Putri Nasution
STIE Graha Kirana Medan

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ENTITAS METAFORA LEKSIKON FLORA MANDAILING TERHADAP KEBUDAYAANNYA Putri Nasution
Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 4, No 2 (2015): Jurnal Ranah
Publisher : Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8774.791 KB) | DOI: 10.26499/rnh.v4i2.33

Abstract

Masyarakat Mandailing memiliki satu ragam bahasa yang dinamakan hata bulung-bulung (artinya bahasa daun-daunan). Berbeda dari bahasa yang biasa, kata – kata dalam hata bulung-bulung ialah daun tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa Mandailing disebut bulung-bulung. Daun-daunan yang digunakan ialah daun-daunan yang namanya mempunyai persamaan bunyi dengan kata-kata lainnya dalam bahasa Mandailing. Misalnya daun tumbuh-tumbuhan yang bernama sitarak digunakan untuk menyampaikan kata marsarak (berpisah). Daun tumbuh-tumbuhan yang bernama pau (pakis) digunakan untuk menyampaikan kata diau (pada saya). Daun tumbuhan yang bernama sitanggis (setanggi) digunakan untuk menyampaikan perkataan tangis (menangis). Daun tumbuh-tumbuhan yang bernama podom-podom digunakan untuk menyampaikan perkataan modom (tidur). Daun tumbuh-tumbuhan yang bernama adungdung (madung) digunakan untuk menyampaikan perkataan dung (setelah). Daun tumbuhan yang bernama sitata (hita) digunakan untuk menyampaikan perkataan hita (kita). Dari ragam bahasa daunan atau flora itulah muncul bahasa Mandailing. Masyarakat Mandailing sendiri banyak yang tidak mengetahui tentang asal-usul bahasa Mandailing itu sendiri. Telah terjadi transformasi leksikon flora Mandailing yang membentuk satu makna dalam bahasa Mandailing itu sendiri yang mengandung nilai budaya yang sangat tinggi.