Desy Sugiani
Instalasi Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Ikan, Depok

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

bakteri pada ikan gabus Channa striata, semah Tor spp., dan baung Hemibagrus sp.: identifikasi, virulensi, dan kerentanan terhadap beberapa antibiotik Desy Sugiani; Uni urwaningsih; Septyan Andriyanto; Angela Mariana Lusiastuti
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 4 (2018): (Desember 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (126.738 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.4.2018.347-356

Abstract

Identifikasi mikroflora ikan air tawar adalah alat penting untuk evaluasi kualitas dan keamanan ikan untuk dipelihara dalam sistem budidaya intensif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi bakteri ikan air tawar terutama dari ikan gabus, semah, dan baung hasil tangkapan dan budidaya pada kolam. Bakteri yang terisolasi dari jaringan ginjal, hati, luka, dan otak ikan gabus (Channa striata), semah (Tor spp.), dan baung (Hemibagrus sp.) diidentifikasi dengan uji fisik dan biokimia, dan dilanjutkan dengan menggunakan API 20 E dan API 20 Strep. Uji virulensi untuk melihat kemampuan patogenisitas dari masing-masing isolat bakteri dilakukan dengan injeksi intra muskular suspensi bakteri 106 CFU mL-1 per ekor ikan. Ikan gabus dapat terinfeksi bakteri Pasteurella pneumotropica dan Aeromonas hydrophila, ikan semah rentan terhadap Enterococcus faecium, Pantoea spp., dan A. hydrophila, sedangkan ikan baung rentan terhadap infeksi Citrobacter freundii dan A. hydrophila. Bakteri Enterococcus faecium, Pantoea sp., dan A. hydrophila memiliki tingkat virulensi yang rendah antara 3,3%-23,4%; sedangkan C. freundii dan P. pneumotropica tidak virulen pada ikan gabus, semah, dan baung. Batas dosis atas untuk antibiotik berdasarkan petunjuk penggunaan obat untuk enrofloksasin adalah 10 mg/L; eritromisin 3,75 mg/L; dan oksitetrasiklin 250 mg/L. Hasil uji kerentanan dengan metode difusi zona hambat menunjukkan bahwa telah terjadi resistensi pada bakteri Pantoea spp., E. faecium, dan A. hydrophila terhadap antibiotik enrofloksasin dan eritromisin, dan resistensi pada bakteri E. faecium terhadap oksitetrasiklin.Identification of microflora in freshwater fish is an important tool to evaluate the health quality of fish cultured in intensive aquaculture systems. This study aimed to investigate bacteria in freshwater fish, determine their virulence and test their susceptibility to antibiotics. The freshwater fish species of interest in this study were Channa striata spp., and Hemibagrus sp. originated from wild catch and fish farming ponds. Isolated bacteria from kidney, liver, skin wound, and brain tissue were identified using physical and biochemical tests followed by API 20 E and API 20 Strep KIT tests. Pathogenicity test of each bacterial isolate was carried out by intramuscular injection of 106 CFU mL-1 of bacterial suspension per fish. Snakehead fish (Channa striata) was susceptible to Pasteurella pneumotropica and Aeromonas hydrophila infections, Cyprinidae (Tor spp.) was susceptible to Enterococcus faecium, Pantoea spp., and A. hydrophila, while Catfish (Hemibagrus sp.) was susceptible to Citrobacter freundii and A. hydrophila infections. Bacteria E. faecium, Pantoea sp. and A. hydrophila have a low virulence level of 3.3%-23.4%, whereas C. freundii and P. pneumotropica were both non-virulent to snakehead, cyprinidae, and catfish. The highest recommended dosages for enrofloxacin, erythromycin, and oxytetracycline were 10 mg/L, 3.75 mg/L, and 250 mg/L, respectively. The results of antibiotics sensitivity test showed that Pantoea spp., E. faecium, and A. hydrophila bacteria were resistant to enrofloxacin and erythromycin, while E. faecium bacteria was resistant to oxytetracycline.
UJI PERBANDINGAN SKALA LAPANG APLIKASI VAKSIN MONOVALEN DAN BIVALEN UNTUK MENCEGAH PENYAKIT MOTILE AEROMONADS SEPTICEMIA DAN MYCOBACTERIOSIS PADA IKAN GURAMI Desy Sugiani; Otong Zaenal Arifin; Uni Purwaningsih; Asependi Asependi; Edy Farid Wadjdy
Media Akuakultur Vol 11, No 2 (2016): (Desember, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.853 KB) | DOI: 10.15578/ma.11.2.2016.111-119

Abstract

Pencegahan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) dan Mycobacteriosis pada ikan gurami (Osphronemus goramy) melalui pencegahan menggunakan vaksin monovalen maupun vaksin bivalen telah berhasil dilakukan. Setiap jenis vaksin memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi yang terbaik dari kedua jenis vaksin tersebut (bivalen dan monovalen) pada ikan gurami di kolam budidaya. Penelitian dilakukan menggunakan tiga jenis vaksin yaitu bivalen HydrofortiVac, monovalen HydroVac, dan monovalen MycofortyVac, serta kontrol (tanpa vaksin). Uji lapang dilakukan di kolam budidaya di Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. Ikan gurami yang digunakan adalah benih gurami hibrid dengan bobot 4,33 ± 1,76 g; padat tebar benih adalah 40 ekor/m2; dan masa pemeliharaan sekitar enam bulan. Hasil uji lapang menunjukkan rata-rata sintasan ikan gurami yang divaksin dengan vaksin bivalen HydrofortiVac adalah 52,3%; vaksin monovalen HydroVac sebesar 32,5%; dan monovalen MycofortyVac sebesar 28,5%; sedangkan kontrol tanpa vaksinasi adalah 25,8%. Vaksin bivalen dapat meningkatkan sintasan ikan 19,8%-26,5% lebih tinggi dibanding dengan kelompok ikan yang divaksin menggunakan vaksin monovalen maupun tanpa divaksinasi.Disease prevention of Motile Aeromonas Septicemia (MAS) and Mycobacteriosis in giant gouramy (Osphronemus goramy) use monovalent or bivalent vaccine has been successfully developed. Each type of vaccine has the advantages and disadvantages. This study aims to determine the best potential from both types of vaccines (bivalent and monovalent) for giant gouramy in the field. The study was conducted using three types of vaccines namely bivalent HydrofortiVac, monovalent HydroVac, and monovalent MycofortyVac as wel as control (without vaccine). Field test was conducted in aquaculture ponds in the district of Tasikmalaya and Ciamis Regencies West Java Province. The hybrid giant gouramy fingerlings used had weight of 4.33 ± 1.76 g, and stock density of 40 fish/m2 for about six month culture period. The result showed that the averages of survival rate from vaccinated fish on aquaculture ponds using vaccine bivalent HydrofortiVac, monovalent HydroVac, and monovalent MycofortyVac were 52.3%, 32.5%, and 28.5%, respectively. While, that of the controls was only 25.8%. Bivalent vaccine could increase survival rate of fishesabout 19,8%-26,5% higher than the group of vaccinated fish with monovalent vaccine or without vaccination.