Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENINGKATAN TEKNIK PEMBENIHAN BUATAN IKAN HIAS BOTIA, Chromobotia macracanthus (Bleeker) Darti Satyani; Jacques Slembrouck; Siti Subandiyah; Marc Legendre
Jurnal Riset Akuakultur Vol 2, No 2 (2007): (Agustus 2007)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.591 KB) | DOI: 10.15578/jra.2.2.2007.135-142

Abstract

Penelitian mengenai teknik pembenihan ikan tiger botia (Chromobotia macracanthus) ini dikerjakan dengan menggunakan 2 bak yang masing-masing diisi 20 ekor induk botia. Pakan dari induk adalah cacing darah dan pelet udang (protein 30%) sekenyangnya. Induk yang matang gonad distimulasi dengan hormon gonadotropin berkadar 1,0 mL/kg untuk betina dan 0,6 mL/kg untuk jantannya. Telur terbuahi ditetaskan dalam corong inkubator berukuran 3 dan 5 L dengan kepadatan 100 butir telur/liter. Larva yang menetas dipelihara dalam hapa ukuran 50 cm x 50 cm x50 cm di dalam bak fiberglas selama 15 hari. Pakan yang diberikan adalah naupli Artemia 3 (tiga) kali sehari sekenyangnya. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa 10 betina dan 3 jantan dari 34 ekor induk dapat matang gonad, namun hanya 5 ekor betina yang telurnya dapat menetas. Daya tetas telur pada corong yang kecil yaitu 3 (tiga) liter (32,17% ± 16,25%) nyata lebih tinggi dari yang 5 (lima) liter (14,22% ± 3,83%). Sintasan dan pertumbuhan larva dalam hapa tidak ada beda antara kepadatan 3 dan 5 ekor/liter.Chromobotia macracanthus as clown loach artificial propagation experiments were carried out using broodfishes maintained in two 2m3 concrete tanks (20 fish per tank). Broodfish were fed ad libitum with bloodworms and a 30% crude proteins commercial pelleted feed. Oocyte maturation and ovulation were induced with two successive injection of ovaprim of female at doses of 0.4 mL. kg-1 body weight, then 0.6 mL.kg-1 6 hours later. Males received one ovaprim injection at dose of 0.4 mL.kg-1 bw. After gamete collection and artificial fertilization, eggs were incubated at 25°C— 27°C in 3 or 5 liters funnel incubators. Hatched larvae were reared for 15 days in 0.5x0.5x0.5 hapas placed in 1m fiberglass tanks. In the hapas, the larvae were stocked at either 3 or 5 larvae per liter and fed with Artemia nauplii distributed in exess 3 times per day. Among the broodfish, 10 females  and 3 males were found with mature gonads and received the hormonal treatment. However, larvae could be obtained from eggs of 5 females only. Hatching rates was higher in 3 L (32.17% ± 16.25%) than in 5 L funnel incubators (14.22% ± 3.83%). After 15-days rearing period, survival and growth rates of larvae did not differed significantly as a function of larvae stocking density in happas.
PENGGUNAAN DUA JENIS HORMON GONADOTROPIN UNTUK MERANGSANG PEMIJAHAN IKAN BALASHARK (Balanteocheilus melanopterus) Darti Satyani; Siti Subandiyah; Irsyaphiani Insan
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (555.323 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.157-164

