Dwicandra, Ni Made Oka
Universitas Bali Internasional

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

POLA PERESEPAN ANTIBIOTIK PADA MANAJEMEN FARINGITIS AKUT DEWASA DI PUSKEMAS Apsari, Dewi Puspita; Dwicandra, Ni Made Oka; Jaelani, Abdul Khodir
Jurnal Endurance Vol 2, No 3 (2017): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.256 KB) | DOI: 10.22216/jen.v2i3.2039

Abstract

Acute pharyngitis is one of the most common diseases in primary health care, Bali. However, the best management to control the number of antibiotics prescribing in acute pharyngitis is not known. This study aims to determine the best management to control antibiotics prescribing in adult who has acute pharyngitis. This prospective cohort study involved 93 patients aged 12-45 years who had been diagnosed with acute pharyngitis by a physician. Measurements were made on the number of drugs per prescription, frequency antibiotic, quantity antibiotic and DDD antibiotics. Centor Criteria and RADT can reduce the number of antibiotic prescriptions than empirical management in primary health care district X, Bali. Decrease occurred on the the number of drugs per prescription, frequency antibiotic, quantity antibiotic and DDD antibiotics. Management centor criteria and RADT are the best strategies to reduce antibiotic prescription in primary health care distict X, Bali. 
ANALYSIS OF TOTAL COSTS OF BREAST CANCER CEMOTHERAPY PATIENTS BASED ON USE OF CHEMOTHERAPY REGIMEN ON JKN PATIENTS IN SANGLAH RSUP Wintariani, Ni Putu; Okadwicandra, Ni Made; Jaelani, Abdul Khodir
Jurnal Endurance Vol 2, No 3 (2017): Jurnal Endurance: Kajian Ilmiah Problema Kesehatan
Publisher : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah X

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.278 KB) | DOI: 10.22216/jen.v2i3.2121

Abstract

Breast cancer is the first sequence of most attacking women in Indonesia. The high cost of care and old services is a major problem in the prevention of breast cancer. This study aims to determine the relationship between the total cost of the Sanglah Denpasar hospital with the chemotherapy regimen of breast cancer of JKN patients at Sanglah Hospital Denpasar. Test homogeneity using Levene test method. Test normality using Kolmogorov-Smirnov. One way ANOVA test results showed a significant relationship between chemotherapy therapy regimen (FAC, FAC + PAXUS, FEC, AC, AC + PAXUS) with total real cost in breast cancer chemotherapy patients (p = 0.001). The total rill cost was greater in the group receiving FAC + PAXUS, FEC, and AC + PAXUS regimens than the group receiving FAC and AC therapy regimens. This can be caused by a large pharmaceutical cost component in the FAC + PAXUS, FEC, and AC + PAXUS groups. Pharmaceutical costs account for 76.84-85.80% of the total real cost of breast cancer patients receiving chemotherapy. More drug combination factors can lead to higher total rill costs in patients receiving FAC + PAXUS, FEC, and AC + PAXUS.
PREVALENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK Dwicandra, Ni Made Oka; Wintariani, Ni Putu
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i2.856

Abstract

Tingginya kejadian swamedikasi dan banyaknya penggunaan obat yang tidak tepat dalam swamedikasi perlu menjadi perhatian. Penelitian ini bertujuan menentukan prevalensi layanan swamedikasi di Apotek, karakteristik pasien yang melakukan layanan swamedikasi, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan layanan swamedikasi di Apotek. Studi dilakukan pada 230 pasien yang melakukan pelayanan kefarmasian (layanan resep maupun swamedikasi di wilayah Denpasar dan Badung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60,4% pasien yang berkunjung ke Apotek menggunakan layanan swamedikasi. Pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi didominasi oleh pasien perempuan, pasien yang tidak hamil, tidak merokok, pasien yang menikah, tingkat pendidikan SMA, latar belakang pendidikan non kesehatan, tanpa penyakit kronis, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Sebanyak lebih dari 65% pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi memiliki tingkat keluhan penyakit yang ringan. Rata-rata umur pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi adalah 35,06 + 15,35 tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian swamedikasi di Apotek wilayah Denpasar dan Badung adalah status merokok, tingkat pendidikan pasien, latar belakang pendidikan pasien, jarak tempat tinggal, tingkat keluhan, dan harga obat (p<0,05).
PREVALENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PELAYANAN SWAMEDIKASI DI APOTEK Ni Made Oka Dwicandra; Ni Putu Wintariani
Jurnal Ilmiah Medicamento Vol 4 No 2 (2018): Jurnal Ilmiah Medicamento
Publisher : Fakultas Farmasi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36733/medicamento.v4i2.856

