Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Perempuan Salafi Memaknai Jilbab: Antara Alternatif dan Oposisional Prima Ayu Rizki Mahanani
Sospol : Jurnal Sosial Politik Vol. 2 No. 1 (2016): Juli - Desember
Publisher : Faculty of Social and Political Sciences, Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sospol.v2i1.4760

Abstract

AbstrakJilbab cadar merupakan benda yang menjadi penanda perempuan dari manhaj Salafi. Kajian dan analisis kritis ini menggali lebih dalam terhadap si pemakai jilbab yaitu perempuan Salafi yang memaknai jilbab cadar sebagai alternatif ataukah oposisional. Perempuan Salafi adalah subkultur yang mengonstruksi identitasnya melalui atribut yang menunjukkan ekspresi kulturalnya yaitu: muka ditutup dengan cadar, kerudung lebar yang menjuntai sebatas selutut, gamis yang tidak ketat, tidak tipis, tidak tembus pandang, tidak bermotif, warna kain cenderung gelap, tidak memakai harum-haruman, tidak mengenakan hiasan-hiasan, tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan tidak menyerupai pakaian wanita kafir atau fasik Berdasarkan jawaban ketujuh informan, ditemukan makna oposisional yaitu adanya hasrat atau keinginan untuk menggantikan jilbab atau mengubah jilbab populer yang ditandai dengan misi berdakwah melalui lisan dan maupun tulisan secara bertahap. Makna oposisionalnya adalah tuntutan lingkungan yang banyak fitnah dan kerusakan seperti sekarang ini dirasa tidak lagi kondusif untuk menundukkan pandangan selain dengan jilbab cadar yang dianggap lebih utama.Kata Kunci: alternatif, jilbab, makna, oposisional, salafi AbstractHijab veil is a material which is a marker of the methodology Salafi women. Research and analysis is critical to dig deep against the wearer's head scarf that women who interpret the Salafi hijab veil as an alternative or oppositional. Women Salafi is a subculture that constructs its identity through attribute expression cultural namely: face covered with a veil, the veil width dangling limited to knee, the robe is not strict, not thin, opaque, not patterned, fabric colors tend to be dark, not wearing fragrance -haruman, no decorations, do not resemble men's clothing, women's clothing and did not resemble the infidels or wicked. Based on the answers to seven informants, oppositional meanings found that their intention or desire to replace the popular hijab headscarf or change marked by the mission and preaching through oral and written gradually. Oposisionalnya meaning is that many environmental claims defamation and damage, as now it is no longer conducive to lower his gaze beyond the veil that veils were considered more important.Keywords: alternative, hijab, meaning, oppositional, salafi
The Construction Of Gender Equality In The Webcomic "Hingga Usai Usia" Amida Rizqulloh Noble; Hakim, Lukman; Prima Ayu Rizki Mahanani
Musãwa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 23 No. 2 (2024)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.2024.232.127-144

Abstract

AbstractTingginya angka ketimpangan gender di Indonesia menunjukan pembangunan gender yang belum optimal, sehingga perlu adanya informasi mengenai kesetaraan gender yang menarik dan bisa diakses semua kalangan dengan mudah. Salah satunya melalui ruang kreatif digital yaitu bentuk web komik. Artikel ini bertujuan untuk mengungkap konstruksi kesetaraan gender dalam web komik “Hingga Usai Usia” yang membahas aspek-aspek kesetaraan gender. Dengan metode kualitatif dan pendekatan semiotika Roland Barthes, hasil kajian menunjukkan enam konstruksi kesetaraan gender yang ada di web komik tersebut, yaitu; konsensual, keterlibatan laki-laki dalam pengasuhan anak, berbagi peran, maskulinitas positif, keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan, dan partisipasi perempuan di ranah publik. Namun, konstruksi berbagi peran merupakan aspek yang dominan digambarkan karena web komik ini menceritakan kehidupan pasangan suami istri. Kata Kunci: Kesetaraan Gender, Web Komik, Semiotika [The high rate of gender inequality in Indonesia indicates suboptimal gender development. Therefore, there is a need for accessible and interesting information on gender equality, primarily through digital creative spaces such as webcomics. Thus, this research aims to uncover the construction of gender equality in the webcomic "Hingga Usai Usia," which discusses various aspects of gender equality. By using qualitative methods and Roland Barthes' semiotic approach, the findings reveal six constructions of gender equality within the webcomic: consensus, male involvement in childcare, role-sharing, positive masculinity, female involvement in decision-making, and women's participation in the public sphere. However, the role-sharing construction emerges as the dominant aspect portrayed in the webcomic, which narrates the lives of married couples.] Keyword: Gender Equality, Web Comics, Semiotic