Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dalam Penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia Dian Berliansyah Putra; Firstianty Wahyuhening Fibriany; Heri Aryadi
Jurnal Indonesia Sosial Sains Vol. 3 No. 01 (2022): Jurnal Indonesia Sosial Sains
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.001 KB) | DOI: 10.59141/jiss.v3i01.516

Abstract

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan untuk menyelenggarakan otonomi daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah tersebut, Pemerintah menerapkan asas Desentralisasi, asas Dekonsentrasi dan asas Tugas Pembantuan. Ketiga asas tersebut tentunya diikuti dengan pendanaan untuk mendukung perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah, yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dana Desentralisasi merupakan dana yang pengalokasian, pengelolaan dan pertanggungjawabannya diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Sedangkan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan merupakan dana yang digunakan oleh Pemerintah Daerah untuk melaksanakan kewenangan dan tugas pembantuan yang kegiatannya sudah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, yang kemudian untuk dijalankan di daerah otonom tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia, guna mendukung pemerataan pembangunan dan perimbangan keuangan secara proporsional diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan ialah deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menggambarkan bahwa masih terdapat kekeliruan pemahaman sebagian Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah tentang dekonsentrasi dan tugas pembantuan, yang terlihat dari masih adanya tumpang tindih pembiayaan yang seharusnya membiayai urusan pemerintah pusat didaerah, justru digunakan untuk membiayai urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.
Calculation of Value Added Tax as A Tax Obligation for Taxable Entrepreneurs Maria Lapriska Dian Ela Revita; Dian Berliansyah Putra; Heri Aryadi; Natal Indra
INTERACTION: Jurnal Pendidikan Bahasa Vol 10 No 1 (2023): INTERACTION: Jurnal Pendidikan Bahasa
Publisher : Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36232/jurnalpendidikanbahasa.v10i1.4171

Abstract

The economic activities that we carry out on a daily basis, consciously or unconsciously, actually come into direct contact with taxes, namely VAT (Value Added Tax). VAT is a levy imposed on a sale and purchase transaction of Taxable Goods/Services conducted by a Taxable Entrepreneur (PKP). PKP can be subject to sanctions in the form of administration such as fines and/or interest to criminal sanctions if they are late in making tax invoices and reporting periodic tax returns. Calculation of VAT Value, which includes Input VAT and Output VAT is carried out, to determine Underpaid VAT or Overpaid VAT on the Periodic Tax Return Report. The purpose of the research is to find out how the mechanism for collecting and calculating VAT obligations for PKP, and calculating the value of PKP Input and Output VAT. At this writing the writer uses descriptive qualitative methods and literature studies. Output tax is the same as sales transactions, input taxes are the same as purchase transactions. Input Tax in a Tax Period is credited with Output Tax in the same Tax Period, in accordance with statutory provisions. Credited Input Tax must use a Tax Invoice. Tax Invoice is proof of tax collection made by a Taxable Entrepreneur who delivers Taxable Goods or delivers Taxable Services. If the output tax is greater (>) than the input tax, then the PKP pays VAT to the state treasury. The output tax is less (<) than the tax, so the excess VAT is compensated for the next tax period. Credited Input Tax must use a Tax Invoice. Tax Invoice is proof of tax collection made by a Taxable Entrepreneur who delivers Taxable Goods or delivers Taxable Services. If the output tax is greater (>) than the input tax, then the PKP pays VAT to the state treasury. The output tax is less (<) than the tax, so the excess VAT is compensated for the next tax period.