Abstract

Tingginya kejadian swamedikasi dan banyaknya penggunaan obat yang tidak tepat dalam swamedikasi perlu menjadi perhatian. Penelitian ini bertujuan menentukan prevalensi layanan swamedikasi di Apotek, karakteristik pasien yang melakukan layanan swamedikasi, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan layanan swamedikasi di Apotek. Studi dilakukan pada 230 pasien yang melakukan pelayanan kefarmasian (layanan resep maupun swamedikasi di wilayah Denpasar dan Badung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 60,4% pasien yang berkunjung ke Apotek menggunakan layanan swamedikasi. Pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi didominasi oleh pasien perempuan, pasien yang tidak hamil, tidak merokok, pasien yang menikah, tingkat pendidikan SMA, latar belakang pendidikan non kesehatan, tanpa penyakit kronis, dan tidak mengkonsumsi alkohol. Sebanyak lebih dari 65% pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi memiliki tingkat keluhan penyakit yang ringan. Rata-rata umur pasien yang mendapatkan layanan swamedikasi adalah 35,06 + 15,35 tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian swamedikasi di Apotek wilayah Denpasar dan Badung adalah status merokok, tingkat pendidikan pasien, latar belakang pendidikan pasien, jarak tempat tinggal, tingkat keluhan, dan harga obat (p<0,05).
Perbandingan Puskesmas Kecamatan Kuta dengan Pelaksanaan Penggunaan Obat Rasional (POR) Berdasarkan Indikator Pelayanan dan Fasilitas Kesehatan Putu Eka Arimbawa; I Gusti Agung Ngurah Bagaskara Pradipta; Ni Made Oka Dwicandra; Pande Wayan Bawa
Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Vol. 7 No. 1 (2021): Januari 2021
Publisher : Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia bekerjasama dengan Asosiasi Prodi Olahraga Perguruan Tinggi PGRI (APOPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (452.317 KB) | DOI: 10.5281/zenodo.4452770

Abstract

Pengawasan terhadap penggunaan obat paling banyak dilakukan di Puskesmas yang mengacu pada indikator utama pada panduan WHO tentang penggunaan obat rasional (POR). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan Puskesmas Kecamatan Kuta dengan pelaksanaan POR berdasarkan indikator pelayanan dan fasilitas kesehatan. Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif yang menggunakan metode retrospektifcross-sectional. Penelitian ini mengambil data pasien melalui rekam medis dan resep periode Januari-Mei 2020. Jumlah sampel yang digunakan sebesar 400. Analisis data menggunakan uji statistik Mann-Whitney untuk mengetahui perbandingan pelaksanaan POR.  Hasil penelitian menunjukkan gambaran indikator pelayanan pasien dan fasilitas kesehatan terdapat perbedaan dan uji statistik menunjukkan perbedaan bermakna (p<0.05). Puskesmas Kuta I dan II memiliki perbedaan rata-rata waktu pelayanan dan ketersediaan obat esensial. Perbedaan ini disebabkan karena ketersediaan jumlah tenaga kefarmasian khususnya apoteker belum terpenuhi. Sehingga, proses pelaksanaan akan menjadi lebih lama dan pengelolaan obat menjadi kurang baik. Oleh karena itu, Puskesmas Kuta I dan II perlu melakukan evaluasi mengenai jumlah apoteker yang disesuaikan dengan kunjungan pasien dan pelatihan dalam perencanaan pengadaan obat.