Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Pengaruh Lokasi Pemasangan Kateter Vena Sentral Terhadap Terjadinya Stenosis Vena Sentral : Studi Kasus Kontrol Pada Pasien Hemodialisis Tahun 2013-2015 Patrianef Patrianef; Ocsyavina Ocsyavina
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i1.18

Abstract

Latar Belakang: Insidensi Stenosis Vena Sentral (SVS) pada pemasangan kateter vena sentral sebesar 11-47%. SVS lebih sering terjadi pada pemasangan kateter vena subklavia yaitu sebesar 42% daripada vena jugular interna. Penelitian ini adalah mencari hubungan lokasi pemasangan kateter vena sentral dengan terjadinya SVS pada pasien yang melakukan hemodialisis rutin sehingga dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Metode: Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan rancangan penelitian studi kasus kontrol. Kelompok kasus yaitu pasien GGK stadium 4-5 dengan pemasangan kateter vena sentral yang mengalami SVS sedangkan kelompok kontrol yang tidak mengalami SVS. Jumlah sampel 30 pasien menderita SVS dan 120 kontrol dengan perbandingan 1:4. Analisis data dilakukan univariat, bivariat (uji Chi Square atau Fischer) dan multivariat (regresi logistik binari berganda). Hasil: Insidensi SVS sebesar 7,53%. Didapatkan korelasi yang bermakna (p <0,05) antara lokasi pemasangan (p = 0,000) dan frekuensi pemasangan kateter vena sentral (p = 0,000) terhadap terjadinya SVS. Nilai odds ratio (OR) lokasi pemasangan kateter pada vena subklavia adalah 148,77 dengan nilai OR pemasangan kateter >2 kali pada sisi yang sama sebesar 63,82. Tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara usia (p = 1), jenis kelamin (p = 0,914), faktor komorbid (p = 0,102) serta durasi pemasangan kateter (p = 0,532) terhadap terjadinya SVS. Karakteristik demografis dan klinis pasien SVS di RSCM, yaitu laki-laki (16,67%), usia >45 tahun (17,3%), hipertensi (19,33%) lokasi pemasangan pada vena subklavia (18,67%), durasi pemakaian >6 minggu (15,33%) dan frekuensi pemasangan >2 kali (17,33%). Simpulan: Pemasangan kateter pada vena subklavia berpeluang sangat besar atas terjadinya SVS.
Analisis Hubungan Polimorfisme Gen Matrix Metalloproteinase-9 (MMP-9) dengan Penyakit Ulkus Diabetik pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di RSCM Dedy Pratama; IGAB Krisna Wibawa; Patrianef Patrianef
Jurnal llmu Bedah Indonesia Vol. 47 No. 1 (2019): Maret 2019
Publisher : Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46800/jibi-ikabi.v47i1.20

Abstract

Latar Belakang: Ulkus kaki diabetik (UKD) adalah salah satu komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang insidennya cenderung meningkat. Beberapa penelitian mengindikasikan polimorfisme gen matrix metalloproteinase-9 (MMP-9) pada titik -1562C/T dan +632A/G memiliki peranan penting dalam perkembangan dan patofisiologi ulkus kaki diabetik, yakni sebagai penanda inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan polimorfisme gen MMP-9 dengan penyakit ulkus diabetik pada penderita DM tipe 2. Metode: Evaluasi menggunakan case control study, subjek penelitian adalah semua penderita DM tipe 2 dengan atau tanpa UKD yang memenuhi kriteria inklusi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan Juli 2016 hingga Desember 2016. Hasil: Terdapat 197 pasien DM tipe 2 (laki-laki 49,2% dan perempuan 50,8%). Faktor yang berpengaruh dan bermakna secara statistik yakni penyakit arteri perifer (p=0,001), nyeri istirahat (p=0,001), neuropati (p=0,001), merokok (p=0,001), hipertensi (p=0,001), klaudikasio (p=0,001), anemia (p=0,001), dan leukositosis (p=0,001). Distribusi polimorfisme alel dari gen -1562C/T pada seluruh populasi, pada alel C = 74,6%, alel T = 25,4%. Distribusi polimorfisme alel dari gen +836A/G, pada alel A = 41,4%, dan alel G = 58,6% pada seluruh populasi. Simpulan: Pada MMP-9 -1562 C>T, genotipe TC secara statistik memiliki perbedaan secara signifikan terhadap insiden dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya UKD (p=0,001).