Abstract

Penelitian yang bertujuan untuk memperoleh cara yang lebih baik dan efisien dalam pemijahan buatan induk balashark dilakukan dengan memilih induk yang matang gonad dari bak-bak pemeliharaan. Sebanyak 20 ekor terdiri atas 12 ekor betina dan 8 ekor jantan terpilih dari 40 ekor (25 betina dan 15 jantan) pada bulan Juni dan Agustus 2007. Perlakuan stimulasi untuk pemijahan dilakukan terhadap induk matang gonad ini dengan dua macam jenis hormon gonadotropin yaitu ovaprim dengan dan tanpa kombinasi HCG. Stimulasi dilakukan dengan dua kali suntikan untuk betina dan satu kali untuk jantan. Suntikan pertama adalah ovaprim 0,4 mL/kg bobot tubuh untuk perlakuan tanpa kombinasi dan 300 IU/kg HCG untuk perlakuan kombinasi. Suntikan kedua dengan interval waktu masing-masing 6 dan 12 jam, adalah ovaprim 0,6 mL/kg bobot tubuh untuk semua perlakuan. Induk jantan disuntik dengan ovaprim 0,6 mL/kg bersamaan dengan suntikan pertama betina. Pembuahan buatan dilakukan pada telur dan sperma yang dikeluarkan dengan cara penyalinan. Penetasan telur terbuahi di dalam corong inkubator bervolume 5 (lima) liter. Hasil penelitian ini adalah diameter telur induk matang gonad yang terpilih antara 0,8—1,28 mm. Perlakuan kombinasi HCG dan ovaprim memberikan hasil yang lebih baik dalam semua parameter yang diamati daripada dengan ovaprim saja. Telur ovulasi lebih banyak, derajat pembuahan dan penetasan lebih tinggi. Bulan Agustus merupakan waktu yang lebih sesuai untuk pemijahan.This research was aimed to obtain a better and efficient method in artificial propagation of Balashark by selection of mature broodstocks from rearing tanks. There were 20 fish selected consisted of 12 females and 8 males from 40 mature broodstock fish (25 females and 15 males). The selection process was carried out in June and August, 2007. Stimulation treatments for these selected mature broodstocks were conducted using two kinds of gonadotrophine hormones i.e ovaprim combined with and without HCG. Stimulation treatments were conducted twice for the females and only once for the males. For female, the first treatment was with 0.4 mL/kg body mass of ovaprim and added with 300 iu/kg body mass of HCG for combination treatment. The second treatment was using 0.6 mL/kg body mass of ovaprim for all females with six hours interval from the first treatment and 12 hours interval for combination treatment. Males were injected with 0.6 mL/kg body mass of ovaprim at the same time with the first injection to the females. Artificial fertilization was given to all ovulated eggs with the sperm collected from the males. Fertilized eggs were hatched in five liter volume capacity of funnel incubator. The experiment results showed that the egg diameter produced by the females were ranging from 0.8–1.28 mm with the average diameter of 1.0–1.18 mm. Combination treatments using ovaprim and HCG gave better results in all observed parameters compared to the treatments that used only ovaprim (no combination). Combination treatment also resulted in greater ovulated eggs as well as higher fertilization and hatching rates. August was assumed to be a better and appropriate time period for Balashark broodstock induced spawning.
IKAN HIAS AIR TAWAR EKSPOR INDONESIA Darti Satyani; I Wayan Subamia
Media Akuakultur Vol 4, No 1 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.724 KB) | DOI: 10.15578/ma.4.1.2009.1-17

Abstract

Spesies ikan hias air tawar dari Indonesia yang diekspor oleh para eksportir terutama dari daerah Jabodetabek sangat banyak. Pasar ekspor merupakan pasar terbesar untuk ikan hias Indonesia. Negara tujuan ekspor hampir ke seluruh dunia, mulai dari Eropa, Amerika, Australia, Jepang, Cina, Hongkong, Singapura bahkan Timur Tengah seperti Iran dan Arab Saudi. Nilai ekspor yang tercatat pada tahun 2000 masih sekitar 4 juta dollar namun tahun 2003 sudah mencapai sekitar 15 juta dollar US versi Badan Pengembangan Ekspor Nasional, dan tahun 2006 sudah dicapai 130 juta dollar US. Walaupun demikian menurut versi BPEN pula Indonesia baru mengisi 9% pasar di Eropa dan 6% ke Amerika, sementara Singapura mengisi 25% dan 30%-nya. Ikan ekspor ini terdiri atas spesies-spesies ikan yang berasal dari perairan Indonesia sendiri dan ikan introduksi dari perairan negara lain seperti Amerika Selatan, Afrika, dan AsiaTenggara lainnya. Produk didapatkan dari hasil tangkapan alam maupun dari hasil budidaya. Beberapa merupakan ikan yang di re-ekspor dari negara asal ke negara pengimpor. Data jenis ikan yang telah dibuat dalam bentuk tabulasi didasarkan dari asal ikan didapatkan dari list beberapa eksportir yang berada di daerah Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Depok. Dari data tersebut ternyata ikan asli perairan Indonesia masih banyak yang diambil dari alam (tangkapan), dan ikan introduksi yang masuk dan dibudidayakan disini justru lebih banyak.
CATFISH KECIL UNIK, Corydoras sp. UNTUK AKUARIUM, TINGKAH LAKU BIOLOGI DAN REPRODUKSINYA Darti Satyani
Media Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Desember 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.522 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.2.2008.93-97

