Andi Akhmad Mustafa
Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT PROVINSI MALUKU Andi Akhmad Mustafa; Tarunamulia Tarunamulia; Hasnawi Hasnawi; I Nyoman Radiarta
Jurnal Riset Akuakultur Vol 13, No 3 (2018): (September 2018)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (466.285 KB) | DOI: 10.15578/jra.13.3.2018.277-287

Abstract

Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) memiliki potensi untuk pengembangan budidaya ikan dalam keramba jaring apung (KJA), tetapi belum tersedia data karakteristik perairannya. Penelitian bertujuan untuk mengkaji kesesuaian dan daya dukung perairan berdasarkan karakteristik perairannya untuk budidaya ikan dalam KJA di kawasan pesisir Kabupaten MTB Provinsi Maluku, Indonesia. Data karakteristik perairan yang dikumpulkan berupa pasang surut, kecepatan dan arah arus, kedalaman, kecerahan, suhu, salinitas, oksigen terlarut, pH, nitrat, nitrit, nitrogen amonia total, fosfat, padatan tersuspensi total, dan bahan organik total air, serta jenis substrat dasar. Kesesuaian perairan ditentukan melalui analisis dengan weighted linear combination dalam sistem informasi geografis (SIG) dan luasan daya dukung perairan untuk budidaya ikan dalam KJA didasarkan pada referensi yang telah ada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum karakteristik perairan Kecamatan Tanimbar Utara, Wuarlabobar, dan Selaru, Kabupaten MTB dapat mendukung kegiatan budidaya ikan dalam KJA, namun kedalaman perairan yang relatif dangkal yang menjadi faktor pembatas dalam kesesuaian perairan untuk kegiatan budidaya ikan dalam KJA. Dari 67.287,84 ha kawasan pesisir yang diteliti di Kabupaten MTB dijumpai yang tergolong sangat sesuai seluas 1.564,43 ha; cukup sesuai seluas 10,687,78 ha; kurang sesuai sesuai 2.103,92 ha; dan tidak sesuai seluas 52.931,71 ha untuk budidaya ikan dalam KJA. Di kawasan pesisir Kecamatan Tanimbar Utara, Wuarlabobar, dan Selaru dapat dilakukan budidaya ikan dalam KJA dengan daya dukung perairan masing-masing seluas 363, 292, dan 570 ha yang dapat digunakan untuk masing-masing 5.445; 4.380; dan 8.550 unit KJA ukuran 8 m x 8 m.Maluku Tenggara Barat District has potential waters for the development of floating net cage mariculture. However, the characteristics and quality of the waters have not been well studied. This study was aimed to assess the suitability and carrying capacity of coastal waters of Maluku Tenggara Barat based on the requirements of net cage mariculture. The measured waters characteristics included tidal, current velocity (speed and direction), water depth, transparency, temperature, salinity, dissolved oxygen, pH, nitrate, nitrite, total ammonia nitrogen, phosphate, total suspended solids, and total organic matter as well as bottom substrate types. The weighted linear combination (WLC) method in geographic information system (GIS) was used to determine the level of waters suitability and carrying capacity to support floating net cage mariculture operation. The WLC criteria used were based on the existing standard environmental criteria. The results showed that the coastal waters of Tanimbar Utara, Wuarlabobar, and Selaru sub-districts were suitable for fish culture in floating net cage. Nevertheless, the relatively shallow water depth in the study area was identified as the primary limiting factor of suitability. Of the total of the coastal areas studied (67,287.84 ha), 1,564.43 ha; 10,687.78 ha; 2,103.92 ha; and 52,931.71 ha were respectively categorized as very suitable, moderately suitable, marginally suitable, and not suitable for fish culture in floating net cage. The carrying capacity of the coastal waters of Tanimbar Utara, Wuarlabobar and Selaru sub-districts were estimated able to support 5,445; 4,380; and 8,550 floating net cage units sized 8 m x 8 m distributed in total farm areas of 363, 292, and 570 ha, respectively.
PERFORMA BUDIDAYA UDANG WINDU (Penaeus monodon) PADA MUSIM KEMARAU DI TAMBAK KECAMATAN MARUSU KABUPATEN MAROS Andi Akhmad Mustafa; Andi Indra Jaya Asaad; Dominggus Linthin
Media Akuakultur Vol 16, No 1 (2021): (Juni, 2021)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.582 KB) | DOI: 10.15578/ma.16.1.2021.45-56

