Subarsyah Subarsyah
Marine Geological Institute

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Spectral Decomposition with Continuous Wavelet Transform for Hydrocarbon Zone Detection of North Bali Waters Tumpal Bernhard Nainggolan; Muh. Nur Iqlal Manai; Subarsyah Subarsyah
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 33, No 2 (2018)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8653.339 KB) | DOI: 10.32693/bomg.33.2.2018.556

Abstract

The East Java Basin is developed from an oceanic basin in front of Late Cretaceous Java Trench subduction zone to presently back-arc basin behind the Java-Lombok volcanic arc to the south. Many studies conclude hydrocarbon discovery in deep carbonate Ngimbang Formation. However, as a result of the active tectonic history of the region, there are fractures from Ngimbang Formation upward to the Oligo-Miocene Kujung Formation. It developes enhanced permeability medium for a good hydrocarbon migration. This paper presents shallow gas detection zone in the Mundu Formation by applying the spectral decomposition method with continous wavelet transform. Spectral decomposition can be effectively used to identify hydrocarbon reservoirs by analyzing seismic data in the frequency domain. Spectral decomposition with frequency 20 Hz shows the potential zone at time 779 - 832 ms which is suitable with depth 2237.5 - 2355.6 feet in well TRG-1. This method is supported with quantitative calculation of petrophysical analysis that determines 5 pay flag zones range from 2208.5 feet until 2347.5 feet.Keywords : East Java Basin, spectral decomposition, continuous wavelet transform, petrophysical analysisCekungan Jawa Timur terbentuk dari cekungan samudera di tepi zona subduksi pulau Jawa pada masa Cretaseous/Kapur Akhir hingga cekungan busur belakang sistem vulkanik Jawa-Lombok di selatan. Banyak penelitian menyimpulkan penemuan hidrokarbon pada lapisan karbonat Formasi Ngimbang yang dalam. Namun, sebagai akibat dari sejarah tektonik aktif dari wilayah tersebut, terdapat rekahan dari Formasi Ngimbang sampai ke atas hingga Formasi Kujung pada masa Oligo-Miosen. Kejadian tersebut menyebabkan timbulnya peningkatan permeabilitas medium yang baik untuk migrasi hidrokarbon. Makalah ini menyajikan deteksi zona gas dangkal pada Formasi Mundu dengan menerapkan metode dekomposisi spektral dengan transformasi wavelet kontinyu. Dekomposisi spektral dapat secara efektif digunakan untuk mengidentifikasi reservoir hidrokarbon dengan menganalisa data seismik dalam domain frekuensi. Dekomposisi spektral dengan frekuensi 20 Hz menunjukkan zona potensial pada kedalaman domain waktu 779 - 832 ms yang sesuai dengan 2237.5 - 2355.6 kaki pada sumur TRG-1. Metode ini didukung dengan perhitungan kuantitatif analisa petrofisika yang menentukan 5 zona gas mulai dari 2208.5 kaki hingga 2.347.5 kaki.Kata kunci : Cekungan Jawa Timur, dekomposisi spektral, transformasi wavelet kontinyu, analisa petrofisika
Seabed Characterization through Image Processing of Side Scan Sonar Case Study: Bontang and Batam Subarsyah Subarsyah; Lukman Arifin
BULLETIN OF THE MARINE GEOLOGY Vol 34, No 1 (2019)
Publisher : Marine Geological Institute of Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (10200.514 KB) | DOI: 10.32693/bomg.34.1.2019.590

