Sudirman P
iaim

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PERANAN PENDIDIKAN DALAM MENUMBUHKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK Sudirman P
Jurnal Pendidikan Dasar dan Keguruan Vol 4 No 1 (2019): Jurnal Pendidikan Dasar dan Keguruan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/jpdk.v4i1.89

Abstract

Tidak dapat dipungkiri bahwa praktek pendidikan diarahakn untuk mewujudkan manusia-manusia cerdas. Lewat kecerdaan tersebut, mereka diharapkan untuk menjadi inovatif dan kreatif untuk mengisi pembangunan negara. Harapan ini tentu bukanlah isapan jempol karena memang pendidikan di negara manapun dilaksanakan dengan berbagai macam pendekatan dan sistem untuk memenuhi akselerasi perkembangan zaman. Bahkan output pendidikan menjadi komponen utama dalam akselerasi zaman tersebut. Hasilnya, setiap negara termasuk Indonesia “berhasil” mewujudkan manusia-manusia cerdas untuk mengawal pembangunan bangsa dan negara. Cendekiawan, elit politik-negara, teknokrat dan berbagai macam profesi telah berhasil ditelorkan dunia pendidikan. Jadi, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan dengan pembangunan merupakan dua sisi mata uang yang satu ; tidak dapat terpisahkan. Jika pendidikan berhasil, maka negara pun akan berhasil.
PEDAGOGI KRITIS SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN PEMIKIRAN Sudirman P
Jurnal Pendidikan Dasar dan Keguruan Vol 4 No 2 (2019): Jurnal Pendidikan Dasar dan Keguruan
Publisher : LP2M Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47435/jpdk.v4i2.319

Abstract

Pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-tahun ditengah-tengah masyarakat Desa yang miskin dan tidak “berpendidikan”. Masyarakat feodal (hirarkis) adalah struktur masyarakat yang umum berpengaruh di Amerika Latin pada saat itu. Dalam masyarakat feodal yang hirarkis ini terjadi perbedaan mencolok antara strata masyarakat “atas” dengan strata masyarakat “bawah”. Golongan atas menjadi penindas masyarakat bawah dengan melalui kekuasaan politik dan akumulasi kekayaan. Paulo Freire menekankan peran guru sebagai pekerja budaya kritis. Guru harus berjuang menghadapi nilai-nilai kultural dominan dalam masyarakat maupun dirinya agar dapat mengerti fungsi politik dan kultur mereka. Perjuangan ganda ini dapat membuat guru bekerja secara reflektif dan trasformatif. Pendidikan dialogis yang diterapkan Paulo Freire adalah konsep pendidikan yang mempertegas posisi peran guru dan peserta didik tidak berada dalam posisi atas bawah, melainkan setara dan sederajat dalam proses saling belajar. Tidak ada saling mendominasi diangtara kedua bela pihak, namun saling mengisi dan melengkapi. Paulo Freire menawarkan sebuah gagasan bagaimana anak didik bisa mempelajari kehidupan social di lingkunganya yang disebut dengan norma dalam penggunaan bahasa diantaranya, mengubah wajah sekolah, reorintasi kurikulum, dan pendidikan yang membebaskan.