Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

THE CONTRIBUTION OF PURSE SEINE FISHERY HOME-BASED IN THE COASTAL FISHING PORT OF TUMUMPA ON GROSS REGIONAL DOMESTIC PRODUCT (GRDP) OF MANADO Sjamsuddin, Gusari; Sitanggang, Effendi P; Budiman, Johnny
AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT Vol 1, No 2 (2013): Oktober
Publisher : Graduate Program of Sam Ratulangi University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35800/jasm.1.2.2013.7281

Abstract

The coastal fishing port of Tumumpa has a primary supply of marine fishes caught by purseseiners to fulfill the Manadonian needs. This descriptive study using literature and field research is to determine the contribution of purseseine fishery to the gross regional domestic product (GRDP) of Manado. The results showed that the sub-sector of fishery has a LQ (location quotient) < 1 (average 0.30). It means, the sub-sector of fishery in Manado is not an important sector in Manado. To fulfill the Manadonian needs, import of fish is expected to be necessary. The purseseine fishery has a high contribution to the GRDP of Manado, from 1.58% in 2003 to 82.5% in 2012 (annual average of 30.5%) with average growth of 71.5% per year, based on market price. The revenue of ship?s crews depends on each person's responsibility on the ship. Financial analysis concluded that purseseine fishery is economically feasible with R/C ratio varying from 1.09 to 1.22 (average 1.16). The operational costs must be the owners? responsibility, which reduces revenue disparity between owners and crews. Considering the lack of fish supply and the fact that marine fishes of North Sulawesi seawaters still have high potential, it is recommended to add some new purseseiners. Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tumumpa Manado menjadi pemasok utama ikan yang  tertangkap oleh kapal pukat cincin untuk masyarakat Kota Manado. Penelitian deskriptif yang menggunakan library research dan field research ini bertujuan mengetahui sampai sejauh mana kontribusi perikanan pukat cincin ini terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Kota Manado. Dari analisis data diperoleh bahwa subsektor perikanan memiliki nilai LQ < 1 (rerata 0,30) yang berarti subsektor perikanan di Kota Manado bukanlah merupakan sektor basis bagi perekonomian Kota Manado. Dengan demikian, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari subsektor perikanan tersebut perlu dilakukan impor. Perikanan pukat cincin ini berkontribusi tajam dari tahun ke tahun terhadap PDRB Kota Manado, dari 1,6% tahun 2003 menjadi 82,5% tahun 2012 (rerata 30,5% per tahun), dengan kenaikan rerata 71,5% per tahun (ADHB). Pendapatan kru kapal dibedakan sesuai tugas dan tanggungjawab di kapal. Usaha perikanan pukat cincin ini layak secara finansial, dengan nilai R/C rasio 1,09 - 1,22 (rerata 1,16). Biaya operasional seyogianya menjadi tanggungan pemilik untuk mengurangi disparitas pendapatan antara pemilik dan kru kapal. Mengingat kurangnya pasokan ikan dan masih cukup tersedianya potensi lestari sumberdaya perikanan laut di perairan Sulawesi Utara, penambahan kapal pukat cincin seyogianya mutlak dilakukan.
Peranan Vegetasi Batata Pantai (Ipomoea pes-caprae) dalam Mereduksi Erosi Gisik di Sepanjang Pantai Teluk Amurang, Sulawesi Utara Effendi P Sitanggang
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 12, No 2 (2007): Jurnal Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4437.802 KB) | DOI: 10.14710/ik.ijms.12.2.104-110

Abstract

Gisik pantai Sulawesi Utara riskan terkena erosi karena aktivitas manusia dan lau serta kurangnya tanaman pelindung pantai. Ipomoea pes-caprae, dengan nama lokal 'batata pantai', merupakan salah satu spesies tumbuhan yang umumnya tumbuh di sekitar garis pantai. Penelitian ini untuk mengetahui peranan batata pantai dalam mereduksi erosi gisik melalui kajian substratnya. Lima stasiun di sepanjang hamparan gisik Teluk Amurang dipilih sebagai lokasi penelitian. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode deskriptif dan metode transek. Transek ukuran. 50 x 50 cm yang dibagi dalam 25 bagian (100%) ukuran 10 x 10 cm digunakan untuk menentukan persen tutupan vegetasi. Sepuluh persen tutupan (selang 10%) digunakan pada lokasi-lokasi bervegetasi batata pantai dan 0% untuk lokasi yang tidak bervegetasi. Contoh sedimen seberat 100 sampai 150g diambil dari setiap persen tutupan, kemudian diayak dengan ayakan AFNOR untuk mendapatkan berat dari setiap kelompok butiran sedimen, lalu mengkonversikannya ke skala Wentworthuntuk mendapatkan nilai rataan empirik, penyortiran, kemencengan, dan peruncingan. Kehadiran batata pantaidapat mereduksi erosi gisik, dengan mengikat sekitar 31% pasir sedang dan halus, serta mengikat pasir sangat halus dan debu dua kali lebih besar dibandingkan gisik tanpa kehadiran vegetasi tersebut.Kata kunci: batata pantai (Ipomoea pes-caprae), gisik, erosi, sedimen, Teluk Amurang