Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

HUBUNGAN SIKLUS PUTARAN DAN BEBAN TERHADAP KEKUATAN BAHAN PADA UJI FATIK BENDING Tri Cahyo Wahyudi; Eko Nugroho
TURBO [Tulisan Riset Berbasis Online] Vol 3, No 1 (2014): Juni 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Metro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (420.535 KB) | DOI: 10.24127/trb.v3i1.23

Abstract

Uji fatik bending merupakan salah satu alat uji  untuk mengetahui tingkat kelelahan suatu bahan yang akan digunakan sebagai konstruksi atau komponen yang akan menerima pembebanan . Fungsi uji fatik bending adalah menguji kekuatan patah berdasarkan beban bending yang berbeda- beda mulai dari beban rendah sampai beban yang besar. Mekanisme patah lelah terdiri atas 3 tahap yakni: Tahap awal terjadinya retakan, Tahap penjalaran retakan dan  Tahap akhir kerusakan / patah. Tujuan pengujian fatik bending Mengetahui hubungan siklus  putaran dan beban terhadap kekuatan bahan uji, Menentukan nilai hubungan dan tegangan yang terjadi siklus terhadap putaran, Menentukan Jenis bahan yang mana memiliki keuletan dan kegetasan  terhadap jenis patahan. Cara kerja uji fatik bending yaitu benda uji di jepit pada ragum penjepit yang dihubungkan dengan poros yang digerakan oleh motor listrik  dan pada poros  penjepit di beri  pemberat, kemudian benda uji tersebut di putar. pada waktu tertentu benda uji tersebut mengalami kelelahan fatik sehingga akan  putus (patah) dengan menggunakan  variasi beban 9,81 N, 14,72 N, 19,62 N, 24,53 N dan 29,43 N. Dan tiap-tiap benda uji memiliki ukuran diameter 4 mm,5 mm dan 6 mm bahan yang di gunakan yakni  bahan St 37 dan St 40 dengan putaran motor 1486 rpm. Hubungan siklus putaran dan beban terhadap kekuatan bahan uji ini menunjukan semakin kecil beban maka jumlah siklus putaran akan semakin besar dengan jumlah siklus tertinggi yakni 15085,9.  Putaran sangat erat hubungan nya dengan tegangan benda uji, Karena semakin besar tegangan maka akan semakin kecil jumlah siklus putaran,dan sebaliknya. Pada nilai hubungan tegangan dengan siklus putaran terlihat tegangan terkecil 0,34 N/mm2 untuk jumlah siklus tertinggi 15085,9. Dalam proses pengujian terlihat hasil bahwa nilai kekerasan yang tinggi yaitu 40,98 menunjukan patah getas pada bahan nya dan nilai kekerasan yang rendah  yaitu 39,90 yang memiliki bahan patah ulet.
Kaji Eksperimen Pengaruh Variasi Temperatur Pemanasan dan Media Pendingin pada Proses Quenching terhadap Perubahan Kekerasan Sprocket Gear Sepeda Motor Non Original Tri Cahyo Wahyudi; Eko Nugroho; Eko Budiyanto; M Farikil Maktum
TEKNIKA SAINS Vol 6, No 1 (2021): TEKNIKA SAINS
Publisher : Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24967/teksis.v6i1.1232

Abstract

Baja karbon merupakan logam yang banyak digunakan terutama untuk membuat alat-alat perkakas, alat-alat pertanian, komponen otomotif, kontruksi, perpipaan dan alat-alat rumah tangga. Dalam aplikasi pemakaiannya, semua baja akan terkena pengaruh gaya luar berupa gesekan, kekerasan, maupun tekan, sehingga menimbulkan deformasi atau perubahan bentuk. Usaha menjaga baja agar lebih tahan gesekan, kekerasan atau tekanan adalah dengan cara mengeraskan baja tersebut, yaitu salah satunya dengan perlakuan panas heat treatment. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur pemanasan dan pengaruh jenis media pendingin terhadap sifat mekanik sprocket gear, mengetahui temperatur ideal dan media pendingin yang paling optimal untuk meningkatkan sifat mekanik sprocket gear. Penelitian ini menggunakan sprocket gear non original (imitasi) tipe sepeda motor bebek dengan merk Suzuki Smash, menggunakan varian temperatur 800ºC, 850ºC, dan 900ºC dan ditahan (holding time) selama 45 menit dengan variasi Media sebagai pendingin menggunakan air, air garam, dan oli. Untuk pengujian kekerasan dilakukan menggunakan alat Rockwell skala B.  Setelah dilakukan pengujian nilai kekerasan pada material dengan variasi media pendingin dan variasi temperature pemanasan dapat diketahui temperature ideal dan media pendingin yang paling optimal adalah pada media pendinginn air garam dengan temperature 9000C  sebesar 84 HRB, sedangkan temperature pemanasan dan media pendingin yang kurang ideal adalah pada media pendingin oli pada temperature 8500C  sebesar 52 HRB.