Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FENOMENA KREATIF DUA PERUPA BALI DALAM MENGHADAPI MODERNISASI Kajian Proses Cipta Ketut Budiana dan Made Wianta Cerminan Transformasi Kultural Masyarakat Bali Ni Made Purnama Sari
Humanis Volume 2. No. 3. Maret 2013
Publisher : Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.864 KB)

Abstract

In the process of changes in socio-cultural Bali, the presence of modernity is aninevitable thing. Some claim to modernity as a reference, objectives and even the road toprogress,  both  in the  technical and practical ideas.  There  are  also points  out,  theemergence of modernity often offend traditional values of this island, which standardizedthrough a series of conservation efforts.It also emerged in the works of Balinese art,  which has been in contact withmodernity since the entry of outside painting techniques of artists such as Rudolf Bonnet, Walter Spies,  Arie Smith,  and  so  on.  With  reference  to  the process  of creation  andcreativity of two artists of Bali,  Ketut  Budiana and Made Wianta,  this paper aims  toclarify the idea of these Balinese artists in the face of the process of changing the cultureof Bali.Although both artists are trying to explore different visual art, the characteristics of  tradition has remained present in their creativity.  The trend of the creation of two artists, despite the attempt to achieve a universal modernity, but the views, thoughts and style of Balinese painting with full canvas, figurative iconic Bali, as well as the form of typical traditional way is also seen. It is suspected due to the influence of childhood each one  very  closely  with  the  Balinese  cultural  memory,  and  prove  that  even  though modernity tried to change many things in the present life, the basic characteristics of the tradition will not disappear, which actually can be developed into a form of awareness of the importance of maintaining the value locality for the preservation of cultural heritage of Bali.
PEREMPUAN PENULIS DAN SEKAT PEMBATASAN DALAM SASTRA Ni Made Purnama Sari
Prosiding Seminar Nasional Sasindo Vol 1, No 1 (2020): Prosiding Seminar Nasional Sasindo Unpam Vol.1 No.1 November 2020
Publisher : fakultas sastra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33 KB) | DOI: 10.32493/sns.v1i1.7862

Abstract

Kami bukan lagiBunga pajanganYang layu dalam jambanganCantik dalam menurutIndah dalam menyerahMolek tidak menentangKe neraka mesti ngikutKe sorga hanya menumpang(Kutipan puisi Sugiarti Siswadi  dengan nama samaran Damaira, 1956). Saya ingin memulai pembahasan kali ini dengan satu pertanyaan utama, yang barangkali terkesan teramat besar: apakah yang telah ditawarkan dan dihadirkan oleh perempuan penulis kepada kesusastraan Indonesia?Kemungkinan jawabannya bisa beragam, mulai dari estetika kekaryaan yang menyajikan tema serta kesegaran penggunaan bahasa, jangkauannya yang memperkaya ragam pengucapan, usahanya mendobrak tabu maupun mendekonstruksi nilai norma pada umumnya, serta sebagainya. Kita tentu pula membutuhkan serangkaian penelitian sastra yang komprehensif demi menguraikan pertanyaan ini, termasuk pembacaan-pembacaan mendalam atas kekaryaan mereka, sebab kita menyadari betapa kayanya spektrum penciptaan para penulis ini yang sejalan dengan niatan mereka merespons kenyataan pada zamannya. Kita mengenal beberapa nama perempuan penulis, semisal Nh. Dini, Toety Heraty, Djenar Maesa Ayu, Okky Madasari, Intan Paramaditha, Ratih Kumala, serta nama-nama lain yang bertumbuh sampai kini di berbagai kawasan negeri ini. Demikian pula, terdapat penulis lain dari masa lalu yang terpinggirkan, sekaligus terkuburkan, dikarenakan alasan-alasan yang sebagian besar amat politis, di antaranya Rukiah Kertapati, Sugiarti Siswadi, Suwarsih Djojopuspito, dan seterusnya—dan mereka seluruhnya, baik yang kita kenali ataupun tidak banyak kita ketahui, mencoba mengetengahkan narasi-narasi bandingan atas aneka rupa realitas, baik yang mereka temui maupun tersuratkan dalam karya-karya penulis lainnya.Melalui tulisan ini saya juga ingin mengajak Anda untuk melihat bahwa kekaryaan para perempuan sejatinya sebentuk upaya mereka dalam meretas sekat dan pembatasan yang selama ini lekat dengan sosoknya, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari komunitas sosial dan budaya tertentu. Barangkali, di samping jawaban-jawaban di atas, apa yang fundamental dihadirkan para perempuan penulis ini tidak lain ialah sebuah proses negoisasi atau bahkan ‘tantangan’ terhadap segala sistem berpikir serta sistem sosial masyarakat kita.   
Tabola, Perubahan Sosial, dan Bali Kini Sari, Ni Made Purnama
Masyarakat: Jurnal Sosiologi Vol. 21, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract