Eva Banowati
Jurusan Geografi FIS UNNES

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PEMBERDAYAAN PENDUDUK PESANGGEM UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN DAN PERCEPATAN PEMULIHAN SUMBERDAYA HUTAN MURIA Eva Banowati
SPATIAL: Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi Vol 16 No 2 (2016): Jurnal SPATIAL - Wahana Komunikasi dan Informasi Geografi, Volume 16 Nomor 2, Se
Publisher : Department Geography Education Faculty of Social Science - Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1133.176 KB) | DOI: 10.21009/spatial.162.05

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah upaya pengentasan kemiskinan dan percepatan pemulihan sumberdaya Hutan Muria di Kabupaten Pati-Jawa Tengah,khususnya bagi penduduk Pesanggem. Populasinya petak Pengelolaan sumberdaya Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM), sampel area ditetapkan berdasarkan umur tegakan. Responden penduduk pesanggem, pengurus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH), dan aparat Perhutani. Data sekunder didapat dari LMDH dan dokumen kebijakan PHBM. Data primer dari observasi, wawancara, pengukuran kondisi fisik, plot model, dan FGD. Analisis data didasarkan pada pendekatan geografi yakni analisis keruangan, tabel silang atas pola tanam terhadap produk pertanian. Demplot percontohan sebagai bentuk pemberdayaan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan lahan garapan seluas 0,25 hektar per 4 orang, dengan tanaman kencur (Kaempferia galanga) di bawah tegakan jati berumur 14 tahun. Pada pelaksanaannya mampu memberdayakan 12 orang penduduk dengan total luas lahan 1 hektar. Keberhasilan bertani kencur diharapkan mampu sebagai agent of change petasi pesanggem lainnya dalam mengentaskan diri dari kemiskinan. Penghidupan berkelanjutan mampu mengentaskan kemiskinan dengan mengubah pola tanam polikultur menjadi pola tumpang gilir dengan struktur pemanfaatan lahan di bawah tegakan (PLDT). PLTD dengan menanam kacang tanah, kencur dan singkong. Budidaya kencur diusahakan sebagai tanaman lantai yang mampu menahan erosi, memperbaiki struktur tanah, dan tidak berkompetitor terhadap tegakan jati. Singkong dipertahankan penduduk karena mudah pemasaran, biaya modal tanam rendah, dan perawatan yang sangat mudah namun perlu jeda waktu (tidak dilakukan sepanjang tahun). Efek lanjut berpengaruh terhadap keberlanjutan penghidupan layak dan keberlanjutan sosial skala luas. Membangun pemahaman untuk memilih pola tanam tumpang gilir menyesuaikan musim dan jenis tanaman. Kata kunci: Keberlanjutan penghidupan, Pemberdayaan, PLDT, Pola tanam
PENGEMBANGAN MODEL PEMANFAATAN LAHAN DI BAWAH TEGAKAN (PLDT) UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN DAN REALISASI KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN PATI Eva Banowati; Dyah Rini Indriyanti; Juhadi Juhadi
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 15, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v15i1.15266

Abstract

Penggunaan lahan di pedesaan sebagian besar dimanfaatkan sebagai areal untuk aktivitas bertani/ pertanian dalam arti sempit maupun dalam arti luas yang meliputi pertanian, perhutanan, peternakan dan perikanan sebagai mata pencaharian mayoritas penduduk. Eksisting lahan sebagai sumber daya merupakan ruang kehidupan berkait erat dengan situasi lingkungan alam di sekitarnya yang harus ditinjau aksesnya terhadap pengaruh cuaca dan iklim (cahaya matahari, curah hujan, angin, erosi, perubahan kondisi iklim, dll.) serta faktor pembentuknya (sebagai akibat kegiatan alam: letusan gugung berapi).Lokasi pada lahan hutan muria. Pemilihan lokasi lapangan (field sites) didasarkan pada beberapa faktor antara lain: a) telah ditetapkan sebagai desa model PHBM, b) mempunyai jumlah petak terbanyak dengan pangkuan luas, c) umur tegakan hutan bervariasi, d) jumlah pesanggem banyak, e) sebagai lokasi Integrated Farming. Pada kedua lokasi dilakukan pembuatan demplot pemodelan sebagai media edukasi dan pendampingan.Pada demplot yaitu monokultur dan polikultur yang merupakan hasil pengkajian kondisi biofisik. Komoditas tanaman pangan di Indonesia ada 7 jenis yakni padi, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang hijau, ubi jalar dan ubikayu/ singkong. Hasil analisis data sekunder menunjukkan bahwa kacang hijau dan ubi jalar di Kabupaten Pati merupakan prioritas ke 6 dan ke tujuh (BPS, 2014; 2015; 2015). Tanaman pangan unggulan: kacang tanah, singkong, padi, kedelai, dan jagung. Indikasi keberhasilan pengembangan model PLDT dalam pengentasan kemiskinan dan realisasi ketersediaan pangan dilihat dari aspek sosial, ekonomi, dan keputusan stakesholder. Indikator keberhasilan merupakan sub bagian keberhasilan pembangunan ekonomi non moneter, yakni: pendidikan (pengetahuan, keterampilan, dan sukap), standar hidup layak, angkatan kerja, tingkat konsumsi per kapita, serta akses media massa.Â