ABSTRAK Fenomena praktik politik dinasti sudah menjadi budaya politik yang tidak terelakkan (budaya politik familisme). Salah satunya praktik politik yang dibangun di Aceh Tenggara. Selama 2 periode kepemimpinan H. Hassanudin, BMM roda pemerintahan dikuasai oleh sanak family H. Hassanudin bahkan pada pemilukada tahun 2017 pejabat petahana maju dalam Pilkada dengan mengandalkan praktik dinasti politik. Namun, praktik politik dinasti runtuh akibat dari kekalahan pasangan petahana Ali Basrah dan Denny Febrian Roza pada Pilkada 2017. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab jatuhnya dinasti politik di Aceh Tenggara pada Pilkada tahun 2017 dan mengetahui dampak negatif dari praktik politik dinasti yang dibangun di Aceh Tenggara. Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini menggunakan Teori Klan Politik dan Teori Politik Behavior. Adapun pendekatan penelitian yang dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab jatuhnya dinasti politik di Aceh Tenggara pada Pilkada tahun 2017, antara lain: kejenuhan masyarakat terhadap pemerintahan H. Hassanudin, BMM, masyarakat menginginkan perubahan roda pemerintahan, isu mengenai Ali Basrah bukan putra daerah. Berdasarkan temuan tersebut terdapat 2 (dua) dampak negatif yang ditimbulkan akibat praktik politik dinasti yang dibangun di Aceh Tenggara yaitu terabaikannya hak-hak rakyat dan kaum intelektual di Aceh Tenggara dan hilangnya kebebasan hak memilih dan dipilih masyarakat. Kata Kunci : Politik Dinasti, Pilkada 2017 Aceh Tenggara. ABSTRACT The phenomenon of dynastic political practice has become an inevitable political culture (political culture of familism). One of them is political practice which was established in Aceh Tenggara. During the 2 periods of H. Hassanudin’s B,MM leadership of the government was controlled by H. Hassanudin’s relatives even in the 2017 post-conflict local election administration officials advanced in the elections by relying on the practice of political dynasties. However, dynastic political practices collapsed as a result of the defeat of incumbent Ali Basrah and Denny Febrian Roza in the 2017 elections. This study aims to determine the factors causing the fall of political dynasties in Aceh Tenggara in the 2017 elections and determine the negative impact of dynastic political practices built in Aceh Tenggara.. To analyze the problems in this study using political clan theory and behavior political theory. The research approach was carried out using descriptive qualitative methods. Results of this study indicate that the factors causing the fall of the political dynasty in Aceh Tenggara the 2017 elections, include: the saturation of the community towards H. Hassanudin’s government, the community wants a change of government, the issue of Ali Basrah is not a native son. Based on these findings there are 2 (two) negative impacts caused by dinastyc political practices established in Aceh Tenggara, namely the neglect of the rights of the people and intellectuals in Aceh Tenggara and the loss freedom of the right to choose and be elected by community. Keywords: Dynasty Politics, Election 2017 in Aceh Tenggara