Suherman, Desya Noviansya
Jurusan Seni Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, ISBI Bandung Jln. Buah Batu No. 212 Bandung 40265

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : Jurnal Seni Makalangan

KARYA TARI SATYA UMAYI Desya Noviansya Suherman dan Yayat Hidayat
Jurnal Seni Makalangan Vol 4, No 1 (2017): "Spirit Tubuh Tanpa Batas"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v4i1.1093

Abstract

ABSTRAKKarya tari Satya Umayi berpedoman pada cerita dari transkripsi lontar Ciwagama milik Geria Sanur, bercerita tentang kehidupan Bhatara Siwa beserta Istrinya Dewi Uma dalam versi ajaran agama Hindu, khususnya di Bali. Berdasarkan fenomena tersebut, karya ini merupakan tafsir adegan Bhatara Siwa yang ingin menguji kesetiaan istrinya yaitu Dewi Uma. Dewi Uma disuruh Siwa mencari susu lembu betina ke bumi untuk membantu menghilangkan dahaga Siwa sebagai ujian kesetiaan Uma. Bagian ini berisi mengenai; derita, jerit, pengerdilan, yang dialami Dewi Uma yang kecewa karena kesetiaan dan dedikasinya yang sangat besar kepada Siwa diacuhkan. Konteks garap menggunakan bahan gerakan tari tradisi Bali adaptasi Sunda, merupakan perubahan Uma menjadi wujud Durga, akibat kutukan Siwa. Hasil garap merupakan karya tari kelompok.Kata Kunci:  Lontar Ciwagama, Uma, Tradisi, Koreografi Kelompok. ABSTRACTWorking On The Dance Satya Umayi, June 2017. The Satya Umayi dance work is based on the story of Geria Sanur's Ciwagama ejection transcription, which tells about the life of Bhatara Siwa and his wife Dewi Uma in a version of Hinduism, especially in Bali. Based on this phenomenon, this work is an interpretation of the Bhatara Siwa scene who wants to test the loyalty of his wife, Dewi Uma. Dewi Uma was told by Shiva to look for female oxen milk to earth to help eliminate Shiva's thirst as a test of Uma's loyalty. This section contains about; suffering, screaming, stunting, experienced by Dewi Uma who was disappointed because her loyalty and enormous dedication to Shiva was ignored. The context of working on using Sundanese dance adaptation dance material, is a change of Uma into the form of Durga, due to Shiva's curse. The results of the work is a group dance.Key word: Ciwagama Ejection, Uma, Traditions, Group Dance.
ANISYCHOS KARYA PENCIPTAAN TARI KONTEMPORER Mirazqi, Anisa Zulva; Suherman, Desya Noviansya
Jurnal Seni Makalangan Vol 10, No 1 (2023): "Menguak Seni Tradisi Di Era Globalisasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v10i1.2706

Abstract

Karya penciptaan tari dengan judul ANISHYCOS merupakan karya tari inovasi baru yang berangkat dari fenomena-fenomena sebuah sekte satanik yang marak terjadi di dunia. Karya ini menonjolkan sebuah proses kelabilan anak muda, yang rentan terkena ajakan-ajakan menyesatkan, karena fase remaja masih banyak yang belum memiliki pedoman keagamaan. Karya tari ANISHYCOS diangkat melalui sebuah karya tari kontemporer bertipe dramatik dengan konsep tari kelompok. Pada karya ini digarap dalam empat tahapan yaitu, eksplorasi, improvisasi, evaluasi dan pembentukan, kemudian hasil yang diperoleh karya tari ini mewujudkan ekspresi yang ingin disampaikan menurut tafsir penulis. ABSTRACT ANISYCHOS THE CREATION OF CONTEMPORARY DANCE, June 2023. The creation of dance work entitled "ANISHYCOS" is a new innovative dance work that comes from the phenomena of a satanic sect that are rife in the world. This work highlights the process of youth instability, which is vulnerable to misleading invitations, because many adolescents do not have religious guidelines. The dance work "ANISHYCOS" is elevated through a contemporary dance work of a dramatic type with the concept of group dance. This dance is worked on in four stages of the process of working method, namely: exploration, improvisation, evaluation, and formation, then the results obtained of this dance work embody the expression to be conveyed on the author's interpretation. Keywords: Anishycos, Satanic, Adolescents.
PROSES KREATIF KARYA TARI RUWAT CAI Suherman, Desya Noviansya
Jurnal Seni Makalangan Vol 9, No 2 (2022): "Dimensi Kreativitas Ketubuhan Penari Sunda"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v9i2.2391

