Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pergelaran Simphoni Keroncong Moeda #9: Menimbang Ruang Antara Musik Dulu dan Kini Artanto, Mei
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol 3, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/vt.v3n1.p57-64

Abstract

Simphoni Keroncong Moeda (SKM) #9 menjadi ruang aktualisasi komunitas Keroncong Muda Yogyakarta dalam menyuarakan musik keroncong agar diminati oleh generasi muda. Mengusung konten perpaduan musical, SKM hadir dikala sepinya apresiasi anak muda terhadap musik keroncong. Berbekal pengetahuan musik klasik Barat dari para arranger dan musisinya sebagai modal kreatif, identitas musikal dari musik keroncong dan musik lainnya seperti campursari, dangdut, dan pop dikemas secara apik dalam balutan musik orkestra. Kecenderungan ini mengikuti apa yang ditawarkan logika budaya populer yang diusung oleh John Fiske sebagai ‘seni berada di antara’. ‘Seni berada di antara’ menjadi ruang permainan identitas musikal dari SKM dalam menimbang aspek-aspek musikal dari musik keroncong dan musik lainnya yang diolah menggunakan kreatifitas populer secara struktur dan bentuk musiknya. Bagi SKM ruang antara menjadi medan untuk menimbang sejauh apa aspek musikal dalam musik dulu menjadi suguhan estetis mengikuti kecenderungan perkembangan musik saat ini tanpa kehilangan subtansi nilai edukasi dari musik keroncong.
Perancangan Minus One Instrumen Keroncong pada Lagu Keroncong Moresko Karya Kusbini Mei Artanto
Journal of Music Science, Technology, and Industry Vol. 4 No. 1 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (578.735 KB)

Abstract

Purpose: There is only limited literature dealing with the minus-one design process, especially for the seven keroncong instruments. The writer wants to know the minus one design process for Kusbini's Kerocong Moresco song, both conceptually and technically. Research methods: This qualitative research employs an observation, interview, and documentation as the research instrumens to gather the data, and support the research results and findings which the data will then be verified using perspectives in musicology that focus on intra-aesthetic aspects, for instance, musical forms, individual performance techniques, and ensembles. Results and discussion: The process of designing a minus one for keroncong instrumen uses multitrack recording to maintain the intra-esthetic aspects of keroncong music in Kusbini's Keroncong Moresko song. Implication: The current Covid-19 pandemic is not a barrier to continuing to do keroncong music activities, especially in terms of learning music
Pergelaran Simphoni Keroncong Moeda #9: Menimbang Ruang Antara Musik Dulu dan Kini Mei Artanto
Virtuoso: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Musik Vol. 3 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/vt.v3n1.p57-64

Abstract

Simphoni Keroncong Moeda (SKM) #9 menjadi ruang aktualisasi komunitas Keroncong Muda Yogyakarta dalam menyuarakan musik keroncong agar diminati oleh generasi muda. Mengusung konten perpaduan musical, SKM hadir dikala sepinya apresiasi anak muda terhadap musik keroncong. Berbekal pengetahuan musik klasik Barat dari para arranger dan musisinya sebagai modal kreatif, identitas musikal dari musik keroncong dan musik lainnya seperti campursari, dangdut, dan pop dikemas secara apik dalam balutan musik orkestra. Kecenderungan ini mengikuti apa yang ditawarkan logika budaya populer yang diusung oleh John Fiske sebagai ˜seni berada di antara. ˜Seni berada di antara menjadi ruang permainan identitas musikal dari SKM dalam menimbang aspek-aspek musikal dari musik keroncong dan musik lainnya yang diolah menggunakan kreatifitas populer secara struktur dan bentuk musiknya. Bagi SKM ruang antara menjadi medan untuk menimbang sejauh apa aspek musikal dalam musik dulu menjadi suguhan estetis mengikuti kecenderungan perkembangan musik saat ini tanpa kehilangan subtansi nilai edukasi dari musik keroncong.
Mencermati Transit dan Transition Teks Aransemen Musik Nyanyian Negeriku Karya Singgih Sanjaya ke Pergelaran Mei Artanto
Jurnal Kajian Seni Vol 2, No 2 (2016): Jurnal Kajian Seni Vol 2 No 2 April 2016
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.072 KB) | DOI: 10.22146/jksks.12141

