Soekartawi Soekartawi
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pendugaan dengan Menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas: sebuah Tinjauan Soekartawi, Soekartawi
Economics and Finance in Indonesia Volume 30, Number 1, 1982
Publisher : Institute for Economic and Social Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (28.873 KB) | DOI: 10.47291/efi.v30i1.283

Abstract

.
Supply Response Analysis of Agricultural Production Soekartawi, Soekartawi
Economics and Finance in Indonesia Volume 31, Number 4, 1983
Publisher : Institute for Economic and Social Research

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (28.873 KB) | DOI: 10.47291/efi.v31i4.322

Abstract

.
Efektifitas Pemanfaatan Televisi untuk Meningkatkan Portfolio Agroindustri: Kasus Iklan-TV Produk ’Minute Maid Pulpy Orange’ Febby A. Kemalasari; Tatiek K. Andajani; Soekartawi Soekartawi
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2009
Publisher : Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teknologi ICT baik yang berupa audio, video, komputer dan internet (web), kini dimanfaatkan diberbagaibidang termasuk di bidang pertanian. Pemanfaatan teknologi ICT dengan menggunakan internet atau webdikenal dengan nama e-agriculture atau e-agribusiness. Sementara itu pemanfaatan audio dan video khususnyatelevisi (TV) sering berupa iklan produk-produk pertanian atau bisnis di bidang usaha pertanian.Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan sampai seberapa besar peran TV dalam meningkatkan portfoliobisnis penjualan produk pertanian ’Minute Maid Pulpy Orange (MMPO)’, sebuah produk minuman buatanperusahaan Coca-Cola. MMPO merupakan minuman rasa buah dengan kandungan jus serta bulir jeruk asliyang memiliki kandungan vitamin C untuk kebutuhan tubuh sehari-hari. Minuman ini termasuk baru diIndonesia (masuk di awal 2008) setelah produk tersebut laku keras di Luar Negeri.Sebuah penelitian dilakukan terhadap 55 sampel di kota Malang yang diminta untuk menilai efektivitaspemanfaatan TV sebagai media iklan produk baru MMPO. Sebab dengan iklan, diharapkan konsumen akanpunya atensi, minat, ingin, kepercayaan dan keputusan membeli. Karena itu sajian dan isi iklan harus menarik.Analisis Atribut Produk digunakan untuk Uji Validitas dan Reliabilitas. Kemudian Uji Cochran Q digunakanuntuk mencari atribut mana yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli MMPO yang diiklankan diTV.Hasil uji statistik menunjukkan bahwa atribut isi, gambar menarik, tampilan skim warna, harga, rasa,kualitas, jaminan halal, higienis, masa kadaluarsa, dan daya beli adalah yang menentukan banyaknya konsumenmembeli. Dari variabel tersebut ada tiga variabel yang paling dominan mempengaruhi konsumen membeliMMPO yaitu isi iklan, harga, dan kualitas. Dapat dijelaskan bahwa peran ICT (dalam hal ini TV) berperansignifikan bila (i) Isi iklan dapat dipercaya, (ii) Manfaat produk yang diiklankan meyakinkan, dan (iii). Adakejelasan kelebihan produk yang diiklankan.Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa pemanfaatan ICT dalam bidang pertanian sangat signifikan,yaitu dapat meningkatkan porfolio perusahaan seperti ditunjukkan oleh indikator semakin banyaknya pembeli.Tentu saja syaratnya adalah bagaimana memanfaatkan ICT itu dengan baik dan benar, di mana dalam konteksini iklan produk pertanian di TV harus mampu menyuguhkan isi iklan yang dapat dipercaya, manfaat produkyang meyakinkan dan ada kejelasan manfaat atau kelebihan produk tersebut dibandingkan produk lainnya.Kata kunci: ICT, pertanian, iklan TV.
Extent and Purpose of Adopting ICT For Agribusiness Development: The Case of Sampled-Firms in East Java Sudaryanto Sudaryanto; Soekartawi Soekartawi
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2009
Publisher : Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article is a part of the first-author PhD-dissertation entitled ‘Factors Influencing ICT Adoption in EastJava Agribusiness: Individual and Organisational Approaches’. The main objective of presenting this article issharing information related to investigation of ICT adoption done by samples who are asked to respond to amultiple response questions.ICT adoption ladder model is used for the analysis. The samples are grouped into four level of adoption---lowest to highest level), namely (i) ICT- Conventional, consists of fixed line phone, facsimile, and mobile phone,(ii) ICT- Computer, consists of stand alone computer with access to the internet via internet cafes, (iii) ICTInternet,consists of use of the internet for email and using a web browser, and (iv) ICT-E-business, consists ofusing the internet for advertising, online business and virtual organisation activities.About 178 sampled firms (farmers) in four regencies (Jember, Banyuwangi, Malang, Sidoarjo) wereinterviewed in 2006. The respondents were given their opportunity to respond to multiple options on the purposefor adopting ICT. Five options of ICT use were proposed: (i) ICT for communication among employees, (ii) ICTfor communication between companies and distributors, (iii) ICT for marketing and sales, (iv) ICT for searchingcompany’s resources, and (v) ICT for other purposes.Results of the analysis show that all samples in group 1 (100%) adopted the lowest level of ICT. Group 2, 3,and 4, respectively, adopted 75.3%; 44.9%; and 10.7%. This indicates the default automatic adoption level ofwhich all businesses operate at the minimum. The ladder shows that the higher the level, the smaller thepercentages of sampled firms. This means that as ICT technology becomes more sophisticated, fewer sampledfirms opt to adopt the higher levels on the ICT ladder. Also, firms at the higher levels still use ICT technologyfrom the lower levels. In other words, the existence of adopter advanced levels of ICT does not mean a reductionof use at the lower levels. Some businesses maintain their existing ICT adoption levels and are not interested inimprovement by moving to the more sophisticated levels of ICT, due to considerations which will be investigatedin this research.The results also show that general purposes of using ICT at the very basic level of the ladder needs to beinvestigated in order to draw a picture of the benefit of adopting ICT.Keywords: ICT adoption, agribusiness, Indonesia