Abstract

Acoustic waves propagate through a medium meet the Snell’s Law, its energy is reflected and some are scattered back at certain angle. The Side Scan Sonar (SSS) methods use this principle to identify seabed character. The intensity of the backscatter greatly depends on the morphology and sediments texture or rocks distributed on seabed.The intensity of backscatter waves is a representation of the morphology, sediments texture, and types of rock that distributed on the seabed, therefore it is possible to estimate sedimentary texture and identify the presence of rocks or coral reefs based on this information. In this publication authors estimate sediments texture, rocks or coral reefs based on backscatter intensity through the image processing on the Side Scan Sonar (SSS) image. Intensity will be converted into pixel values on the image with range value 1-255 (gray scale image) and entropy values which are statistical measures of randomness. Entropy value is maximum when most of pixel value image is in the middle of the colour spectrum range (between very dark to very bright), in contrast, it is minimum when pixel value is in the spectrum of very dark or very bright. Based on both parameters, classification is conducted. The classification is carried out on the SSS image at Bontang and Batam that have very different seabed characters.The classification results using an image processing shows that the distribution of sediment textures consist of 4 (four) classes for either Batam or Bontang. In the Bontang area, very fine sediments were identified which are associated with low value of both intensity and entropy - dark zones in gray scale images, and coarse sediments associated with high value of both intensity and entropy - bright zone in the gray scale image. Similar characteristic is observed in Batam area, which are identified fine sediment (associated to low intensity) - coarse sediments (high intensity). In contrast to Bontang, in Batam the entropy exhibit the opposite value, high value are correlated to fine sediment and vice versa. This might be due to the presence of rocks and sedimentary structures.Keywords: Side Scan Sonar, Intensity, Backscatter and entropy.Gelombang akustik sebagian besar energinya dipantulkan memenuhi prinsip snellius dan sebagian kecil dihamburkan balik dengan sudut. Metode Side Scan Sonar (SSS) memanfaatkan prinsip hambur-balik gelombang untuk mengidentifikasi permukaan dasar laut. Intensitas gelombang dari karakter hambur-balik akan sangat tergantung morfologi dan tekstur sedimen atau batuan dari permukaan dasar lautnya. Intensitas gelombang hambur-balik merupakan representasi dari morfologi, tekstur sedimen, dan jenis batuan yang tersebar di permukaan dasar laut, sehingga sangat memungkinkan untuk melakukan estimasi tekstur sedimen dan identifikasi keberadaan batuan maupun terumbu karang berdasarkan informasi tersebut. Pada publikasi ini akan dilakukan estimasi tekstur sedimen atau batuan berdasarkan intensitas hambur-balik melalui image yang dihasilkan oleh Metode Side Scan Sonar (SSS). Intensitas akan dikonversi ke dalam nilai pixel dalam image dengan rentang nilai 1-255 (gray scale image) dan nilai entropi yang merupakan ukuran statistik ketidakteraturan dari image. Entropi akan maksimum ketika nilai pixel kebanyakan di tengah dari rentang spektrum warna dan sebaliknya akan minimum ketika nilai pixelnya berada di spektrum warna sangat gelap atau sangat terang. Berdasarkan kedua parameter tersebut, kemudian dilakukan klasifikasi. Klasifikasi dilakukan pada data SSS Bontang dan Batam yang memiliki karakter permukaan dasar laut yang sangat berbeda.Hasil klasifikasi dengan image processing memperlihatkan pola sebaran tekstur sedimen masing-masing terdiri dari 4 (empat) kelas baik untuk Batam atau Bontang. Pada area Bontang teridentifikasi sedimen sangat halus yang berasosiasi dengan intensitas dan entropy rendah - zona gelap pada gray scale image dan sedimen kasar yang berasosiasi dengan intensitas dan entropy tinggi - zona terang pada gray scale image. Karakter yang sama juga teramati pada area Batam, yaitu teridentifikasi sedimen halus (berasosiasi dengan intensitas rendah) - sedimen kasar (intensitas tinggi). Namun, berbeda dengan di Bontang, di Batam nilai entropi menunjukkan nilai yang sebaliknya, yaitu nilai tinggi berkorelasi dengan sedimen halus, dan sebaliknya. Hal ini diperkirakan akibat keberadaan batuan dan struktur sedimen.Kata Kunci: Side Scan Sonar, Intensitas, Hambur balik dan Entropi.