Abstract

Nyanyian Negeriku merupakan karya arasemen musik yang dibuat oleh Singgih Sanjaya dengan memiliki dua materi musik di dalamnya, yaitu sembilan lagu daerah dan musik orkestra. Sembilan lagu daerah tersebut dipindahkan (transit dan transition) oleh Singgih Sanjaya ke dalam bentuk karya musik, yang berwujud teks musik yaitu fullscore. Teks musik tersebut menjadi sebuah karya yang untuh yang tidak dapat dimainkan secara individual dari kesembilan lagu daerah tersebut. Sembilan lagu daerah yang dipindahkan ke dalam karya musik yang berwujud teks yang selanjutnya berpindah ke sebuah pergelaran.Selanjutnya mengenai peristiwa perpindahan dari teks musik ke dalam sebuah pergelaran yang menjadi fokus selanjutnya dalam penelitian ini dengan mencermati teks pergelaran seperti tubuh kondakter dan musisi. 
Mendengar untuk Membaca Fantasia for Piano and Orchestra, Theme From The Indonesia Pusaka Music Karya Joko ‘Lemazh’ Suprayitno Mei Artanto
Jurnal Kajian Seni Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Kajian Seni Vol 4 No 1 November 2017
Publisher : Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1509.315 KB) | DOI: 10.22146/jksks.32300

Abstract

Membicarakan karya komposisi dan aransemen musik dalam konteks musik di Indonesia merupakan hal yang cukup membingungkan. Semakin hari batas antara keduanya semakin dimaknai sebagai proses yang bertolak belakang, padahal sesungguhnya merupakan proses yang saling bertautan dan tidak terpisah. Persoalan ini kiranya perlu untuk segera diuraikan agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami karya musik yang semakin larut. Berbekal pengalaman dalam komposisi dan aransemen musik, Joko Lemazh dan karyanya Fantasia for Piano and Orchestra, Theme from The Indonesia Pusaka Music by Ismail Marzuki menjadi pilihan tepat untuk mengurai persoalan tersebut. Systematic musicology dan tinjauan sejarah musik menjadi pintu pertama dalam menganalisis karya. Melalui pintu tersebut pembicaraan akan mengarah pada pencarian nilai estetis dalam karya sebagai upaya memahami kedalaman antara komposisi dan aransemen musik. Dengan mempraktikan deep listening, setidaknya ditemukan empat aspek dalam membentuk kemenarikan atau attractiveness sebagai estetika musik dalam karya ini. Empat aspek tersebut meliputi kerumitan, momentum, keindahan, dan vistuositas. Merujuk uraian dalam tulisan ini, dapat dikatakan bahwa komposisi dan aransemen bukan sebuah proses yang berbeda melainkan proses yang bertautan dan tidak terpisah. Hal yang membedakan hanyalah tujuan memberi pengalaman attractiveness kepada pendengar, dan upaya ini hanya bisa dilakukan dengan kedalaman pengolahan struktur formal musiknya.
Aransemen Lg. Rangkaian Melati Karya R. Maladi Sebagai Materi Musikal Minus One Instrumen Keroncong Mei Artanto
Mudra Jurnal Seni Budaya Vol 37 No 2 (2022): Mei
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/mudra.v37i2.1719

Abstract

The musical arrangement is a process of developing and setting the musical aspects of existing songs, namely Lg. Rangkaian Melati by R. Maladi became a way to improve musical material in minus one intrusion keroncong. Efforts to improve musical material minus one through musical arrangements at the same time want to question: 1) what musical aspects become exploratory material in arrangements and 2) how the arrangement process is carried out. The goal is to find out the technical procedures of musical processing arrangements Lg. Rangkaian Melati by R. Maladi for seven keroncong instruments and find out what musical aspects have the opportunity to be explored more deeply to present a musical experience that varies in minus one keroncong instrument. Qualitative research methods and Practice-Based Research (PBR) are used in this article as investigative procedures in uncovering aspects of knowledge of the practice process and the results of the Arrangement of Lg. Rangkaian Melati for keroncong instruments. The results of the analysis found in this article are 1) two musical aspects can be used as exploratory material in the arrangement of Lg. Rangkaian Melati, namely harmony (chord movement) and melody (for auxiliary members and fillers), and 2) the process of exploration of musical aspects and arrangement work can be done systematically and structured through a five-step method of musical arrangements accompanied by systematic musicology perspective.