Imaduddin Imaduddin
Institut Agama Islam Darullughah Wadda'wah Pasuruan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Nilai Pendidikan Islam pada Komunitas Majelis Ṣalawāt Syekhermania di Mataraman Jawa Timur dalam Menumbuhkan Nasionalisme Imaduddin Imaduddin
Jurnal Pendidikan Islam Vol 9 No 1 (2019)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan nilai pendidikan Islam majelis ṣalawāt Habib Syekh Bin Abdul Qodir Assegaf dalam menumbuhkan Nasionalisme di daerah Mataraman, Jawa Timur. Studi ini penting dilakukan karena dalam banyak kasus, isu nasionalisme sering diperbincangkan publik. Beberapa riset yang telah dilakukan menunjukan bahwa di beberapa daerah, generasi muda (remaja) mulai meragukan Pancasila sebagai dasar negara. Bahkan, ideologi bangsa (Pancasila) sering dipertentangkan dengan ideologi agama (Islam). Jika dibiarkan kondisi ini akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan suatu bangsa. Keberadaan majelis ṣalawāt Habib Syekh menjadi penting dalam rangka menumbuhkan nasionalisme. Apalagi komunitas pecinta Habib Syekh yang disebut “Syekhermania” mencapai ribuan orang dan berusia remaja. Basis utama “Syekhermania” adalah daerah Mataraman, Jawa Timur. Komunitas ini terbentuk atas inisiatif kesadaran sendiri. Dengan kata lain, komunitas ini lahir bukan dibentuk oleh “Top Down” tetapi “Bottom Up”. Mereka adalah aset bangsa yang kelak meneruskan estafet kepemimpinan bangsa Indonesia. Dalam beberapa kegiatan majelisnya, Habib Syekh secara terbuka mengajak jamaahnya untuk mencinta terhadap bangsa dan negaranya. Setiap kali Habib Syekh tampil di panggung, dalam akhir acara selalu menyanyikan lagu-lagu nasioalisme. Lagu-lagu yang dinyanyikan tersebut disadari atau tidak merupakan bagian penting dalam menanamkan nasionalisme.
Konsep Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini (Dalam Tinjauan Psiko-Pedagogis) Imaduddin Imaduddin; Zainal Abidin Bilfaqih
Adabuna : Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Vol 1 No 2 (2022): Adabuna : Jurnal Pendidikan dan Pemikiran
Publisher : Program Pascasarjana Institut Agama Islam (IAI) Darullughah Wadda'wah Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (498.307 KB)

Abstract

Setiap anak yang terlahir ke dunia ini menurut pandang islam telah membawa fitrah islamiyah. Maka setiap orang tua muslim wajib menyelematkannya dengan usaha-usaha yang nyata. Yang dimaksud dengan fitrah yaitu potensi sang anak terhadap akidah islamiyah dalam artian siap menjadi manusia yang berpedoman islam dalam kehidupannya. Fitrah beragama pada fase usia dini itu akan berkembang seiring dengan perkembangan yang dilalui manusia. Pada konteks ini perkembangan berarti serangkaian perubahan progesif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Hal itu benar bahwa sewaktu anak lahir, ia belum memiliki kesadaran ber-agama. Lewat kontak dengan lingkungan hidupnya, hubungan dengan orang tuanya, keluarganya serta masyarakat sekitarnya, kesadaran beragama tahap demi tahap bergerak maju menuju kematangan. Apabila sudah matang pada akhirnya akan meraih predikat insan kamil tanpa menafikan adanya tantangan dan gangguan yang cepat mengubah warna kehidupan dan menyimpang dari realisasi fitrah dasar tersebut. Pendidikan rohani bagi anak merupakan modal utama yang dapat mempengaruhi jiwa anak dalam menuju