Abstract

Karya tari Ruwat Cai adalah karya yang terinspirasi dari upacara tradisional ngaruwat cai yang disebut Mikul Lodong, di Desa Cikurutug. Mengingat pentingnya menjaga air yang masih bersifat sakral, sebagaimana disebutkan dalam naskah Amanah Galunggung (633) bahwa upacara ngaruwat cai merupakan media dalam menjaga keseimbangan alam dan manusia. Proses garapan karya tari ini memiliki konsep garapan koreografi lingkungan, sehingga dalam mewujudkannya digunakan tiga pendekatan teori yaitu; estetika lingkungan, rekonstruksi, dan transformasi. Penggarapan karya Ruwat Cai menggunakan tahapan-tahapan penciptaan yang ditawarkan oleh Hendro Martono, terdiri atas lima tahapan penciptaan, meliputi, ritus bimasuci, ritus meruang, ritus mencair, ritus tematik, dan ritus kontemplasi. Sejalan dengan teori tersebut, metode yang digunakan yaitu Participatory Action Reasearch (PAR) yang di dalamnya tidak memisahkan diri dari situasi masyarakat yang diteliti, melainkan melebur ke dalamnya dan bekerja bersama warga dalam melakukan eksperimen tersebut. Eksperimentasi ini menghasilkan suatu bentuk proses kreatif yang hadir dari kekuatan tradisi lokal, hal ini sejalan dengan tujuan dalam tulisan ini yaitu sebagai bentuk kepedulian terhadap tradisi yang mulai punah dan kesadaran untuk menjaga alam sekitar, sehingga nantinya dapat menjadi sebuah wacana pelestarian lingkungan, khususnya air. Kata Kunci: Ruwatan Mikul Lodong, Koreografi Lingkungan. ABSTRACT: The Creative Process Of Cai's Ruwat Dance. December 2022. The Ruwat Cai dance work is inspired by the traditional ngaruwat cai ceremony called Mikul Lodong, in Cikurutug Village. Given the importance of protecting water which is still "sacred", as stated in the Amanah Galunggung text (633) that the ngaruwat cai ceremony is a medium in maintaining the balance of nature and humans. The process of creating this dance work has the concept of working on environmental choreography, so that in realizing it, three theoretical approaches are used, namely; environmental aesthetics, reconstruction, and transformation. The cultivation of Ruwat Cai's work uses the stages of creation offered by Hendro Martono, consisting of five stages of creation, including the bimasuci rite, space rite, melting rite, thematic rite, and contemplation rite. In line with this theory, the method used is Participatory Action Research (PAR) in which it does not separate itself from the situation of the community being studied, but rather merges into it and works with residents in carrying out the experiment. This experimentation produces a form of creative process that comes from the strength of local traditions, this is in line with the objectives in this paper, namely as a form of concern for traditions that are starting to become extinct and awareness to protect the natural surroundings, so that later it can become a discourse on environmental preservation, especially water. Keywords: Mikul Lodong Ruwatan, Environmental Choreography.
INGGIT GARNASIH SEBAGAI BENTUK INSPIRASI KARYA TARI NING Desya Noviansya Suherman
Jurnal Seni Makalangan Vol. 11 No. 2 (2024): "Fenomenologi Tari Berbasis Tradisi dan Kontemporer"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karya tari ning adalah karya tari yang terinspirasi dari sosok karakter wanita tangguh yang bersejarah yaitu Inggit Garnasih. Ning dalam bahasa Sunda yang memiliki arti kekosongan yang sunyi senyap. Landasan penciptaan yang dipergunakan untuk mewujudkan karya tari ning adalah teori estetika postmodern, koreografi lingkungan, dan semiotika. Proses dalam penciptaan karya tari ning menggunakan metode penciptaan Hawkins yang meliputi 1) Melihat. 2) Merasakan. 3) Mengejawantahkan. 4) Pembentukan. Konsep perwujudan dari karya tari ning menggunakan koreografi lingkungan, sehingga proses penciptaan dan pelaksanaan dilakukan secara langsung di ruang atau tempat terbuka. Proses latihan dilakukan langsung di tempat bertujuan untuk menyatukan tubuh penari sesuai ruang, sehingga akan menghasilkan kesatuan antara tubuh dan ruang. Keseluruhan ruang yang melingkupinya harus disesuaikan dengan tubuh, agar peristiwa yang ditampilkan terbaca secara utuh. Konsep ini menyajikan pertunjukan di tengah- tengah masyarakat secara nyata lengkap dengan lingkungan dan aktivitas sosial masyarakat yang menyertai, serta berfungsi untuk menyerap potensi yang ada di alam sekitar, guna memperkaya unsur dalam pertunjukan. Kata Kunci: Ning, Inggit Garnasih, Koreografi Lingkungan. ABSTRACTINGGIT GARNASIH AS AN INSPIRATION OF THE NING DANCE WORK, DECEMBER 2024. The Ning dance work is inspired by a historical strong female character, namely Inggit Garnasih. Ning in Sundanese means a silent emptiness. The basis of creation used to realize the Ning dance work is the theory of postmodern aesthetics, environmental choreography, and semiotics. The process of creating the Ning dance work uses Hawkins creation method which includes 1) Seeing. 2) Feeling. 3) Embodying. 4) Shaping. The embodiment concept of the Ning dance work uses environmental choreography, so that the creation and implementation process is carried out directly in an open space or place. The training process is carried out directly on the spot with the aim of uniting the dancer's body to the space in order to produce unity between the body and the space. The entire surrounding space should be adjusted to the body, so that the performing event can be read entirely. This concept presents a reality performance in the midst of society accompanied with the environment and social activities of the community, and functions to absorb the potential exists in the surrounding nature, in order to enrich the elements in the performance. Keywords: Ning, Inggit Garnasih, Environmental Choreography.
ANISYCHOS KARYA PENCIPTAAN TARI KONTEMPORER Mirazqi, Anisa Zulva; Suherman, Desya Noviansya
Jurnal Seni Makalangan Vol. 10 No. 1 (2023): "Menguak Seni Tradisi Di Era Globalisasi"
Publisher : Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26742/mklng.v10i1.2706

