Ratna Farida Soenarto
Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Majalah Anestesia

Rotasi Kepala dan Posisi Tubuh Mengubah Tekanan Balon Pipa Endotrakeal Soenarto, Ratna Farida; Harijanto, Eddy; Pramodana, Bintang; Prima, Kustenti
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 40 No 1 (2022): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.904 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v40i1.236

Abstract

Latar Belakang : Intubasi endotrakeal merupakan salah satu upaya dalam menjaga patensi jalan napas disertai dengan pengendalian oksigenasi dan ventilasi. Intubasi endotrakeal menggunakan sebuah pipa endotrakeal yang dilengkapi dengan balon yang berfungsi sebagai alat fiksasi dan mencegah terjadinya aspirasi jalan napas. Balon pipa endotrakeal dikembangkan umumnya berkisar 20-30 cmH2O sesuai rekomendasi. Tekanan ini dapat dipengaruhi beberapa faktor seperti diameter balon, daya regang, edema pada mukosa trakea, serta perubahan posisi kepala pasien. Perubahan tekanan endotrakeal ini dapat menyebabkan komplikasi mulai dari ringan hingga berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perbedaan perubahan tekanan bola pipa endotrakeal pada beberapa posisi sehingga dapat meminimalisasi komplikasi. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis dilakukan di RSCM dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 pada total 36 subjek yang menjalani anestesia umum dan diintubasi. Tekanan balon pipa endotrakeal ditentukan sebesar 25 cmH2O, pada posisi supinasi dan kepala lurus. Dilakukan perubahan posisi dari supinasi ke lateral dekubitus serta rotasi kepala 15°, 45° dan 60° dari garis tengah. Kemudian dilakukan pengukuran kembali tekanan balon pipa endotrakeal setelah perubahan posisi kepala dan tubuh pasien. Analisis dilakukan dengan melakukan uji komparatif Friedman dan hasil dianggap bermakna jika nilai p 0,05. Hasil : Terdapat perbedaan bermakna tekanan bola pipa endotrakeal antara posisi supinasi dengan rotasi kepala 15°, 45°, 60° dan lateral dekubitus kanan secara statistik. (p<0,001) Namun secara klinis, didapatkan bahwa hanya posisi lateral dekubitus kanan yang memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai perbedaan tekanan 7 (2 - 25) mmH2O. Simpulan: Perubahan posisi supinasi dengan rotasi kepala 15°, 45°, 60° dan posisi lateral dekubitus kanan menyebabkan perubahan tekanan bola pipa endotrakeal. Posisi lateral dekubitus kanan memiliki perbedaan tekanan bola pipa endotrakeal yang bermakna secara klinis.
Blok Subarahnoid Dosis Rendah dan Epidural pada Pasien Hamil dengan Gagal Jantung dan Komorbid Lain yang Menjalani Seksio Sesarea: Sebuah Laporan Kasus Soenarto, Ratna Farida; Alexandra, Arky Kurniati; Ramlan, Andi Ade Wijaya; Alatas, Anas
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 40 No 1 (2022): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (634.716 KB) | DOI: 10.55497/majanestcricar.v40i1.238

Abstract

Latar Belakang: Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab signifikan pada mortalitas ibu di negara-negara berkembang. Komorbid yang mempengaruhi ini mencakupi obesitas, hipertensi dan kehamilan tua yang memperberat kinerja jantung sehingga dapat mengakibatkan gagal jantung. Ini menjadi tantangan untuk tatalaksana anestesi dengan tujuan utama mencegah luaran buruk kepada ibu dan neonatusnya. Ilustrasi Kasus: Pada kasus ini kami melaporkan wanita, 28 tahun, G4P3A1 hamil 28 minggu, ASA 3 dengan gagal jantung kongestif, superimposed pereklampsia, serta obesitas morbid. Pasien direncanakan untuk seksio sesarea dengan kombinasi anestesi menggunakan penggunaan blok subarahnoid dosis rendah dan epidural (Combined Spinal Epidural Anesthesia/CSE), serta pertimbangan tatalaksana anestesi pada ibu hamil dengan gagal jantung atau komorbid lainnya. Simpulan: Anestesi dengan blok subarakhnoid dosis rendah memiliki efek yang minimal terhadap hemodinamik, dan dapat digunakan pada selektif pasien yang mengalami gagal jantung dan komorbid lainnya.
The Accuracy of Yoon’s Formula for Predicting Central Venous Catheter Depth in Indonesian Pediatric CHD Patients: A Cross Sectional Study Meidisa Akhmad, Adinda; Soenarto, Ratna Farida; Heriwardito, Aldy; Nathania, Eloisa
Majalah Anestesia & Critical Care Vol 43 No 1 (2025): Februari
Publisher : Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif (PERDATIN) / The Indonesian Society of Anesthesiology and Intensive Care (INSAIC)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55497/majanestcricar.v43i1.419

Abstract

Introduction: A central venous catheter is a routinely inserted tool by anesthesiologists in open-heart surgery. However, incorrect central venous catheter placement depth may lead to complications or suboptimal usage. Yoon’s research in 2006 was done in paediatrics with congenital heart disease in Asia and developed a prediction formula for the depth of central venous catheter. This study aims to prove if Yoon’s formula can be applied to pediatric patients with congenital heart disease in Indonesia. Methods: This analytic observational study, with a cross-sectional design, involved 38 patients undergoing open-heart surgery in RSCM. Yoon’s formula determines the depth of central venous catheter placement. Transesophageal echocardiography assessed the position of the tip of the central venous catheter from the cavoatrial junction to confirm the depth’s accuracy. Results: Yoon’s formula can predict the optimal depth of the central vein catheter 63.16% of the time. There was no complication before central venous catheter placement. This study is limited to right internal jugular vein placements, reducing its generalizability to other insertion sites. Further research with a larger sample and varied approaches is needed to enhance accuracy and develop a more suitable formula. Conclusion: Yoon’s formula is inappropriate for predicting the depth of central vein catheters in pediatric patients with congenital heart disease in Indonesia, but it can still be applied clinically.