Desy Sugiani
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

VAKSINASI IKAN TILAPIA (Oreochromis niloticus) MENGGUNAKAN VAKSIN MONOVALEN DAN BIVALEN UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT MOTILE AEROMONAS SEPTICEMIA DAN STREPTOCOCCOSIS Desy Sugiani; Sukenda Sukenda; Enang Harris; Angela Mariana Lusiastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Agustus 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.955 KB) | DOI: 10.15578/jra.8.2.2013.230-239

Abstract

Peningkatan respon antibodi pascavaksinasi dengan antigen tunggal dan campuran dari bakterin Aeromonas hydrophila and Streptococcus agalactiae diharapkan dapat meningkatkan daya tahan ikan tilapia (Oreochromis niloticus) terhadap penyakit Motile Aeromonas Septicemia/MAS dan Streptococcosis. Sediaan vaksin disiapkan dengan metode pembuatan dan formula yang berbeda, proses inaktifasi dilakukan dengan menambahkan 3% Neutral Buffer Formalin (NBF 10%) pada biakan bakteri dalam media tumbuh BHI dan TSB. Vaksinasi diberikan melalui injeksi intraperitoneal dengan sediaan vaksin monovalen A. hydrophila, monovalen S. agalactiae, dan bivalen A. hydrophila + S. agalactiae (Sel utuh, produk ektraselular/ECP, crude supernatan, campuran sel utuh + ECP, dan broth). Uji tantang dilakukan menggunakan dosis LD50 infeksi tunggal maupun ko-infeksi dari bakteri A. hydrophila dan S. agalactiae. Efektivitas dan keampuhan vaksin tersebut dihitung berdasarkan nilai RPS (Relative Percent Survival) dan hasil respon hematologi. Titer antibodi dapat terdeteksi setelah satu minggu pemeliharaan pasca vaksinasi. Nilai titer antar perlakuan vaksin bivalen berbeda nyata (P<0.05) dengan vaksin monovalen dan kontrol. Nilai RPS vaksin bivalen (campuran sel utuh + ECP) mencapai 100 untuk uji tantang dengan A. hydrophila dan 56,7 pada uji tantang ko-infeksi. Vaksin monovalen A. hydrophila maupun S. agalactiae hanya mampu memproteksi terhadap bakteri homolog, tidak terjadi proteksi silang di antara keduanya.
PROFIL PROTEIN VAKSIN Aeromonas hydrophila DAN Streptococcus agalactiae HASIL INAKTIVASI DENGAN FORMALIN: DIUJI MENGGUNAKAN Sodium Dodecyl Sulphate-Polyacrylamide Gel Electrophoresis Desy Sugiani; Angela Mariana Lusiastuti; Sukenda Sukenda; Enang Harris
Jurnal Riset Akuakultur Vol 9, No 3 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (332.177 KB) | DOI: 10.15578/jra.9.3.2014.449-461

Abstract

Vaksin bakterin dalam bentuk protein merupakan salah satu tipe vaksin yang telah banyak dikembangkan. Protein digunakan sebagai vaksin biasanya dibuat dengan teknik inaktivasi formalin-killed. Vaksin ini biasanya lebih mudah dibuat, lebih murah, lebih stabil, dan mampu disimpan dalam waktu lama. Akan tetapi masih sedikit informasi mengenai efek perlakuan tersebut terhadap profil protein. Pada penelitian ini, untuk mengevaluasi profil protein, dilakukan inaktivasi sediaan vaksin dari isolat bakteri Aeromonas hydrophila AHL0905-2 dan Streptococcus agalactiae N14G dengan menambahkan 0,5% formalin dan 3% neutral buffer formalin (NBF) ke dalam biakan plasebo bakterin dan diinkubasi selama 24 jam. Kualitas produk vaksin ditentukan berdasarkan uji karakterisasi protein menggunakan metode Bradford dan SDS-PAGE. Hasil uji menunjukkan bahwa sediaan vaksin A. hydrophila dan S. agalactiae yang diinaktivasi dengan 3% NBF memiliki profil protein lebih variatif dibandingkan dengan sediaan vaksin yang diinaktivasi dengan 0,5% formalin. Akan tetapi, inaktivasi vaksin A. hydrophila dan S. agalactiae dengan 3% NBF menghasilkan berat total protein yang lebih rendah jika dibandingkan dengan dengan sediaan vaksin yang diinaktivasi dengan 0,5% formalin.
SEDIAAN VAKSIN Mycobacterium fortuitum ISOLAT LOKAL YANG EFEKTIF UNTUK PENCEGAHAN PENYAKIT Mycobacteriosis PADA IKAN GURAMI, Osphronemus gouramy Uni Purwaningsih; Taukhid Taukhid; Angela Mariana Lusiastuti; Desy Sugiani; Tuti Sumiati
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 3 (2015): (September 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.914 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.3.2015.423-433

