Bambang Iswanto
Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Sukamandi

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KERAGAAN REPRODUKSI IKAN PATIN NASUTUS (Pangasius nasutus Bleeker, 1863) SEBAGAI KANDIDAT IKAN BUDIDAYA Evi Tahapari; Bambang Iswanto; Sularto Sularto
Jurnal Riset Akuakultur Vol 6, No 1 (2011): (April 2011)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.96 KB) | DOI: 10.15578/jra.6.1.2011.17-30

Abstract

Patin nasutus merupakan salah satu spesies patin Indonesia yang potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas baru perikanan budidaya. Upaya pengembangan patin nasutus memerlukan informasi-informasi biologi-reproduksi berkaitan dengan kapasitas produksi massalnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaan reproduksi patin nasutus. Hasil pengamatan perkembangan gonad menunjukkan bahwa oosit intraovarian patin nasutus dapat dibagi dalam lima tahap, yakni tahap 1 (kromatin nukleolar dan perinukleolar) dengan diameter oosit kurang dari 0,125 mm, tahap 2 (vesikula kuning telur dan alveoli korteks) dengan diameter oosit 0,125-0,500 mm, tahap 3 (granula kuning telur) dengan diameter oosit 0,700-1,850 mm, tahap 4 (migrasi nukleus dan hidrasi) dengan diameter oosit 1,250-1,900 mm dan tahap 5 (atresis) dengan diameter oosit 0,300-1,700 mm. Perkembangan oosit patin nasutus bersifat sinkronis grup, ditandai dengan adanya dominasi dua kelompok oosit intraovarian pada ikan dengan tingkat kematangan yang tertua, yakni kelompok oosit tertua (oosit tahap 3) yang akan segera dikeluarkan pada saat pemijahan dan kelompok oosit stok yang belum berkuning telur dan berukuran kecil (oosit tahap 1) yang merupakan telur cadangan untuk proses pemijahan berikutnya. Oosit tahap 3 merupakan tahap perkembangan oosit tertua yang dapat terjadi secara sempurna dan responsif terhadap induksi stimulasi hormonal. Tipe perkembangan testis patin nasutus bersifat asinkronis, ditandai dengan keberadaan berbagai tahap perkembangan sel-sel gamet jantan. Fekunditas relatif patin nasutus berkisar 26-67 butir telur per gram bobot induk, lebih tinggi daripada patin jambal, tetapi lebih rendah daripada patin siam. Derajat penetasan patin nasutus berkisar 44,16-79,05% dengan lama inkubasi 22-25 jam pada suhu inkubasi 29-30oC. Ukuran panjang total larva yang baru menetas berkisar 4,700-5,200 mm.
PEMBENTUKAN INDUK NEOFEMALE UDANG GALAH GIMacro MELALUI ANDREKTOMI Bambang Iswanto; Ikhsan Khasani; Imron Imron
Jurnal Riset Akuakultur Vol 3, No 2 (2008): (Agustus 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1255.245 KB) | DOI: 10.15578/jra.3.2.2008.165-173

Abstract

Udang galah merupakan salah satu komoditas perikanan yang memiliki sifat seksual dimorfisme pada karakter pertumbuhan. Udang galah jantan dapat tumbuh lebih cepat dibandingkan udang galah betina, sehingga mendorong pengupayaan budidaya udang galah secara monoseks jantan. Benih monoseks jantan dapat diperoleh dengan mengawinkan neofemale, yang dihasilkan melalui proses feminisasi udang galah jantan, dengan jantan normal. Andrektomi merupakan salah satu teknik feminisasi yang dapat dilakukan pada udang galah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas andrektomi terhadap proses feminisasi pada udang galah GIMacro. Proses andrektomi dilakukan terhadap yuwana jantan udang galah GIMacro umur 70—97 hari, dengan ukuran panjang total 3,2—7,6 cm; panjang standar 1,8—4,5 cm; dan bobot 0,29—3,63 g. Hasil penelitian menunjukkan bahwa andrektomi menyebabkan kematian yang cukup tinggi, yaitu: 26,83%—37,70% setelah 24 jam dan 35,37%—81,89% setelah 5 hari. Setelah 3 bulan pembesaran, sintasan berkisar 9,45%—57,32%; dengan komposisi 8,51%—91,67% tetap sebagai jantan; 8,33%—40,43% mengalami feminisasi, dan 60,00%—77,27% tampak sebagai jantan dengan berbagai abnormalitas. Udang galah betina hasil andrektomi menunjukkan tanda-tanda mengalami perkembangan gonad, kantung pengeraman, dan dapat memijah dengan sedikit massa telur. Hasil yang diperoleh memberikan harapan bagi pembentukan betina neofemale melalui andrektomi pada yuwana udang galah umur 75—80 hari.Males of giant freshwater prawn (Macrobrachium rosenbergii) grow faster than females. All male seeds can be produced through the mating of neofemale, which can be resulted from the feminization of male freshwater prawn, with normal male. Andrectomy is a method to feminize the male freshwater prawn. This study was aimed to investigate the effectiveness of andrectomy on the feminization of giant freshwater prawn, using GIMacro strains as experimental animals. The androgenic glands of male juveniles at 70—97 days old, with 3.2—7.6 cm total length, 1.8—4.5 cm standard length, and 0.29—3.63 g body weight were removed micro surgically (andrectomy). The andrectomized juveniles were then reared for three months to allow the development of their reproductive characteristics. The results showed that andrectomy caused high mortality, about 26.83%—37.70% after 24 hours, and about 35.37%—81.89% after 5 days. At the end of rearing period, survival rate of adult prawn ranged from 9.45%—57.32%, with the proportion of normal male, female (feminized) and abnormal male were 8.51%—91.67%, 8.33%—40.43%, and 60.00%—77.27%, respectively. Despite of the high mortality rate, the successfully feminized individuals showed the development of reproductive characteristics including gonadal and egg chamber developments and egg production. The results suggest that andrectomy, particularly which was applied to the juveniles of 70—97 days old, has been a quite effective technique to produce neofemale on the GIMacro strain of freshwater prawn.