578/jra.11.3.2016.259-269

Abstract

Kepiting bakau bersifat kanibal dan cenderung memiliki laju pertumbuhan yang lambat ketika diberi pakan buatan. Triptopan adalah salah satu asam amino esensial untuk pertumbuhan dan merupakan prekursor pembentukan serotonin yang dapat mengontrol sifat agresif pada beberapa vertebrata. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis optimum triptopan pakan terhadap pertumbuhan dan sintasan krablet selama masa pendederan. Empat dosis penambahan L-triptopan dalam pakan yaitu: 0% (A); 0,25% (B); 0,5% (C); dan 1,0% (D) dengan kadar triptopan dalam pakan berturut-turut 0,41%; 0,52%; 0,67%; dan 0,96%; serta kontrol berupa pakan rebon kering (E) yang mengandung triptopan sebanyak 0,79%. Hewan uji yang digunakan adalah krablet kepiting bakau berumur 3-5 hari sejak memasuki stadia krablet. Krablet dipelihara dalam bak fiber berukuran 1,0 m x 1,0 m x 0,5 m sebanyak 15 unit dengan kepadatan masing-masing 50 ekor/m2. Selama lima minggu pemeliharaan, krablet diberi pakan uji sebanyak 30%-15%/hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa krablet yang diberi pakan mengandung triptopan 0,67% menunjukkan laju pertumbuhan tertinggi dan berbeda nyata (P<0,05) dengan krablet yang diberi pakan mengandung triptopan 0,41%. Rasio efisiensi protein tertinggi juga didapatkan pada krablet yang diberi pakan mengandung triptopan 0,67% dan berbeda nyata (P<0,05) dengan krablet yang diberi pakan rebon. Sintasan, konsumsi pakan harian, rasio konversi pakan, dan komposisi proksimat total tubuh krablet relatif sama di antara perlakuan, meskipun ada kecenderungan terbaik pada krablet yang diberi pakan mengandung 0,67% triptopan.The main constrain in mud crab culture is high cannibalism which are triggered by several factors such as limited space, lack of feed and large size variation. Mud crab also has relative slow growth when fed artificial diet. Tryptophan is an essential amino acid for growth and precursor of serotonin which can control natural aggressiveness in vertebrates. This study was conducted to obtain optimum level of tryptophan in diet for mud crab during nursery. Four test diets were formulated to contain different levels of supplemental L-tryptophan at: 0%, 0.25%, 0.5%, 1.0%, and as the control diet was dried mysid, so the tryptophan levels of the test diets were 0.41% (A), 0.52% (B), 0.67% (C), 0.96% (D), and 0.79% (mysid, E) respectively. Crablets (3-5 days post-methamorphosis) with average initial weight of 0.039 g were randomly distributed into 15 of 1.0 m x 1.0 m x 0.5 m fibre glass tank with density of 50 ind./tank. The crablets were fed daily the test diets at 30% to15% of biomass. After five weeks feeding trial, crablet fed the diet containing 0.67% of tryptophan had significantly (P<0.05) higher weight gain compared to crablet fed diet containing 0.41% of tryptophan. Highest protein efficiency ratio was also obtained in crablet fed the diet containing 0.67% of tryptophan and significantly different (P<0.05) with crablet fed dried mysid (control). Final carapace width, feed conversion ratio, and survival rate were not significantly different (P>0.05) among the treatments.
PERFORMA PERTUMBUHAN KRABLET KEPITING BAKAU, Scylla olivacea, YANG DIBERI PAKAN DENGAN DOSIS BERBEDA SELAMA PERIODE PENDEDERAN Usman Usman; Kamaruddin Kamaruddin; Neltje Nobertine Palinggi; Asda Laining
Media Akuakultur Vol 11, No 1 (2016): (Juni 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.92 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.1.2016.19-26

Abstract

Jumlah pemberian pakan yang tepat sangat penting dalam periode pendederan krablet kepiting bakau karena pada periode tersebut tingkat kanibalisme krablet sangat tinggi. Informasi dosis pemberian pakan pada krablet ini masih sangat kurang khususnya dengan penggunaan pakan buatan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi kinerja pertumbuhan dan sintasan krablet kepiting bakau yang diberi pakan buatan dengan dosis berbeda selama periode pendederan. Hewan uji yang digunakan adalah krablet kepiting bakau dengan bobot awal rata-rata 0,038 g dan lebar karapas awal rata-rata 3,25 mm. Krablet dipelihara dalam bak berukuran 1,0 m × 1,0 m × 0,5 m sebanyak sembilan unit, dengan kepadatan awal masing-masing 50 ekor/bak. Tiga level dosis pakan harian yang dicobakan yaitu: 20%, 30%, dan 40% dari biomassa dan diberikan pada pagi dan sore hari selama lima minggu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dua minggu pertama periode pendederan, pemberian dosis pakan 20% memiliki sintasan yang lebih rendah (P<0,05) dibandingkan dosis pakan 30% dan 40%. Namun pada akhir penelitian, laju pertumbuhan, sintasan, rasio konversi pakan, efisiensi pakan, dan rasio efisiensi protein tidak berbeda nyata (P>0,05) di antara perlakuan. Pada pendederan krablet kepiting bakau, dosis pemberian pakan harian sebaiknya sebanyak 30% pada dua minggu pertama hingga krablet berukuran 0,2-0,3 g (lebar karapas 8-10 mm), selanjutnya 20% pada minggu ke-3, 15% pada minggu ke-4, dan 10% pada minggu ke-5.Appropriate feeding rate applied during nursery of mud crab crablet is important due to high cannibalism occurred at this stage. The information on feeding rates for crablet during nursery is still limited, in particularly the used of artificial diet. This study aims to evaluate the growth performance and survival rate of mud crab crablet fed artificial feed at different feeding rates during the nursery. The crablets with average initial weight of 0.038 g and initial carapace width of 3.25 mm were used in this study. The crablets were stocked in nine tanks sizing of 1.0 m × 1.0 m × 0.5 m each, with the initial density of 50 crablets/tank. Three daily feeding rates were tested at 20%, 30%, and 40% of the biomass and fed twice in the morning and afternoon for five weeks of observation. Finding indicated that for the first two weeks, feeding rate of 20% showed a lower survival rate (P<0.05) than the feeding rate of 30% and 40%. However, at the end of the feeding trial, the survival rate, growth rate, feed conversion ratio, feed efficiency, and protein efficiency ratio were not significantly different (P>0.05) among the treatments. It is recommended that at the first two weeks, daily feeding rate of 30% can be given to the crablets until they reach 0.2-0.3 g with the carapace width around 8-10 mm, and further it reduce to 20% in the 3rd week, 15% in the 4th week, and10% in the 5th week.