Abstract

Karya penciptaan tari dengan judul “ANISHYCOS” merupakan karya tari inovasi baru yang berangkat dari fenomena-fenomena sebuah sekte satanik yang marak terjadi di dunia. Karya ini menonjolkan sebuah proses kelabilan anak muda, yang rentan terkena ajakan-ajakan menyesatkan, karena fase remaja masih banyak yang belum memiliki pedoman keagamaan. Karya tari “ANISHYCOS” diangkat melalui sebuah karya tari kontemporer bertipe dramatik dengan konsep tari kelompok. Pada karya ini digarap dalam empat tahapan yaitu, eksplorasi, improvisasi, evaluasi dan pembentukan, kemudian hasil yang diperoleh karya tari ini mewujudkan ekspresi yang ingin disampaikan menurut tafsir penulis. ABSTRACT ANISYCHOS THE CREATION OF CONTEMPORARY DANCE, June 2023. The creation of dance work entitled "ANISHYCOS" is a new innovative dance work that comes from the phenomena of a satanic sect that are rife in the world. This work highlights the process of youth instability, which is vulnerable to misleading invitations, because many adolescents do not have religious guidelines. The dance work "ANISHYCOS" is elevated through a contemporary dance work of a dramatic type with the concept of group dance. This dance is worked on in four stages of the process of working method, namely: exploration, improvisation, evaluation, and formation, then the results obtained of this dance work embody the expression to be conveyed on the author's interpretation. Keywords: Anishycos, Satanic, Adolescents.