Abstract

Mycobacteriosis merupakan penyakit yang bersifat kronis progresif yang rentan menyerang ikan gurami, dengan tingkat prevalensi mencapai 30%-80%. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah dan mengendalikan penyakit tersebut dengan menggunakan antibiotik, bahan kimia maupun terapi herbal namun belum memberikan hasil yang optimal. Vaksinasi diharapkan mampu menjadi solusi alternatif dan aplikatif untuk pencegahan penyakit Mycobacteriosis pada ikan gurami. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jenis sediaan vaksin M. fortuitum yang tepat untuk mencegah penyakit Mycobacteriosis pada ikan gurami. Isolat M. fortuitum kode 31 digunakan sebagai isolat kandidat vaksin. Inaktifasi vaksin dilakukan dengan sonikasi dan neutral buffer formalin 3%. SDS PAGE terhadap sediaan sel utuh dan broth menunjukkan jumlah pita protein yang lebih variatif. Berdasarkan uji innocuity dan uji sterility terhadap berbagai sediaan vaksin menunjukkan bahwa vaksin terbukti aman dan tidak menyebabkan efek samping pada ikan gurami. Peningkatan titer antibodi terjadi 14 hari pasca vaksinasi. Titer antibodi pada perlakuan vaksin menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dibanding kontrol pasca uji tantang. Kematian ikan pasca uji tantang dengan menggunakan bakteri M. fortuitum 106 cfu/mL menunjukkan pola kematian yang bersifat kronis. Kematian mulai terjadi setelah hari ke-19 pasca uji tantang. Ikan gurami yang divaksinasi dengan vaksin sel utuh M. fortuitum menunjukkan hasil terbaik dengan tingkat sintasan sebesar 83,33% dan relative percent survival (RPS) sebesar 66,67%.
EFEKTIVITAS VAKSIN BIVALEN Aeromonas hydrophila DAN Mycobacterium fortuitum UNTUK PENCEGAHAN INFEKSI PENYAKIT PADA IKAN GURAMI (Osphronemus goramy) Desy Sugiani; Yani Aryati; Tatik Mufidah; Uni Purwaningsih
Jurnal Riset Akuakultur Vol 10, No 4 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.921 KB) | DOI: 10.15578/jra.10.4.2015.567-577

Abstract

Vaksinasi merupakan salah satu cara terbaik untuk pencegahan terhadap penyakit ikan. Aplikasi pemberian vaksin untuk skala massal oleh pembudidaya ikan masih menjadi kendala. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas dan respons peningkatan kekebalan tubuh ikan terhadap penggunaan vaksin bivalen anti A. hydrophila dan M. fortuitum pada penanggulangan kejadian ko-infeksi A. hydrophila dan M. fortuitum pada ikan gurami. Perlakuan vaksinasi pada ikan gurami dilakukan selama empat minggu pemeliharan menggunakan tiga metode yang berbeda yaitu melalui injeksi, perendaman, dan oral, setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali dan diuji tantang selama empat minggu dengan ko-infeksi dari A. hydrophila dan M. fortuitum. Nilai RPS (relative percent survival) terbaik setelah uji tantang untuk penggunaan vaksin bivalen melalui perendaman pada benih ikan gurami adalah sebesar 26,4% lebih rendah dibandingkan dengan metode injeksi (56,33%). Vaksin bivalen kurang efektif jika diberikan melalui oral dengan nilai RPS 13,6%. Dosis vaksin bivalen terbaik untuk perlakuan vaksinasi melalui injeksi, perendaman, dan oral adalahcampuran antara bakteri A. hydrophila 1010 cfu dan M. fortuitum 109 cfu dengan perbandingan 1:1 v/v.
DETEKSI POLYMORPHISME DENGAN SUBSTITUSI NUKLEOTIDA TUNGGAL PADA Streptococcus agalactiae ISOLAT LOKAL INDONESIA Angela Mariana Lusiastuti; Helga Seeger; Desy Sugiani; Tatik Mufidah; Hessy Novita
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.148 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.91-95