Abstract

Salah satu program dari Gubernur Sulawesi Selatan periode 2018-2023 adalah mengembalikan kejayaan udang windu di Sulawesi Selatan. Telah dilakukan kegiatan yang bertujuan mengetahui performa budidaya udang windu di tambak pembudidaya yang dilaksanakan pada musim kemarau tahun 2019 di Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Kegiatan budidaya udang windu teknologi tradisional plus dilaksanakan di tambak Dusun Kurilompo, Desa Nisombalia Kecamatan Marusu Kabupaten Maros. Sebanyak enam petak tambak pembudidaya ditebari tokolan udang windu dengan padat penebaran dari 10.000 sampai 30.000 ekor/ha. Setelah dipelihara selama 69 sampai 80 hari dilakukan panen dan selanjutnya dilakukan penentuan sintasan, bobot rata-rata, produksi udang windu, dan rasio konversi pakan (RKP). Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa kualitas air di tambak Kecamatan Marusu, Kabupaten Maros pada musim kemarau dicirikan dengan salinitas yang berkisar antara 36,63-69,40 ppt; suatu kondisi yang tidak optimal untuk budidaya udang windu. Pada saat panen didapatkan sintasan udang windu dari 27,57% sampai 66,67%; bobot rata-rata dari 14,29-40,00 g/ekor; produksi dari 90,1-800,0 kg/ha/musim; dan RKP dari 0,54:1 sampai 2,10:1. Disimpulkan bahwa budidaya udang windu di tambak bersalinitas tinggi di daerah ini merupakan penyebab utama rendahnya sintasan, bobot rata-rata, produksi udang windu, dan RKP. Direkomendasikan bahwa perbaikan budidaya udang dengan menjaga tingkat salinitas dalam nilai optimal harus disosialisasikan kepada pembudidaya udang windu di daerah tersebut.One of the main aquaculture development targeted by the South Sulawesi Province for the period 2018-2023 is to restore the glory of tiger shrimp farming in South Sulawesi. The recent study was carried out to uncover redevelopment opportunities of tiger shrimp culture and determine the performance of tiger shrimp culture in the farmers’ ponds. The study was performed during the dry season in Marusu Subdistrict Maros District, in 2019. Traditional plus tiger shrimp farming activities were carried out in the ponds of Kurilompo Subvillage, Nisombalia Village, Marusu Subdistrict, Maros District. A total of six brackishwater ponds were stocked with tiger shrimp fingerling with stocking densities of 10,000-30,000 ind./ha. After being cultured for 69 to 80 days, the shrimp were harvested and measured their survival rate, average weight, production of tiger shrimp, and feed conversion ratio (FCR). The data obtained were analyzed with descriptive statistics. The results showed that water quality in brackishwater ponds of Marusu Subdstrict Maros District, in the dry season is characterized by salinity ranging from 36.63 to 69.40 ppt, a condition that is not optimal for tiger shrimp culture. At harvest, the survival rate, average weight, production, and FCR of the farmed average tiger shrimp were 27.57%-66.67%, 14.29-40.00 g/ind., 90.1-800.0 kg/ha/season, and 0.54:1-2.10:1, respectively. It is concluded that the culture of tiger shrimp in the brackishwater ponds with high salinity in this area is the primary cause of poor survival rate, average weight, production of tiger shrimp, and FCR. It is recommended that culture shrimp improvement via maintaining salinity level within the optimal values has to be disseminated to the fish farmers in the area.