Blended e-Learning: Alternatif Model Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia Soekartawi Soekartawi
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2006
Publisher : Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia, with more than 220 million people spreading in the more than 17 thousand islands, is facing big problem associated with providing educational opportunities for people in the country. To solve this problem, the Government established the Education Law (UU No 20/2003, i.e. SISDIKNAS). Through this Law, and also recognizing the advantages of IT/ICT, the Government has given an opportunity to all education institutions to maximize the use of IT/ICT for running distance learning (DL). Consequently, many education institutions have been working hard for the last few years to develop policies and strategies for education to infuse technology for searching appropriated models for executing distance learning (DL).Recognizing the advantages of DL, and to make DL models more efficiently, people has tried to develop various DL models. One of newest models is called ‘Blended e-Learning’ (BEL). The model, BEL, is designed basically based on combination of the best aspects of application of information technology e-Learning, structured face-to-face activities, and real world practice. BEL approach uses the strengths of each to counter the other’s weaknesses. The obvious advantage of BEL solution is that learning becomes a process, rather than an event. This is because BEL puts training into job environment and provides a forum for every learning style to gain maximum results.To make BEL more effective, there are six steps that shall be followed, i.e. (a). Identify the content and convert to online delivery, (b). Design the blended learning solution, (c) Have the online content formatted and hosted, (d). Test the design, (e). Publicize and run the blended course and (f). Set up criteria for evaluating learning technology.This article reviews and reveals what makes BEL model so powerful, and choose the right mix of delivery methods for the best blend of skill enhancement and sustainability to ensure long-term competitive advantageKata kunci: Distance Learning (DL), Application of IT/ICT in DL, Blended e-Learning
E-Agribisnis: Teori dan Aplikasinya Soekartawi Soekartawi
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi (SNATI) 2007
Publisher : Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejak lama diakui bahwa peran sektor pertanian di Indonesia adalah penting, bukan saja sumbangannyaterhadap penyerapan tenaga kerja, tetapi juga sebagai penghasil bahan pangan, pendorong munculnya industrilain, pendorong munculnya kesempatan berusaha di kegiatan yang lain, dan penghasil devisa yang relatif besar.Namun dalam perjalanannya, sektor pertanian dihadapkan pada sejumlah kendala, antara lain karena semakinmenyempitnya penguasaan lahan, semakin terbatasnya penguasaan modal, kurangnya pemanfaatan teknologidan sulitnya pemasaran. Akibatnya, tampilan (performance) sektor pertanian menjadi kurang seperti yangdiharapkan.Untuk mengejar ketertinggalan ini, pemerintah berupaya untuk memanfaatkan Teknologi Informasi danKomunikasi (TIK) sebagai instrument akselerasi pembangunan pertanian. Dalam Rencana Strategik(RENSTRA) Departemen Pertanian, 2005-2009, telah dicanangkan kebijakan operasional program TIK, yaitu:(i). Pengembangan dan Penyelenggaraan Sistem Informasi dan Statistik Pertanian, (ii). PeningkatanPemanfaatan dan Penyebaran Informasi, (iii). Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dalam BidangStatistik dan Sistem Informasi, dan (iv). Pengembangan dan Penataan Kelembagaan Sistem Informasi.Pemanfaatan TIK dalam bidang pertanian sering dinamakan e-Agriculture atau e-Agribusiness.Pengertian e-Agriculture atau e-Agribusiness sering diambilkan dari definisi e (electronic) dalam konsepInformation and Communication Technology (ICT), yaitu kegiatan pertanian dan/atau agribisnis yangmemanfaatkan keunggulan ICT seperti komputer, internet, piranti lunak (softwares) dan piranti keras(hardwares), radio, televisi dan perangkat IT lainnya, serta orang yang mengoperasikan ICT tersebut.Aplikasi e-Agriculture atau e-Agribusiness dapat dilakukan di semua aktivitas pertanian mulai darikegiatan di hulu (proses produksi) sampai pada di hilir (pemasaran hasil). FAO telah memanfaatkan ICT dikegiatan network, publikasi, database dan pembuatan Web. Sementara itu, Departemen Pertanianmemanfaatkan ICT untuk program (i). Pengembangan Statistik Pertanian, (ii). Pengembangan Sistem Informasi,dan (iii). Penunjang Pengembangan Sistem Informasi dan Statistik Pertanian. Dalam pada itu pemanfaatan e-Agriculture atau e-Agribusiness di kalangan swasta dan di pendidikan pertanian dirasa juga sebelum sepertiyang diharapkan.Berdasarkan hal-hal di atas disarankan agar ada kepemihakan pemerintah untuk mendorongpemanfaatan e-Agriculture atau e-Agribusiness di semua kegiatan di lingkup pertanian, khususnya di bidangsoftwares, hardwares dan SDM-nya. Tujuannya adalah untuk mempercepat lajunya pembangunan pertanian diIndonesia.Kata Kunci: e-Agribusinees, e-Agriculture, ICT