Estu Nugroho
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, Jakarta

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search
Journal : Media Akuakultur

‘ENDANG PAMULARSIH’ GURAME YANG JEMPOLAN Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (46.162 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.99-102

Abstract

Bisnis ikan gurame terbagi menjadi beberapa skala bisnis, mulai dari telur, gabah, nguku, silet, korek, rokok, tampelan hingga konsumsi. Adanya skala ini dikarenakan ikan gurame tumbuh sangat lambat. Salah satu yang menjadi penyebab ikan gurame tumbuh lambat adalah kualitas benih yang dihasilkan masih belum memadai serta teknologi budidaya yang digunakan belum optimal. Beberapa ras ikan gurame banyak terdapat di masyarakat, namun belum diketahui produkivitas masing-masing ras sehingga kemungkinan untuk mendapatkan produk unggulan masih mengalami hambatan. Penggunaan hibrida unggul ikan gurame merupakan salah satu solusi pemecahan masalah yang ada dalam budidaya ikan gurame. Hibrida antara ras Soang dan Blue Safir dikenal sebagai gurame varietas “Endang Pamularsih”.
GURAME BATANG HARI: BENARKAH STRAIN BERBEDA ? (Suatu kajian genetik dengan menggunakan marker DNA) Estu Nugroho; Evi Rahayuni; Mimid Abdul Hamid
Media Akuakultur Vol 8, No 1 (2013): (Juni 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (175.329 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.1.2013.9-12

Abstract

Beberapa strain ikan gurame yang dikenal di masyarakat yaitu Blusafir, Soang, dan Bastar banyak dipelihara oleh para pembudidaya khususnya di Jawa Barat. Sementara strain Batang Hari diklaim hanya ada di daerah Jambi. Ikan gurame strain ini dikenal dengan dagingnya yang tebal dan lebar, sehingga banyak disenangi oleh masyarakat setempat. Strain Batang Hari ini perlu diverifikasi informasi latar belakang genetiknya sehingga dapat digunakan sebagai salah satu sumber plasma nutfah gurame dalam program pemuliaan. Hasil analisis DNA menunjukkan bahwa secara genetik tidak terdapat perbedaan yang nyata antara gurame Batang Hari dengan tiga strain lainnya yang tersebut di atas. Ada penciri DNA yang kemungkinan dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai salah satu kriteria dalam identifikasi strain gurame Batang Hari yaitu pada primer OPA-07.
KERAGAAN BENIH IKAN NIILA UNGGUL PADA PENDEDERAN 1 Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 9, No 2 (2014): (Desember 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5031.187 KB) | DOI: 10.15578/ma.9.2.2014.73-76

Abstract

ABSTRAK LIHAT SELENGAPNYA DI FILLE PDF
INDUSTRIALISASI IKAN TILAPIA: PENGALAMAN BERHARGA DARI CINA SEBAGAI PRODUSEN UTAMA TILAPIA DI DUNIA Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 7, No 2 (2012): (Desember 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (48.612 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.2.2012.103-107

Abstract

Pengalaman Cina sebagai salah satu pemasok utama komoditas ikan nila di dunia dapat dijadikan pelajaran yang berharga bagi Indonesia yang telah menetapkan visinya sebagai penghasil produk perikanan yang terbesar di dunia pada tahun 2014. Berangkat dari upaya untuk memenuhi kebutuhan pasar akan pasokan daging nila, Cina telah berhasil mengembangkan suatu sistem industrialisasi yang komprehensif yang terdiri atas tiga pilar utama yaitu penggunaan benih unggul, pengembangan produksi secara massal dengan teknologi yang tepat guna dan pengolahan produk hasil budidaya yang efisien.
KARAKTER FENOTIPE DAN GENOTIPE IKAN MAS “MERAH MENYALA” NAJAWA DARI CANGKRINGAN, JOGJAKARTA SERTA POTENSI EKONOMISNYA Estu Nugroho; Dwijo Priyanto; Hery Sulistio Hermawan; Sunaryo Sunaryo; Andung Santoso Prihadi
Media Akuakultur Vol 10, No 1 (2015): (Juni 2015)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.771 KB) | DOI: 10.15578/ma.10.1.2015.13-16