Abstract

Kasus penyakit pada budidaya ikan nila di wilayah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara dan Papua Barat, disebabkan Streptococcus yang menyebabkan penyakit Streptococcosis di mana 80% disebabkan oleh grup B S. agalactiae. Tujuan penelitian ini adalah melakukan deteksi pada nukleotida isolat S. agalactiae untuk mengetahui sampai sejauh mana terjadinya nukleotida polimorfisme tunggal (SNP) pada isolat tersebut. Identifikasi menggunakan PCR dilakukan terhadap 16S rDNA dan primer spesifik spesies terhadap S. agalactiae yaitu agal I 5’-ATAAGAGTAATTAACACATGTTAG-3’ (forward) dan agal II 5’-ACTTCGGGTGTTACAAAC-3’(reverse) dengan target 1250 bp. Produk PCR diamplifikasi terlebih dahulu menggunakan tujuh pasangan primer oligonukleotida yang berbeda yang didesain dari sekuens genom NEM316 GBS. Sekuens yang diperoleh dibandingkan dengan sekuens di Gene Bank database menggunakan National Center for Biotechnology Information Blast search tool. Hasil yang diperoleh ternyata ada dua basa yang berubah yaitu pada basa 24 dan basa 167. Pada basa 24 jelas terjadi subtitusi basa baru yaitu G, yang seharusnya tidak ada basa tersebut pada gen adhP-54 dan adhP-49 standar. Sedangkan pada basa 167 terjadi perbedaan basa dari seharusnya A pada standar menjadi G pada isolat 2.
FISH WELFARE: APAKAH IKAN DAPAT MERASAKAN SAKIT DAN NYERI? Angela Mariana Lusiastuti; Remi Dugue; Desy Sugiani; Edy Farid Wadjdy; Setiadi Setiadi
Media Akuakultur Vol 9, No 1 (2014): (Juni 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1017.981 KB) | DOI: 10.15578/ma.9.1.2014.57-63

Abstract

Abstrak lengkap dapat dilihat pada Full PDF Masalah etika pokok dalam penelitian adalah "apakah tidak ada pelanggaran kewajiban moral untuk menghormati makhluk hidup, meskipun tujuan penelitiannya justru untuk memajukan kehidupan manusia".
PERFORMA PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE (Clarias gariepinus) DENGAN APLIKASI VAKSIN HYDROVAC Septyan Andriyanto; Desy Sugiani
Media Akuakultur Vol 10, No 2 (2015): (Desember 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.176 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.2.2015.59-64

Abstract

Percobaan dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan benih ikan lele dengan pemberian vaksinasi hydrovac pada awal pemeliharaannya. Ikan uji yang digunakan yaitu benih ikan lele berukuran panjang 11,66 ± 0,71 cm dan bobot 9,55 ± 1,50 g. Sebanyak 250 ekor benih lele dipelihara dalam waring berukuran 1 m x 1 m x 1 m dengan perlakuan yaitu: (A) tanpa divaksinasi dan (B) dengan vaksinasi. Sampling pertumbuhan panjang dan bobot badan dilakukan setiap dua minggu sekali selama enam minggu masa pemeliharaan. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan panjang, pertumbuhan bobot, laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan harian. Data yang dikumpulkan dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pertumbuhan panjang dan bobot badan benih lele dengan vaksinasi mencapai 16,57 ± 1,21 cm dan 31,50 ± 6,53 g lebih besar dibandingkan tanpa vaksinasi sebesar 15,64 ± 1,50 cm dan 27,50 ± 8,19 g. Begitupula laju pertumbuhan spesifik dan laju pertumbuhan harian benih lele pada perlakuan vaksinasi lebih tinggi dibanding tanpa vaksinasi. Performa pertumbuhan benih ikan lele (Clarias gariepinus) yang divaksinasi dengan vaksin hydrovac lebih baik dibandingkan tanpa vaksinasi.