Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

GENETIC DIVERSITY OF MACKEREL SCADS, Decapterus macarellus (Cuvier, 1833) IN THE INDIAN OCEAN Achmad Zamroni; Suwarso Suwarso
Indonesian Fisheries Research Journal Vol 23, No 2 (2017): (December, 2017)
Publisher : Research Center for Fisheries

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.559 KB) | DOI: 10.15578/ifrj.23.2.2017.89-96

Abstract

Mackerel scads (Decapterus macarellus) is a small widely distributed pelagic species in ocean. In 2013, monthly catch and abundance index of mackerel scads increased in western part of Sumatera waters. High exploitation of mackerel scads may lead to decrease stock due to the over exploitation. Stock information is very useful for calculating of the potential fish. Genetic analysis is one of the powerful tools to estimate fish stock quickly. Genetic diversity of mackerel scads in this study was analyzed using RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism) with AfaI, EcoR I, HapII, HinfI and TaqI restriction enzyme. The results showed that the lowest genetic diversity of mackerel scads was Labuan population. Kinship Labuan was also the furtherest stock compared to other populations. It can be concluded that the population of Labuan is derived from a different sub-species. The closest kinship was between Aceh and Sibolga stock.
KONDISI HIDROLOGIS DAN KAITANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN MALALUGIS (Decapferus macarellus) DI PERAIRAN TELUK TOMINI Khairul Amri; Suwarso Suwarso; Awwaludin Awwaludin
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 12, No 3 (2006): (Desember 2006)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5534.271 KB) | DOI: 10.15578/jppi.12.3.2006.183-193

Abstract

Teluk Tomini yang merupakan perairan laut dalam dan bersifat semi tertutup memiliki sumber daya ikan yang cukup besar, lkan malalugis atau ikan layang bitu (Docapt€rus macarellus) merupakan salihsatu jsnis ikan pelagis kecil yang dominan tertangkap di perairan ini
PERKEMBANGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI SEKITAR LAUT JAWA Achmad Zamroni; Suwarso Suwarso
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 4 (2009): (Desember 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2579.065 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.4.2009.307-312

Abstract

Pukat cincin merupakan alat tangkap utama untuk perikanan pelagis kecil serta mempunyil peranan penting di dalam pengusahaan sumber daya perikanan di Laui iawa Armada pukat cincin berkembang pesat sejak tahun 1976 dan daerah penangkapan tersebar luas di perairan paparan Sunda, di antaranya Laut Jawa, Selat Makassar, Laut Cina Selaian, Selat Karimata, dan saat ini telah mencaoai perairan Sulawesi. Tahun 1994 diindikasikan perkembangan daerah penangkapan ini telah mencapai maksimum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengemukakan perkernbangan hasil tangkapan dan upaya ikan pelagis di Laut Jawa berdasarkan pada data berbasis hasil tangkapan pukat cincin yang mendarat di Pekalongan tahun 2002 2007. Hasil perrelitian menunjukkan bahwa ikan layang (DecapterLts spp.) tetap merupakan jenis utama atau dominan hampir di semua daefah penangkapan, yailu 52% dari seluruh hasil tangkapan. Hasil tersebut tidak berbeda ciengan hasil pada tahun 1985-1992. Jumlah trip mengalami penurunan yang cukup signifikan pada bulan Nopember 2005 karena adanya kenaikan harga bahan bakar minyak Penurunan jumlah trip ini diikuti dengan menrngkatnya jumlah hari di laut menjadi sekitar 2 buian. LaJu tangkap ieius mengalaml penurunan dari 1.OOO,7 kg per hari pada tahun 2004, menjadi 409 kg per hari pada tahun 2007. Ratarata laju tangkap tefsebut jauh lebih kecil iika dibandingkan pada tahtrn '1992-1996 yang mencapai 2,387 kg per hari. Di antara 7 daerah penangkapan di perairan Laut Jawa dan Selat Makassar, laju tangkap lebih tinggi dijumpai di perairan sekitar Kepulauan Kangean, yaitu sekilar 950 kg per hari. Purse serne is the main fishing gear of small pelagic fisheries and lhe most impoftant Eeat for flsheries resoufces exploitation in Java sea. since 1976, purse selre has spread out quickly and thc selners were able to extend their exploitation area outsicle the Java sea. ln 1994, it itldicated lhat fishing area has .eached the naxinium point. The purpose of this study is lo explain catch develapment of petagic fish in the Java sea based on catch data of purse sei}e that landed in Pekalongan fror', 2002-2007- Ihe rest//fs show that sca.rs (Decapterus sppJ species still provided the main target of the exploitation and reprcsents 52% of the total catclt. Thts condition was found similafly ilt 1985' 1992. The fishing trip of yesse/ decrease d significantly iti Navember 2005due ta tlte increase of fuel price. The day at sea increased up to 2 monlhs. Calch per unit of eflotl tllso decreasecl from 1,000.7 kg per day in 2OO4 becoming 4Og kg per day in 2OO7. This catch per unit ol effoft was significanUy stnaller than lhe resutts in 1992-1996 that reached 2,387 kg per day. From lhe seven fishing areas of waters around lhe Kangean archipelago provided the highest catch per unit af effott, of ahout 9 50 kg per day.
BIOLOGI REPRODUKSI DAN DINAMIKA POPULASI IKAN KEMBUNG LELAKI (Rastrelliger kanagurta, Cuvier 1817) DI PERAIRAN ARU Moh Fauzi; Suwarso Suwarso; Duranta D. Kembaren; M. Fadli Yahya
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 12, No 3 (2020): (Desember) 2020
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.12.3.2020.137-150