Abstract

Plasma nutfah ikan merupakan kekayaan sumber daya yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya perikanan. Salah satu jenis plasma nutfah yang layak untuk dikembangkan adalah ikan mas merah Najawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter fenotipe dan genotipe ikan mas merah Najawa dan potensi ekonomisnya dalam usaha budidaya. Ikan mas ini mempunyai kualitas warna merah yang sangat menyala, berbeda dengan jenis ikan mas dari daerah lainnya di Indonesia. Pengembangan jenis ikan ini akan lebih banyak dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang mempunyai preferensi pada ikan warna cerah dibandingkan daerah dengan kesukaan pada ikan dengan warna gelap. Di antaranya adalah daerah Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Daerah Istemewa Jogjakarta. Sampai saat ini hasil seleksi warna telah menghasilkan keturunan dengan proporsi 87,1% mempunyai warna merah mulus, 2,7% warna albino dan sisanya 10,2% mempunyai warna merah berbintik hitam. Identifikasi morfometrik dengan menggunakan metode Truss Network menunjukkan adanya perbedaan pada parameter C (jarak kepala dan sirip dada), F (jarak sirip punggung dan sirip perut), dan M (panjang standar) dibandingkan dengan ikan mas Majalaya. Karakterisasi secara genetik dengan menggunakan marker molekuler RAPD dengan 6 primer menunjukkan perbedaan secara genetik yang nyata dibandingkan beberapa varietas ikan mas yang banyak digunakan oleh masyarakat yaitu ikan mas Rajadanu, Majalaya, Wildan, Sinyonya, dan Sutisna. Ikan mas Najawa mempunyai tingkat keragaman 0,1513, sedangkan 5 jenis ikan mas lainnya yang mempunyai tingkat keragaman antara 0,2120 (Majalaya) hingga 0,2747 (Wildan).
BEBERAPA JENIS IKAN LOKAL YANG POTENSIAL UNTUK BUDIDAYA: Domestikasi, Teknologi Pembenihan, dan Pengelolaan Kesehatan Lingkungan Budidaya Estu Nugroho; Mochammad Fatuchri Sukadi; Gleni Hasan Huwoyon
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.636 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.52-57

Abstract

Biodiversitas ikan-ikan air tawar lokal asli Indonesia sangat berlimpah namun belum banyak dimanfaatkan dalam budidaya. Pemanfaatan secara langsung masih dalam taraf penangkapan di alam yang dikhawatirkan dapat membahayakan populasinya di alam. Salah satu alternatif untuk pencegahannya adalah dengan upaya meningkatkan budidaya dan mengurangi penangkapan yang berlebihan. Langkah pertama yang dibutuhkan adalah melakukan domestikasi untuk mendapatkan teknologi pembenihannya dan upaya pengelolaan lingkungan yang dibutuhkannya. Sekitar 20 jenis ikan lokal asli Indonesia telah dimanfaatkan dalam budidaya ikan konsumsi, sedangkan teknologi yang telah berhasil dikembangkan tercatat pada 7 jenis ikan air tawar seperti ikan baung, jelawat, nilem, kancra, tawes, belida, dan betutu.
EVALUASI PRODUKSI LARVA BEBERAPA VARIETAS INDUK IKAN NILA UNGGUL Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 8, No 2 (2013): (Desember 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (47.727 KB) | DOI: 10.15578/ma.8.2.2013.115-117

Abstract

Berbagai varietas induk ikan nila unggul telah dihasilkan oleh anggota Jejaring Pemuliaan Ikan di antaranya adalah Nirwana, BEST, Selfam (Selabintana), dan Central Pertiwi (CP). Kualitas dari benih yang dihasilkan telah menunjukkan tren yang positif dalam pertumbuhan. Peningkatan kualitas ini perlu diimbangi dengan jumlah larva yang dihasilkan sehingga perpaduan antara keduanya dapat menaikkan efisiensi produksi yang merupakan salah satu pilar dalam prinsip “blue economy” yang sekarang sedang dikembangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Evaluasi dilakukan untuk melengkapi informasi tentang ikan nila unggul yang telah dihasilkan. Pasangan NC (jantan Nirwana x betina CP) dan NN (jantan Nirwana dan betina Nirwana) menghasilkan jumlah larva yang paling banyak yaitu 132 ribu dan 104,467 ekor.
KERAGAAN PRODUKSI BUDIDAYA IKAN MAS DI KJA WADUK Ir. H. DJUANDA, JATILUHUR Estu Nugroho
Media Akuakultur Vol 7, No 1 (2012): (Juni 2012)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (30.475 KB) | DOI: 10.15578/ma.7.1.2012.11-13

Abstract

Sistem budidaya ikan mas di Kantong Jaring Apung (KJA) merupakan salah satu teknologi budidaya yang paling efisien sampai saat ini. Salah satu sentra produksi ikan mas sistem KJA adalah di KJA Waduk Ir. H. Djuanda, Jatiluhur. Perkembangan budidaya ikan mas di KJA Jatiluhur perlu diketahui sebagai bahan evaluasi untuk menjaga keberlangsungan budidaya ikan mas di KJA dan pengembangannya sebagai salah satu usaha bisnis yang menguntungkan Secara rata-rata budidaya mas di KJA Jatiluhur mempunyai nilai sintasan = 85,19%; efisiensi pakan (EP) = 57,15%; pertambahan biomassa = 13,05 kg/hari/unit; dan harga pokok produksi (HPP) = Rp 11.254,-/kg.