Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN SUHU 8 OC TERHADAP LAMA WAKTU PINGSAN IKAN MAS (Cyprinus carpio), IKAN PATIN (Pangasius sp.), IKAN LELE (Clarias sp.), DAN IKAN GURAME (Osphronemus gourame) Muhammad Arsyad; Wenny Dhamayanthi; Ariesia Ayuning Gemaputri
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 14 No 2 (2014): Agustus
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v14i2.36

Abstract

Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam proses transportasi ikan yaitu kematian, yang dapat menurunkan mutu ikan itu sendiri. Salah satu faktor yang mengakibatkan kematian ikan saat transportasi adalah stres yang umumnya ditimbulkan oleh kepanikan ikan itu sendiri. Untuk mengurangi stres, selama dalam wadah pengangkutan sebaiknya ikan dibuat pasif. Oleh karena itu perlu dilakukan treatment khusus yaitu anestesi ikan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk anestesi ikan yaitu dengan penggunaan bahan kimia, kejut listrik, atau penggunaan suhu rendah. Namun cara yang paling mudah dan tidak menimbulkan residu berbahaya adalah anestesi menggunakan suhu rendah. Ikan memiliki lama waktu pingsan yang berbeda-beda terhadap pemberian suhu rendah, tergantung dari jenis, ukuran, dan umur ikan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan 4 (empat) jenis ikan yang berbeda yakni ikan mas, ikan patin, ikan lele, dan ikan gurame. Suhu rendah yang diberikan 8 0C. Ikan yang sudah pingsan disadarkan dalam media bersuhu normal. Ikan dengan waktu pingsan paling lama termasuk perlakuan terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan yang membutuhkan waktu pingsan paling lama adalah ikan mas yaitu selama 410 detik, sedangkan ikan yang memiliki waktu paling cepat untuk pingsan adalah ikan patin yaitu selama 95,5 detik.
DESKRIPSI STRUKTUR LAHAN REHABILITASI MANGROVE DI KABUPATEN PROBOLINGGO PROPINSI JAWA TIMUR Ariesia Ayuning Gemaputri
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 12 No 2 (2012): Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 12 No 2
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v12i2.333

Abstract

Kawasan hutan mangrove di Jawa Timur terdapat di sepanjang pantai utara mulai Kabupaten Tuban sampai dengan Kabupaten Situbondo seluas sekitar 19.916 hektar (Perum Perhutani, 1994). Keberadaan hutan mangrove tersebut kini semakin memprihatinkan, dimana penyusutan hutan mangrove di Kabupaten Probolinggo mencapai 580 hektar pada tahun 2001 (Kompas, 2001), dan 229,5 hektar di Kabupaten Situbondo (Pemerintah Kabupaten Situbondo, 2005). Dengan laju penurunan hutan mangrove yang demikian cepat, maka diperkirakan hutan mangrove akan lenyap pada tahun 2010 (Ramono, 2003). Kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang dilaksanakan sampai saat ini hanya terbatas pada penanaman pohon-pohon mangrove yang rusak karena penebangan, padahal keberhasilan upaya rehabilitasi juga sangat dipengaruhi oleh kondisi lahan, jenis mangrove, dan tata cara penanaman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 3 (tiga) lokasi di pantai utara Jawa Timur bagian timur menunjukkan bahwa, tanah-tanah didominasi oleh fraksi pasir (13,80-94,92 %), pH asam (8,06-8,94), tingkat salinitas tinggi (0,2302-2,4843 %), kapasitas tukar kation rendah (7,8837-27,2901 me/100g), dan kandungan bahan organik rendah (0,1851-2,4675 %). Sehingga jenis mangrove yang dapat direkomendasikan untuk ditanam di Kabupaten Probolinggo pada zona paling dekat dengan darat (belakang) adalah Ceriops decandra, dan Ceriops tagal, pada zona tengah antara lain Bruguiera gymnorrhiza, dan Xylocarpus mollucensis, pada zona paling dekat dengan laut (depan) adalah Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora stylosa.
Kajian Daya Dukung (Carrying Capacity) Lingkungan Perairan Pantai Pasir Putih Situbondo bagi Pengembangan Usaha Karamba Jaring Apung Ida Adha Anrosana; Ariesia Ayuning Gemaputri
Jurnal Ilmiah Inovasi Vol 17 No 2 (2017): Agustus
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/jii.v17i2.546

Abstract

Sustainable sea cultivation has efficient features in resource use, productive and non-destructive environments. Under the Code of Conduct of Responsible Fisheries governing sustainable aquaculture development, it emphasizes the importance of a preliminary evaluation of the impact of aquaculture on genetic diversity, the integrity of the ecosystem, and the life of local communities (Sudrajat, 2008). This study was conducted with the main purpose of obtaining accurate information about the carrying capacity of the aquatic environment used for the development of floating net karamba business in the Pasir Putih Beach area of Situbondo Regency.Based on the results of research that has been done in Karamba Floating Net Pasir Putih Coastal Situbondo, it can be concluded that (1) The water quality in the aquatic environment in KJA area of Pasir Putih Beach Situbondo is still in accordance with the sea water quality standard of KepMen LH No. 51 of 2004 and considered feasible for the development of aquaculture activities in Karamba Floating Net. Keywords : Carrying Capacity, Karamba Floating Net
Kelompok Usaha Terasi Puger Ariesia Ayuning Gemaputri; Ida Adha Anrosana
J-Dinamika : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 1 (2016): Juni
Publisher : Politeknik Negeri Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25047/j-dinamika.v1i1.132

Abstract

Kelompok Usaha Terasi Puger berlokasi di Desa Puger Kulon Kecamatan Puger Kabupaten Jember dengan waktu pelaksanaan selama 8 bulan. Kegiatan ini bertujuan mengatasi permasalahan yang dihadapi mitra dengan menawarkan suatu inovasi berupa modifikasi alat pengolah terasi ramah lingkungan, kapasitas produksi tinggi dan higienis serta memberikan pelatihan manajemen bisnis untuk meningkatkan usaha yang telah dilakukan. Target khusus yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah terbentuknya kelompok usaha terasi puger yang mampu berdaya saing dalam pasar regional maupun nasional dengan kontinuitas produk yang terjamin. Metode yang dilakukan antara lain melalui demonstrasi alat, dan pelatihan pada mitra serta layanan jasa konsultasi. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah pola produksi berubah menjadi lebih baik dan modern, pengemasan produk terasi Puger menjadi lebih menarik dan higienis.