Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

INVENTARISASI SUMBER DAYA BENIH IKAN BAGI PENGEMBANGAN BUDIDAYA LAUT DI PERAIRAN KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR Badrudin Badrudin; Ali Suman; Asep Iman Budiman
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 3, No 3 (1997): (Vol.3 No.3 1997)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6899.861 KB) | DOI: 10.15578/jppi.3.3.1997.65-75

Abstract

Wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur terdiri atas kawasan dengan iklim kering dan lahan kering yang kurang subur sehingga usaha budidaya ikan di laut atau di pantai dapat merupakan salah satu alternatif upaya pemanfaatan sumber daya alam. Salah satu unsur penting untuk budidaya adalah ketersediaan benih secara lokal.
STRATEGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA UDANG LAUT DALAM SECARA BERKELANJUTAN DI INDONESIA Ali Suman; Fayakun Satria
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 5, No 1 (2013): (Mei 2013)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2496.546 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.5.1.2013.47-55

Abstract

Pemanfaatan sumber daya udang di Indonesia dilakukan pada wilayah perairan laut dangkal dan status pengusahaannya sudah dalam tahapan jenuh (over-fishing). Apabila kondisi ini dibiarkan dalam jangka panjang tanpa adanya usaha pengelolaan yang berkelanjutan, maka akan menyebabkan kelestarian sumber daya udang akan terancam dan bahkan bisa punah. Salah satu hal yang harus dilakukan dalam mengantisipasinya adalah mencari daerah penangkapan baru di perairan laut dalam, berupa sumber daya udang yang potensial dan belum pernah dimanfaatkan (untapped resources). Komposisi jenis udang laut dalam di perairan Indonesia lebih dari sekitar 38 jenis dengan jenis udang yang mendominasi adalah Plesiopenaeus edwardsianus dan Aristeus virilis serta alat tangkap yang disarankan untuk pemanfaatannya adalah bubu laut dalam tipe silinder. Potensi penangkapan udang laut dalam di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sebagai 640 ton per tahun dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sebagai 2.840 ton per tahun. Agar pengelolaan sumberdaya udang laut dalam dapat dilakukan berkelanjutan, maka harus dikelola dari awal pemanfaatannya. Strategi pengelolaan yang harus dilakukan adalah membatasi upaya penangkapan pada tingkat upaya sekitar 285 armada bubu laut dalam di KBI dan sekitar 1.250 armada bubu laut dalam di KTI. Selain itu harus dilakukan penutupan musim dan daerah penangkapan serta dilakukan penetapan kuota penangkapan.The utilization of Indonesia’s shrimps resources are commonly taking from shallow marine water while its status is currently on overfishing stage. In the long run without appropriate management will threat its sutainability and may be worsen to become extinct. A possible anticipition is finding a new fishing ground at deep sea area for potential deep sea shrimps as untapped resource. Deep sea shrimps species composition have been identified for more than 38 species with mainly dominated by Plesiopenaeus edwardsianus and Aristeus virili. Recommended fihing gear for utilizing those resource is deep sea cylinder pots. Deep sea shrimps fishing potency whithin Western Indonesia Area (WIA) was estimated for 640 mt/year and Eastern Indonesia Area (EIA) was 2.840 mt/year. Asssuring the sustainability of deep sea shrimp resource require right and apropriate management apply since the early stage. It is proposed to adopt several management measures such as limit the fishing effort for 285 deep sea pots within WIA and 1.250 deep sea pots within EIA, apply close area and fishing season and determine total allowable catch.
POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (WPP NRI) TAHUN 2015 SERTA OPSI PENGELOLAANNYA Ali Suman; Hari Eko Irianto; Fayakun Satria; Khairul Amri
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 8, No 2 (2016): (November, 2016)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (859.438 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.8.2.2016.97-100

