Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

POPULASIIKAN DEMERSAL Dl PERAIRAN ARU, PROPINSI MALUKU Wedjatmiko Wedjatmiko; Wijopriono Wijopriono; Suprapto Suprapto
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol 15, No 3 (2009): (September 2009)
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4932.236 KB) | DOI: 10.15578/jppi.15.3.2009.229-237

Abstract

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-9 Nopember 2006, menggunakan alat tangkap trawl yang dioperasikan dengan KR. BawalPutih, pada 35 stasiun pengamatan. Perairan Aru bagian dariperairan Arafura, merupakan salah satu perairan Indonesia yang potensial untuk penangkapan ikan demersal maupun udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi, Jaju tangkap, kepadatan stok,_dan biomassa ikan demersal yang tertangkap di perairan Aru (Propinsi Maluku). Hasil penelitian mennunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan demersal mencapai 6.063,44 kg atau 67,06%  dari total hasil tangkapan trawl,  yang terdiri atas 132 spesies dari 56 famili. lkan yang dominan tertangkap adalah famili Leiognathidae (1.604,4 kg atau 26,4%), Apogonidae (658,8 kg atau 10,9%), dan Mullidae (639,1 kg atau 10,6%). Rata-rata laju tangkap ikan demersal173,2 kg per jam, dan dugaan kepadatan stok 4,4±0,2 ton km·2,  serta dugaan biomassa ikan demersal 193.975±257 ton. The research was carried out during November 41 2006, using bottom trawl (RV. Bawal Putih). Data were collected from 35 selected stations through bottom trawl survey. Aru waters are part of Arafura waters, that area potential for demersal fish and shrimps in Indonesia. The aim of this research is to find out the catch composition, catch rate, stock density, and biomass of demersal fish. The results show that the catch composition of demersal fish was 6,063.44 kg (67.06% from total catch), consisted of  132 species and 56 families.  Tl1ere were  3 family of demersal  fish mostly caught,  namely Leiognathidae (1,604.4 kg or 26.4%), Apogonidae (658,8 kg or 10.9%), Mullidae (639.1 kg or 10.6%), respectively with the average of catch rate was 173.2 kg per hour'. The average stock density of demersal fish was estimated 4.4±0.2 ton km·2 ton km2  Whilst the total biomass of demersal fish was estimated 193,975±257 ton.
SEBARAN FREKUENSI PANJANG, HUBUNGAN PANJANG-BERAT, TINGKAT KEMATANGAN GONAD DAN RATA-RATA UKURAN PERTAMA KALI MATANG GONAD UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis De Man, 1888) DI PERAIRAN KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN Tirtadanu Tirtadanu; Suprapto Suprapto; Ali Suman
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 9, No 3 (2017): (Desember) 2017
Publisher : Pusat Riset Perikanan, BRSDM KP.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.058 KB) | DOI: 10.15578/bawal.9.3.2017.145-152

Abstract

Pengusahaan udang putih (Penaeus merguiensis De Man, 1888) di perairan sekitar Kotabaru memerlukan upaya pengelolaan agar perikanan udang dapat berkelanjutan.Salah satu informasi penting yang diperlukan sebagai dasar dalam pengelolaannya yaitu aspek biologi.Tujuan penelitian adalah mengkaji sebaran frekuensi panjang, hubungan panjang-berat, tingkat kematangan gonad dan rata-rata ukuran pertama kali matang gonad udang putih di perairan sekitar Kotabaru. Pengumpulan data diperoleh dari tempat pendaratan udang di Kotabaru pada bulan Januari – November 2016. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah random sampling. Hasil penelitian menunjukkan ukuran udang putih yang tertangkap cenderung kecil dengan ukuran berkisar antara 14 - 46 mmCL dan rata-rata sebesar 26 ± 3,7 mmCL pada udang jantan dan 28,5 ± 5,3 mmCL pada udang betina. Pola pertumbuhan bersifat allometrik negatif dan telah terjadi penurunan bobot dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Proporsi tertinggi udang matang gonad terjadi pada bulan Maret sehingga diduga merupakan puncak pemijahan udang putih.Ukuran pertama kali tertangkap udang (Lc = 28,1 mmCL) lebih kecil dibandingkan ukuran pertama kali matang gonad (Lm = 35,3 mmCL) sehingga sebagian besar udang yang tertangkap belum melakukan pemijahan. Dalam rangka menjaga keberlanjutan sumberdaya udang putih di Kotabaru, disarankan melakukan penutupan penangkapan di bulan Maret dan penggunaan alat tangkap ramah lingkungan dengan ukuran minimum tertangkap lebih besar dari 35 mmCL atau kurang dari 27 ekor dalam 1 kg.The exploitation of banana prawn (Penaeus merguiensis De Man, 1888) in Kotabaru Waters need management strategy, so the prawn fisheries in Kotabaru waters could be sustainably exploited. The important information needed for its basis management are was biological aspects of banana prawn. The aim of this research were to study about length frequency, length-weight relationship, maturity stages and length at first first mature of banana prawn in Kotabaru Waters. The research was conducted at landing site of prawn in Kotabaru and the samples were collected in January – November 2016. The method used for sampling was random sampling. The results showed that the size of banana prawn tend to become smaller with the size between 14-46 mmCL and the mean size were 26 ± 3,7 mmCL for male and 28,5 ± 5,3 mmCL for female. The growth pattern of banana prawn was allometric negative and the weights decreased from the previous years. The highest proportion of mature prawns was in March, likely suggestes to be the spawning season of banana prawn. Length at first captured of banana prawns (Lc = 28,1 mmCL) was lower than length at first matured (Lm = 35,3 mmCL) so most of prawns captured has not spawn yet. For sustainability of banana prawn resources in Kotabaru Waters, it is suggested to close fishing season in March and minimum legal size should be bigger than 35 mmCL or less than 27 prawns in 1 kg.