Abstract

Peningkatan armada pukat ikan dan pukat udang serta kebijakan relokasi kapal diatas 30 GT dari WPP 712 ke WPP 718 diduga berdampak pada potensi sumberdaya perikanan di WPP 718 termasuk didalamnya wilayah perairan kepulauan Aru. Ikan kembung lelaki merupakan ikan yang mendominasi hasil tangkapan armada pukat cincin yang berbasis di Dobo. Untuk menghindari terjadinya penurunan sumberdaya ikan kembung lelaki (nama lokal: lema) diperlukan informasi dasar tentang biologi perikanannya. Tulisan ini bertujuan mengkaji aspek biologi reproduksi dan dinamika populasi ikan kembung lelaki di perairan kepulauan Aru. Hasil penelitian mennjukkan bahwa puncak pemijahan ikan kembung lelaki terjadi pada bulan Juni dan berlangsung hingga bulan November. Panjang pertama kali matang gonad jantan 20,19 cmFL dan betina 19,96 cmFL. Sebagian besar populasi didominasi oleh ikan dewasa dengan tingkat kematangan gonad (TKG) 3 dan 4. Populasi ikan kembung lelaki di kepulauan Aru terdapat satu kohor utama dan dua kohor minor. Tingkat pemanfaatan ikan kembung lelaki yang telah melebihi nilai optimumnya yakni 0,81 memerlukan kebijakan dalam pengelolaannya. Pembatasan upaya penangkapan baik pada armada utama pemanfaat ikan kembung lelaki maupun pada kapal-kapal di atas 30 GT dari Laut Jawa yang mengeksploitasi perikanan di WPP 718 menjadi salah satu saran pengelolaannya.Inclining of fish and shrimp trawler fleet and relocation policy of vessel higher than 30 GT from FMA 712 to FMA 718 was alleged impact the fishery resources in FMA 718, including Aru Island Sea. The Indian Mackarel Rastelinger kanagurta was dominant species caught by purse seine which based on Dobo. To prevent the declining of R. Kanagurta resources stock, it is needed to collect the basic information on fisheries biology. This study aimed to assess the reproductive biological aspects and population dynamics of R. kanagurta in the Aru Sea. The data were collected from purse seine landing based in Dobo from January to November 2016. The analysis result showed that the spawing season reach its peak from June to November. The length at maturity of males and females were 20,19 cmFL and 19,96 cmFL. The catch was dominated by adult fish which has been reaching the mature stage. The population structure of R kanagurta consisted of one major cohort and two minor cohorts. The exploitation level of this species was greater than its optimum levels (E = 0,81) which indicates that there is needed of management policy in this fishery such as the restriction of the fishing efforrt.