Muhammad Sueb
Peneliti Islam Nusantara

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

PENELUSURAN POA ISLAMISASI DI INDONESIA Muhammad Sueb
Mozaic : Islam Nusantara Vol 2 No 2 (2016): Mozaic : Islam Nusantara
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nahdatul Ulama Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47776/mozaic.v2i2.84

Abstract

Jika ada pihak yang melontarkan klaim, bahwa terdapat Islam Historis di Indonesia, maka kemungkinan besar akan muncul banyak protes. Pasti, jika satu kebudayaan Islam disebut sebagai historis, maka ia akan menafikan historisitas keberislaman ‘yang lain’. Apalagi dalam pluralitas keberislaman di tanah air, yang memang sejak awal islamisasi telah menunjukkan perbedaan, baik kultur geografi Nusantara maupun daerah ‘luar’ dimana Islam datang untuk melakukan konversi. Hanya saja, jika kita percaya akan adanya local genius, atau cultural core (inti pola kebudayaan) di sebuah masyarakat, maka pastilah terdapat satu ‘ruh’ kebudayaan yang menjadi kesatuan inti dari semua pluralitas tersebut. Dari sinilah penggalian Islam Historis di Indonesia menjadi urgen. Kebutuhan ini berangkat dari satu postulat, bahwa keindonesiaan Islam kita telahlamamengalami proses dehistorisasi. Sebuah proses ketercerabutan akar baik kesejarahan, otentisitas kebudayaan, maupun genealogi keilmuan, yang membuat Keberislaman kita mengalami ‘gagap’ dalam menanggapi berbagai gelombang permasalahan yang datang dari luar. Dehistorisasi ini, seperti kita tahu merujuk pada dua gelombang islamisasi sejak abad ke-19 yang menemu ruang pada gerak Wahabisasi dan modernisasi. Ya, memang problematik, sebab Wahabisme sebagai klaimitas pemurnian Islam tentu memiliki ‘niat suci’ tersendiri, yakni pembersihan normativisme Islam dari berbagai laku akulturatif dengan kebudayaan lokal yang memang sering berasal dari peradaban pra-Islam. Sementara modernisasi, yang mengacu pada usaha rasionalisasi pemikiran keagamaan, bahkan mengklaim diri sebagai usaha menuju Islam Indonesia yang lebih maju. Artinya, jika Islam di Indonesia ingin menemukan bentuk keindonesiaan, maka ia harus melakukan rasionalisasi dari cara berpikir serba klenik, atau meminjam istilah al-Jabiri, ‘rasionalitas yang irrasional’, guna menemukan modernitas Indonesia. Kesejarahan Indonesia kemudian dipangkas, hanya pasca lahirnya negara-bangsa, sehingga yang dibutuhkan kemudian modernisasi. Sementara kesejarahan Indonesia yang berangkat dari pergulatan awal (islamisasi), bahkan dilihat sebagai ‘remah-remah’(remnants) masa lalu yang harus dibabat, demi kecerlangan masa depan.