perkembangannya. Bila pendidikan ini tidak dijalankan oleh pendidik atau orang tua, anak akan nakal, sukar diatur dan kemungkinan anak tersebut akan jauh dari agama. Oleh karena itu tepatlah apabila kita segera mencari landasan yang kokoh yang ditanamkan sejak usia dini. Agar pendidikan anak tidak terlumuri dengan perlakuan kotor. Dalam islam sendiri kita menemukan dua konsep ajaran Rasulullah SAW yang maknanya sangat padat dan memilik kaitan erat dengan tujuan pendidikan yaitu “IMAN DAN TAQWA” kedua konsep itu tidak dapat dipisahkan. Taqwa merupakan asas, sedangkan Iman merupakan pernyataan pembenaran dengan kalbu sehingga manusia terbebas dari perbuatan dosa. Penelitian ini bertujuan untuk bagaimana sang pendidik bisa mendidik anak pada usia dini dengan berdasarkan agama dengan menselaraskannya dalam psiko-pedagogisnya. Penelitian ini adalah jenis penelitian library research yaitu penelitian yang menjadikan literatur (buku-buku) sebagai bahah rujukan, kemudian diusahakan adanya penjelasan dan analisa terhadap data tersebut. Dari semua hasil data yang telah terkumpul Konsep Pendidikan Agama Pada Anak Usia Dini (Dalam Tinjauan Psiko-Pedagogis) yaitu : Sang Pendidik atau Orang Tua dapat menentukan anak disaat ia masih usia dini, kedua orang tua bertanggung jawab untuk merawat, mengasuh dan mendidik anaknya dengan penuh perhatian tanpa terkecuali sehingga menjadi anak yang beragama, bertaqwa, sehat jasmani dan rohani, cerdas, terampil, aktif, kreatif, sopan, penyayang, bertanggung jawab serta tanggap terhadap tantangan zaman.
Nilai Pendidikan Islam pada Komunitas Majelis Ṣalawāt Syekhermania di Mataraman Jawa Timur dalam Menumbuhkan Nasionalisme Imaduddin Imaduddin
Jurnal Pendidikan Islam Vol 9 No 1 (2019)
Publisher : Research Department (Lemlit) Islamic Institute of Darullughah Wadda’wah Bangil, Pasuruan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Artikel ini mendeskripsikan nilai pendidikan Islam majelis ṣalawāt Habib Syekh Bin Abdul Qodir Assegaf dalam menumbuhkan Nasionalisme di daerah Mataraman, Jawa Timur. Studi ini penting dilakukan karena dalam banyak kasus, isu nasionalisme sering diperbincangkan publik. Beberapa riset yang telah dilakukan menunjukan bahwa di beberapa daerah, generasi muda (remaja) mulai meragukan Pancasila sebagai dasar negara. Bahkan, ideologi bangsa (Pancasila) sering dipertentangkan dengan ideologi agama (Islam). Jika dibiarkan kondisi ini akan sangat berbahaya bagi keberlangsungan suatu bangsa. Keberadaan majelis ṣalawāt Habib Syekh menjadi penting dalam rangka menumbuhkan nasionalisme. Apalagi komunitas pecinta Habib Syekh yang disebut “Syekhermania” mencapai ribuan orang dan berusia remaja. Basis utama “Syekhermania” adalah daerah Mataraman, Jawa Timur. Komunitas ini terbentuk atas inisiatif kesadaran sendiri. Dengan kata lain, komunitas ini lahir bukan dibentuk oleh “Top Down” tetapi “Bottom Up”. Mereka adalah aset bangsa yang kelak meneruskan estafet kepemimpinan bangsa Indonesia. Dalam beberapa kegiatan majelisnya, Habib Syekh secara terbuka mengajak jamaahnya untuk mencinta terhadap bangsa dan negaranya. Setiap kali Habib Syekh tampil di panggung, dalam akhir acara selalu menyanyikan lagu-lagu nasioalisme. Lagu-lagu yang dinyanyikan tersebut disadari atau tidak merupakan bagian penting dalam menanamkan nasionalisme.