Abstract

Corydoras sp. termasuk dalam familia Collichthyidae, kelas Siluridae dan sangat dikenal olah para hobiis ikan hias air tawar. Genus Corydoras yang berasal dari Amerika Selatan ini mempunyai banyak spesies tetapi yang banyak beredar dan sudah dibudidayakan ada 10 spesies yaitu C. aeneus, C. adolfoi, C. barbatus, C. paleatus, C. panda, C. pygmaeus, C. rabauti, C. septentrionalis, C. sterbai, dan C. sychri. Selain ukurannya yang umumnya kecil (maksimum 7,5 cm) dibandingkan dengan jenis catfish lain, jenis ini mempunyai dua baris sisik keras. Bentuk badannya kompak agak pipih ke samping dengan mulut menghadap ke bawah. Hidup merayap di dasar pada suhu 24°C--28°C (tergantung spesiesnya); pH 7,0--7,5; dan hardness sekitar 10° dH. Disebut “tukang bersih-bersih” karena senang membersihkan dinding akuarium dengan mulutnya. Tingkah laku reproduksinya amat unik. Sebelum ovulasi induk betina akan menempatkan mulutnya kearah genital induk jantan yang dikenal dengan “posisi T” dan akan mengisap spermanya. Sperma ini akan dilepas melewati usus bersama dengan lepasnya telur kedalam “kantong” yang dibentuk oleh kedua sirip perutnya. Pembuahan efektif terjadi di sini. Kemudian telur akan dilekatkan ke substrat atau objek (daun, batu datar, dan sebagainya) yang sebelumnya telah dibersihkan oleh induk jantannya. Telur yang ditinggalkan akan menetas di substrat bila kondisi airnya sesuai dan cukup baik.
AKURASI DALAM APLIKASI TEKNOLOGI STIMULASI HORMON UNTUK PEMIJAHAN IKAN Darti Satyani
Media Akuakultur Vol 3, No 1 (2008): (Juni 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (901.259 KB) | DOI: 10.15578/ma.3.1.2008.49-53

Abstract

Teknologi stimulasi untuk pemijahan ikan menggunakan hormon, khususnya hormon gonadotropin untuk merangsang induk-induk ikan agar dapat ovulasi dan spermiasi. Teknologi ini banyak digunakan orang, terutama pada ikan-ikan yang sulit dipijahkan secara alami. Keberhasilan dalam penggunaan teknologi tersebut cukup baik, namun kegagalan juga masih banyak ditemui oleh para pembudidaya. Hal ini lebih sering disebabkan karena ketidaktepatan atau kurang akurasi dalam setiap proses atau tahapan dalam penerapannya. Mulai dari pemilihan induk, penentuan kadar hormon, cara penyuntikan, pengeluaran telur sampai ke pemijahan atau pembuahan telurnya memang memerlukan kecermatan dalam aplikasinya. Kriteria atau standar yang benar dari setiap proses harus dipatuhi agar teknologi stimulasi dapat memberikan hasil yang maksimal seperti induk harus benar-benar matang gonad, kadar hormon harus tepat, serta cara pemijahan atau pembuahan harus disesuaikan dengan jenis ikannya.