Abstract

Sumber daya ikan di perairan Indonesia merupakan salah satu modal menuju kemakmuran bagi bangsa, apabila dikelola secara berkelanjutan.Kajian potensi dan tingkat pemanfaatan tahun 2015, merupakan salah satu dasar utama dalam merumuskan pengelolaan tersebut menuju pemanfaatan sumber daya yang lestari bagi kesejahteraan bangsa. Secara keseluruhan komposisi jenis sumber daya ikan di perairan Indonesia didominasi kelompok ikan pelagis kecil sebesar 36 % dan ikan pelagis besar sebesar 25 %. Potensi sumber daya ikan di perairan Indonesia adalah sebesar 9,931 juta ton per tahun dengan potensi tertinggi terdapat di WPP 718 (Laut Arafura) sebesar 1,992 juta ton/tahun (20%), di WPP 572 (Samudera Hindia sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda) sebesar 1,228 juta/tahun (12 %) dan di WPP 711 (Selat Karimata, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan) sebesar 1,143 juta ton/tahun (12 %). Tingkat pemanfaatan secara keseluruhan terlihat didominasi kondisi overfishing (indikator warna merah) sekitar 49 %, diikuti kondisi fully-exploited (indkator warna kuning) sekitar 37 % dan kondisi moderat (indikator warna hijau) hanya 14 %. Kelompok ikan yang mengalami kondisi overfishing paling tinggi adalah kelompok udang Penaeid, lobster, kepiting dan rajungan, yang mencapai 63 % dari kondisi overfishing saat ini. Dalam perspektif yang demikian, opsi pengelolaan yang harus segera dilakukan adalah mengurangi jumlah upaya penangkapan pada WPP yang mengalami kondisi overfishing serta meningkatkan upaya pada WPP yang tingkat pemanfaatannya masih moderat dan fully exploited.Fish resources within Indonesian waters (i.e. teritorial and archipelagic waters) including Indonesian Economic Exclusive Zone if under sustainably management it would contribute a significant role as a source of nation welfare. Scientific advice on stock status and its exploitation rate are required as an input to support an apropriate fisheries management. Generally, fish resources in these waters are dominated by two main fish groups such as small pelagic fish by 36 % and large pelagic fish by 25 %. Indonesia fish resource in 2015 was estimated for 9,931 million tons/year with comprises of 1,992 million ton/year (20 %) in fisheries management area (FMA) 718 (Arafura sea), 1,228 million/year (12 %) in FMA 572 (western of Sumatera of Indian ocean and Sunda strait) and 1,143 million tons/year (12 %) in FMA 711 (Karimata strait, Natuna sea, and south China sea). Most of fish resources (49 %) were in the status of overfishing with red indicator, folowed by fully-exploited state(37 %) in yellow indicator and only 14 % in the moderate state (green indicator). Among all nine fish groups, the overfishing state (up to 63%) is recorded from group of shrimps (Penaidae), lobster, and crabs. The management options in these prespective is urgently suggested to reduce fishing effort at the level of f.opt (fishing optimum) for overfishing fish groups. Whilts possibly to increase effort for fish groups with fully and moderate exploited state at the level off opt.
OPSI PENGELOLAAN SUMBERDAYA UDANG DI LAUT ARAFURA (WPP 718) Ali Suman; Fayakun Satria
Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia Vol 6, No 2 (2014): (November 2014)
Publisher : Pusat Riset Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (144.736 KB) | DOI: 10.15578/jkpi.6.2.2014.97-104

Abstract

Pemanfaatan sumber daya udang sudah berlangsung cukup lama di perairan Arafura dan status pemanfaatannya sudah berada dalam tahapan yang lebih tangkap (over-exploited). Kondisi yang demikian terjadi karena belum adanya pengelolaan yang tepat akibat kurangnya kualitas kebijakan dan informasi hasil penelitian untuk mendasari kebijakan tersebut. Apabila keadaan ini terus berlangsung dalam jangka panjang, maka akan mengancam kelestarian dan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya udang. Untuk mencegah hal itu maka perlu diterapkan opsi-opsi pengelolaan meliputi penutupan daerah/musim penangkapan pada bulan Februari, penerapan kuota penangkapan dengan JTB (Jumlah total tangkapan yang dibolehkan) 39.600 ton per tahun dan melakukan moratorium upaya penangkapan dengan skenario pengurangan 225 armada pukat udang. Keseluruhan opsi kebijakan ini harus ditunjang dengan peningkatan pemantauan, pengawasan dan penegakan hukum. Arafura shrimps resources have been long utilized and to date the status of the resources are over-exploited. To date there are no appropriate management nor involving scientific advice to this fishery.  In  the  long run  with  the  persistence  condition  the  shrimp  resource  should unsustainably manage and the fishery will collapse. It is urgent to define appropriate management strategies for this fishery based on best scientific finding to the manager to ensure its sustainability. Among other advices  are  apply  closed  area  for Arafura-sea  combining  with  closed  season in  February,  apply fishing  quota  with  total  allowable  catch  (TAC)  for  39,600/yera,  no  increase  of  fishing  effort,  and reduce the number of shrimps trawler for 225 boats. These overall management strategies should fully be supported by increase of monitoring and surveillance with strong law enforcement.