Augy Syahailatua
Pusat Penelitian Oseanografi-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ancol-Jakarta

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

KEBIASAAN MAKAN IKAN TERBANG, Hirundicthys oxycephalus DAN Cheilopogon cyanopterus, DI PERAIRAN SELAT MAKASSAR Fanny Febyanty; Augy Syahailatua
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 1 (2008): (Maret 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.147 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.1.2008.123-131

Abstract

Aspek kebiasaan makan dan komposisi makanan dari 2 jenis ikan terbang, Hirundicthys oxycephalus dan Cheilopogon cyanopterus, yang tertangkap di perairan Selat Makassar, dipelajari selama bulan Maret sampai dengan Juli 2005. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis makanan Hirundicthys oxycephalus dan Cheilopogon cyanopterus adalah sama, yaitu copepoda (71,4 dan 68,7%) sebagai makanan utama. Sedangkan makanan tambahan ke-2 jenis ikan ini berupa algae (8,4 dan 12,0%), malacostraca (3,2 dan 3,1%), dan chaetognatha (6,8 dan 6,2%). Luas relung makanan ke-2 jenis ikan ini relatif kecil, berkisar antara 1,79 sampai dengan 2,16, memberikan indikasi bahwa ikan terbang selektif dalam memilih makanan. Selang tumpang tindih relung makanan yang relatif rapat, berkisar antara 0,87 sampai dengan 0,98 menunjukkan bahwa jenis makanan yang dimanfaatkan sama, dan dapat memicu ada persaingan dalam mendapatkan makanan, saat sumber makanan yang tersedia terbatas. This research was conducted during March to July 2005 to obtain the food compotitions of two species of the flying fishes are in Makassar Strait, i. e. Hirundicthys oxycephalus and Cheilopogon cyanopterus. The results show that the food of the flying fishes Hirundicthys oxycephalus and Cheilopogon cyanopterus is similar, which is copepods (71.36 and 68.75%) as the primary food. The additional foods are algae (8.4 and 12.0%), malacostraca (3.2 and 3.1%), and chaetognatha (6.8 and 6.2%). Niche breath of flying fishes is narrow from 1.79 to 2.16, that means flying fishes are selective in collecting their foods. Niche overlap of the flying fishes is narrow from 0.87 to 0.98, it shows that the foods are similar and can cause a competition when the food source is limited.
STRATEGI REPRODUKSI IKAN TERBANG (EXOCOETIDAE) DAN KAITANNYA DENGAN FAKTOR OSEANOGRAFI DI PERAIRAN INDONESIA Augy Syahailatua; Syamsu Alam Ali; Petrus Makatipu
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 14, No 3 (2008): (September 2008)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (331.185 KB) | DOI: 10.15578/jppi.14.3.2008.303-311

Abstract

Ikan terbang (Excoetidae) memiliki strategi reproduksi yang diduga terkait dengan kondisi lingkungan perairan laut, seperti suhu, salinitas, angin, curah hujan, dan radiasi matahari. Penelitian dilakukan untuk 3 jenis ikan terbang (Hirundichthys oxycephalus, Cheilopogon cyanopterus, dan C. Spilopterus) selama tahun 2004 sampai dengan 2007 di perairan Indonesia. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ikan terbang (Excoetidae) memiliki peluang untuk memijah sepanjang tahun, dengan puncak pemijahan agak berbeda antar jenis maupun lokasi. Ada indikasi bahwa kecenderungan strategi pencapaian puncak pemijahan ikan terbang (Excoetidae) sangat dipengaruhi kondisi oseanografi, terutama suhu dan salinitas. Peristiwa upwelling yang secara periodik berlangsung selama musim timur (bulan Juni sampai dengan Agustus) di Laut Flores dan selatan Jawa diperkirakan sebagai faktor pemicu proses pemijahan ikan terbang (Excoetidae), sedangkan pola arus north equatorial di Laut Sulawesi sebagai faktor oseanografi yang mempengaruhi siklus reproduksi ikan terbang (Excoetidae). Pembuktian yang otentik lewat penelitian yang lebih komprehensif sangat diperlukan untuk mengungkapkan hal ini. Informasi ini akan sangat berguna untuk menyusun konsep kebijakan pengelolaan perikanan ikan terbang (Excoetidae) di Indonesia.  Reproductive strategy of flyingfish (Exocoetidae) relate to like temperature, salinity, wind, rainfall, and solar radiation. Three species of flyingfish (Hirundichthys oxycephalus, Cheilopogon cyanopterus, and C. Spilopterus) had been observed from 2004 to 2007. The results show that those fishes spawn throughout a year, with the spawning peak differed slightly among species and locations. However, seemingly the spawning peaks associated to the oceanographic conditions, especially temperature and salinity. Reproductive strategic of flyingfish would be generated by decreased temperature. In Flores sea and south of Java, upwelling occurs during the southeast monsoon (June until August), and this event creates low temperature. Whereas in Sulawesi Sea, the decrease of sea surface temperature occurs due to the north equatorial current. A valid evidence from comprehensive study is required to proof the phenomena. This information is valuable to develop a management plan for flyingfish fishery in Indonesia.